NovelToon NovelToon
Malam Yang Mengubah Takdir

Malam Yang Mengubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Kaya Raya
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Tyger

Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 - Sabotase

"Kalau begitu, karena kita sekarang sedang pacaran, mari kita kencan besok!" kata Aiden spontan. Ia mengatakannya dengan sangat santai sambil menyesap tehnya.

"Eh? Kencan?" Anya menatap Aiden terkejut, mengira ia salah dengar. Untungnya ia tidak sampai menumpahkan teh di tangannya.

"Kita akan melakukan apa besok?" tanya Aiden, mengabaikan Anya yang masih bingung. Ia sudah sibuk memikirkan apa yang harus mereka lakukan untuk kencan mereka besok.

Wajah Anya langsung terlihat serius seakan sedang berpikir keras. Ia tidak tahu harus melakukan apa saat kencan. Ia tidak punya pengalaman untuk merencanakan kencan sebelumnya. Bukankah ini seharusnya tugas pria? Bukankah biasanya pria yang memutuskan ke mana mereka akan pergi berkencan?

"Aku tidak punya pengalaman kencan. Bagaimana kalau kita jalan-jalan di tepi danau? Aku belum pernah melihat danau di halaman rumahmu." tanya Anya.

Ia tidak tahu harus menyarankan apa. Mereka tidak bisa pergi berbelanja dan mereka juga tidak bisa menonton bioskop karena Aiden tidak bisa melihat. Lalu apa yang bisa mereka lakukan?

Aiden mengerutkan kening. Jelas terlihat ia tampak tidak puas dengan saran Anya. Ia bahkan tidak tertarik untuk berjalan-jalan di tepi danau. Apakah itu masih disebut kencan jika mereka tidak keluar rumah?

Keheningan menyelimuti mereka saat keduanya mencari ide untuk rencana kencan mereka. Angin tiba-tiba berhembus, masuk ke ruang kerja Aiden dari jendela yang terbuka. Untungnya tidak ada berkas di meja Aiden, kalau tidak semuanya akan berantakan.

Anya merasakan angin yang bercampur dengan aroma bunga yang samar. Karena penciumannya yang tajam, ia bisa mengenali bunganya. Mata Anya berbinar!

"Kau mencium aroma bunga Osmanthus? Bagaimana kalau kita memetik bunga besok? Setelah itu aku akan membuat kue Osmanthus untukmu." kata Anya bersemangat.

Aiden tersenyum mendengar rencana Anya. Tidak masalah apa yang mereka lakukan, setidaknya mereka akan keluar rumah. Anya juga akan membuat kue untuknya, jadi bagaimana ia bisa menolak?

"Baiklah, besok kita akan memetik bunga." jawab Aiden.

Saat mereka sedang mengobrol, seseorang mengetuk pintu. Aiden langsung menyuruh orang itu masuk. Ia tahu bahwa orang itu kemungkinan besar Harris karena ia menyuruhnya untuk menemuinya begitu ia kembali.

Harris masuk dengan membawa dua salep Aiden. Satu adalah salep yang biasa digunakan Aiden dan yang lainnya adalah obat yang baru saja diambil Harris dari apotek.

"Tuan, saya telah membawa obat Tuan." kata Harris. Ia merasa sedikit ragu karena Anya ada di sana.

Tapi sebelumnya tuannya menyuruhnya untuk langsung menghadapnya.

"Tidak apa-apa, masuk saja." Aiden tidak keberatan jika Anya mendengar masalah mereka. Lagi pula, ini bukan sesuatu yang harus dirahasiakan.

Harris meletakkan kedua obat itu di atas meja. Obat-obatan itu memiliki warna yang sama sehingga sulit dibedakan sekilas. Mereka juga sama sekali tidak bisa melihat bahan-bahannya.

"Obat apa ini?" tanya Anya.

"Tuan Aiden ingin tahu apakah ada perbedaan antara kedua obat ini. Kita harus berhati-hati karena baru saja ada orang yang menyakiti dokternya." jelas Harris pada Anya.

Mendengar penjelasan itu, Anya mengangguk. Orang yang berniat menyakiti Aiden berani melakukan hal ekstrem sampai membunuh seseorang. Ia pasti juga punya cara lain untuk menyakiti Aiden. Mereka karenanya harus waspada.

Ketiganya menatap kedua obat itu, tetapi mereka tidak merasakan ada perbedaan.

Anya tidak bisa membedakan kedua obat itu dengan melihat, tetapi mungkin ia bisa membedakannya dengan mencium aromanya. Ia mengambil kedua obat itu dan mencium aromanya secara bergantian.

Harris bertanya saat melihat Anya melakukan itu, "Nyonya, bisakah Nyonya membedakannya?"

