Bukan terlahir dari keluarga miskin, tidak juga terlilit hutang atau berada dalam situasi yang terdesak. Hanya saja alasan yang masuk akal bagi Alexandra menjadi simpanan bosnya karena dia telah jatuh hati pada karisma seorang Damian.
Pertentangan selalu ada dalam pikirannya. Akan tetapi logikanya selalu kalah dengan hatinya yang membuatnya terus bertahan dalam hubungan terlarang itu. Bagaimana tidak, bosnya sudah memiliki istri dan seorang anak.
Di sisi lain ada Leo, pria baik hati yang selalu mencintainya tanpa batas.
Bisakah Alexandra bahagia? Bersama siapa dia akan hidup bahagia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexandra (Simpanan Bos) 1
"Sudah pagi, bos."
Sandra menyingkap tirai kamar. Mempersilakan cahaya matahari masuk menyinari sebagian tempat tidur yang tampak berantakan. Sama seperti pria yang masih enggan bangun dari peraduannya.
Sandra sendiri sudah rapi dan bersiap bekerja, di sebelah gedung apartemen yang di tempatinya sekarang.
"Hari ini saya tidak ada meeting penting yang harus saya pimpin jadi saya masih bisa istirahat, Sandra."
Damian menutup wajah dari silaunya cahaya matahari yang mengenainya. Rasanya masih begitu nyaman berada di atas kasur empuk yang menjadi penghilang segala lelahnya.
"Memang tidak ada, bos. Hanya saja Papa mertua bos sedang dalam perjalanan menuju kantor."
Sandra menyerahkan ponsel Damian, memperlihatkan pesan yang dikirimkan Papa Noval. Damian menerimanya lalu dengan malas beringsut duduk di tepi tempat tidur. Kembali menyerahkan ponselnya pada Sandra sembari menatapnya.
"Kau itu seperti obat tidur."
Senyum lebar terbit dari wajah cantik Sandra. "Saya senang bos bisa istirahat dengan baik."
Kemudian Damian bangkit, mendekati Sandra lalu berdiri tepat di depannya. "Untuk semua yang kau miliki, sungguh sangat sempurna."
Sandra hanya tersenyum puas atas pujian bos Damian sekaligus senyum menahan geli akibat tangan Damian yang sudah meremas bokongnya. Pria itu segera menghilang di balik pintu kamar mandi. Karena dia tidak bisa mengabaikan kedatangan Papa mertuanya.
Burger dan segelas teh hangat dicampur madu sudah siap di meja makan. Menyambut kedatangan Damian yang langsung duduk di hadapannya.
"Kau tidak ikut sarapan?."
"Nanti saja di kantor, sayang kalau harus membuang sarapan yang selalu dibuat Leo."
"Kau sangat jujur, itu yang sangat saya suka. Kau bisa menghargai orang lain tanpa harus menerima perasaan pria itu."
Sandra hanya tersenyum samar.
Mereka pun keluar apartemen bersama, tapi kemudian mereka berpisah di lantai yang berbeda. Sebab Sandra harus sarapan di kantin bawah bersama Leo. Sandra tersenyum saat melihat pria baik itu sudah menunggunya.
"Sudah lama?."
Leo menggeleng sembari tersenyum tanpa ada yang ditutupi. "Baru tiga puluh menit."
Sandra merasa tidak enak hati. "Itu sudah lama, bukan baru."
Kemudian Sandra membuka kotak bekal makan yang sudah ada di hadapannya. Lalu mulai memakannya dengan sangat lahap.
"Seperti biasa, makanan yang kau buat selalu luar biasa lezat."
Leo tersipu malu karena pujian perempuan yang sangat dicintainya. "Aku senang kau menyukainya."
Sandra mengangguk bersemangat. "Hmmm."
*
"Juwita mengeluh padaku kau sudah jarang pulang ke rumah. Ada apa dengan hubungan kalian? Kalau ada apa-apa kau bisa bicara padaku."
Papa Noval mendapatkan pengaduan dari putri tersayangnya perihal Damian yang sudah mulai jauh dari keluarga. Sebagai seorang Papa, tentu saja menginginkan yang terbaik untuk putrinya. Papa Noval harus turun tangan mengembalikan kebahagiaan dan keharmonisan keluarga putrinya.
"Hubungan kami baik-baik saja, tapi memang aku jarang pulang karena pekerjaan proyek baru yang minggu lalu masuk. Aku harus fokus mempelajarinya jadi aku menginap di kantor."
Tentu saja itu merupakan suatu kebohongan belaka yang tidak mungkin terendus oleh Papa mertuanya. Sebab dia sudah menyimpan rapat hubungannya bersama Alexandra yang sudah berjalan enam bulan. Dan karena juga Papa mertuanya orang yang sangat mempercayainya melebihi pada putrinya sendiri.
"Iya, kau benar. Proyek itu memang memakan banyak waktu, tenaga dan pikiran. Jadi pantas saja kau harus bekerja keras dan lebih fokus lagi."
Memang Papa Noval yang memberikan proyek itu jadi dia sangat paham dengan apa yang terjadi pada menantunya. Kemudian Papa Novel pamit pulang setelah memastikan hubungan menantunya dan putrinya tidak ada masalah yang berarti. Ini hanya putrinya saja yang menginginkan perhatian lebih dari suaminya yang sedang sibuk bekerja. Dan masih bisa diatasi dengan komunikasi yang baik.
Damian bisa bernapas dan langsung meminta Sandra ke ruangannya. Tidak berselang lama perempuan itu datang membawa catatannya.
"Nanti malam aku tidak pulang ke apartemen."
"Baik, bos."
Lalu Damian memasang wajah kesal karena Sandra selalu bicara formal saat di kantor walau hanya ada mereka berdua saja. "Di sini tidak ada orang lain, tidak perlu bersikap formal begitu."
Sandra tersenyum tipis. "Tapi ini kantor, bos. Saya tidak ingin mengambil resiko."
Bukannya mengerti dengan alasan Sandra, jutsru Damian semakin merajuk dengan meminta jatah untuk melakukan adegan di dalam ruangan kerja itu. Tentu saja Sandra menolaknya, bagaimana juga dia tidak mau mengotori tempat mencari rezekinya.
Kembali Damian merajuk, membujuk Sandra supaya luluh dan bertekuk lutut menuruti keinginannya. "Sekali saja, Sandra. Saya jamin tidak akan ada mengetahuinya."
Tapi Sandra perempuan yang cukup berpegang teguh pada prinsip dan pendiriannya. Damian hanya bisa gigit jari saat Sandra menggelengkan kepala, menolak mentah-mentah keinginannya.
Yang terjadi di dalam ruangan kerja Damian menjadi hening setelah penolakan Sandra. Tidak lama pintu pun ada yang mengetuk.
Tok Tok
"Masuk!."
Lantas Leo masuk membawa beberapa berkas di tangannya. Berjalan melewati Sandra yang ada di sana. Mengabaikan rasa perih di hatinya karena dia tahu hubungan spesial Sandra dengan bos mereka.
"Ini keuangan yang Pak Damian minta."
"Oke, kau bisa kembali bekerja."
"Baik, Pak."
Leo pun pergi dari sana tanpa menoleh pada Sandra.
"Kalau tidak ada yang lain, saya pamit."
Damian menatapnya tajam. "Kau mau menyusulnya?."
"Iya."
Sandra tidak main-main dengan ucapannya. Dia segera berjalan setengah berlari supaya bisa mengejar Leo.
Dari kursi kebesarannya Damian melihat punggung Sandra yang menghilang di balik pintu. Baginya, Sandra tidak lebih dari perempuan yang dapat menghilangkan rasa penatnya. Mampu memenuhi kebutuhan biologisnya tanpa adanya ikatan.
*
"Papa..."
Sambutan hangat disertai suara nyaring didapatkan Damian dari putri kecilnya, Aurora.
Senyum Damian pun begitu lebar, menyambut tubuh mungil yang berlari ke arahnya. Menangkapnya lalu memeluknya. "Sayang..."
Juwita yang datang menyusul Aurora memasang wajah semringah karena suaminya pulang. Akhirnya mereka bisa menghabiskan waktu bersama di atas tempat tidur.
"Kau senang Papa pulang?."
Juwita mengusap rambut panjang putrinya yang dikepang dua.
"Iya, Mama."
"Papa sudah pulang dan sekarang kita ke kamar Aurora, katanya ada yang mau kau tunjukkan pada Papa."
Aurora tersenyum sembari mengangguk. Setibanya mereka di kamar, Aurora turun dari gendongan sang Papa. Membuka laci meja belajar, mengambil sesuatu dari sana lalu menujukkannya pada Papanya.
Sebuah gambar yang terdiri dari tiga orang, Papa Damian, Aurora dan Mama Juwita. Mereka bertiga bergandengan tangan dengan wajah penuh kebahagiaan.
"Aku juara satu, Papa."
"Kau akan menjadi seorang pelukis terkenal, sayang."
"Terima kasih, Papa."
"Iya, sayang."
Papa dan anak itu kembali berpelukan dan Juwita meninggalkan mereka berdua untuk menyiapkan makan malam romantis bersama suaminya.
Pelukan mereka terlepas, Aurora memegangi tangan Papanya kuat-kuat. "Terima kasih, Papa. Karena sudah sangat menyayangiku walau Papa tahu aku ini bukan putrimu."
Deg
entah kalau dia tau damian - sandra 😊🤫