Anya menggigit bibir bawahnya dan ragu sejenak, "Aku tidak tahu apakah aku bisa membedakannya. Tapi mungkin aku bisa mencobanya dengan ciuman!" Ia kembali mencium kedua obat itu secara bergantian beberapa saat.

Ia merasa kedua obat itu sama, 'Tidak ada perbedaan yang signifikan…’

Melihat wajah Anya yang bingung, Harris bertanya dengan cemas, "Bagaimana, Nyonya?"

"Aku mencium bau yang sama, tetapi salep baru memiliki bau yang lebih kuat. Atau mungkin karena obat yang lain sudah terlalu lama sehingga aromanya sedikit hilang?" wajahnya tampak curiga saat ia terus mencium obat itu secara bergantian.

Saat Harris hendak bertanya lagi, Aiden memberi isyarat padanya untuk tidak mengganggu Anya, membiarkannya menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu.

Setelah beberapa saat, Anya memiringkan kepalanya, "Ada yang salah. Salep baru memiliki aroma yang berbeda, aroma yang sedikit lebih kuat. Aromanya sangat samar, tetapi aku bisa merasakannya." kata Anya.

Ia mengatakannya sambil berpikir keras. Ia mungkin tahu ada perbedaan antara keduanya, tetapi ia tidak bisa mengingat aroma apa itu.

"Kau yakin?" tanya Aiden, menatapnya.

"Aku benar-benar menciumnya. Ada bau yang berbeda." kata Anya dengan yakin. Frustrasi mulai tumbuh di pikirannya saat ia mencoba mengingat aromanya.

'Aroma apa ini?'

Melihat wajah Anya yang frustrasi, Aiden menghela napas. "Tidak apa-apa, lupakan saja. Sebaiknya kita makan malam dulu." katanya, berdiri.

Anya mengikuti Aiden keluar dari ruang kerja, menatap kedua salep yang tertinggal di atas meja. Bahkan saat ia menutup pintu, matanya tidak bisa lepas dari kedua obat itu.

Di meja makan, Hana telah menyiapkan berbagai hidangan untuk mereka. Hari ini, Anya tidak punya kesempatan untuk membantu karena ia menghabiskan waktunya mengobrol dengan Aiden, merencanakan kencan mereka.

Begitu ia duduk di meja makan, ia melihat salah satu pelayan segera menghampiri Aiden dan memberikan handuk basah untuk membersihkan tangannya. Anya mengerutkan kening saat melihat itu. Setiap hari para pelayan selalu membersihkan rumah ini sampai benar-benar bersih.

'Apakah rumah ini berdebu?'

Anya memegang tangannya dan bisa merasakan debu di ujung jarinya. Ia mencium jarinya dan terlihat sangat terkejut, 'Aroma yang sama!'

Ia langsung berdiri dari kursinya tiba-tiba, membuat semua orang di sekitarnya terkejut.

Namun, Anya tidak peduli. Ia langsung meninggalkan meja dan berlari ke atas.

Ia bergegas menuju salah satu dinding yang selalu ia pegang saat ia turun tangga. Ia biasa memegang dinding saat ia menuruni tangga, jadi ia pasti telah melakukannya hari ini tanpa menyadarinya. Bahkan, ia bisa melihat bekas sidik jari di dinding.

Ia meletakkan tangannya di dinding dan bubuk putih menempel di telapak tangannya.

Ia membawa bubuk putih itu ke hidungnya, mencium bau yang sama dengan salep Aiden.

Aiden, Harris, Hana dan beberapa pelayan bergegas mengikuti Anya ke lantai dua. Mereka melihat Anya sedang termenung dan memperhatikan bubuk putih di tangannya.

"Ini… baunya sama." gumam Anya.

Anya adalah mahasiswa jurusan kimia, tentu saja ia mengerti tentang bahan kimia. Bubuk putih di tangannya adalah bahan kimia. Jika bahan itu masuk ke mata Aiden, matanya akan rusak total!

"Harris, periksa obat itu. Cari tahu apakah benar-benar ada bahan kimia lain di dalamnya!" perintah Aiden. Suasana langsung terasa dingin.

Ternyata memang ada orang yang benar-benar ingin menyakitinya.

Hana merasa sangat marah sehingga seluruh tubuhnya gemetar. Ia telah mendengar semua cerita dari Harris. "Orang itu tidak hanya membunuh doktermu, tetapi juga sengaja menambahkan zat berbahaya ke obatmu. Betapa keterlaluannya!"

Untungnya, Aiden belum sempat menggunakan obat itu. Ia selamat karena kali ini Anya mampu menemukan perbedaan antara kedua obat itu.

Kalau tidak, siapa tahu apa yang akan terjadi.

1
Syifa Aini
kalo bisa updetnya 3 atau 4 x dalam sehari. 🥰
Syifa Aini
alur ceritanya menarik, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!