Shinn, seorang pemuda dari keluarga miskin, hidup di dunia biasa...sampai suatu hari ia menemukan barang rongsokan misterius di pasar loak. Saat ia mengutak-atiknya, muncullah jendela sistem aneh yang membawanya ke dunia paralel: sebuah dunia apokaliptik dipenuhi zombie dan puing-puing mecha raksasa.
Dengan sistem yang ia bangkitkan dari sampah, Shinn mengubah takdirnya. Ia menjarah dunia zombie, membangun kekuatan, menyembuhkan ibunya di dunia nyata, dan membentuk harem lintas dimensi yang setia padanya. Tapi itu baru permulaan.
Ketika realitas mulai retak, dan sistem-sistem purba bangkit untuk mengendalikan semua dunia yang pernah ada, Shinn harus memilih: tunduk… atau menjadi Nexus...poros semua dimensi, dan satu-satunya harapan untuk menyeimbangkan kehancuran.
Di tengah konflik antar dimensi, musuh tak terlihat, dan cinta yang tumbuh dalam medan perang, Shinn berdiri di ambang takdir sebagai pejuang terakhir dari Sistem Rongsokan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F R E E Z E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PROLOG: Dunia yang Terbelah
Langit malam menyala merah, seperti luka terbuka yang tak kunjung sembuh. Kota retak, bangunan runtuh, dan angin membawa aroma besi karat bercampur darah. Di antara reruntuhan itu, seorang pemuda berdiri, tubuhnya berbalut debu dan luka. Tangannya menggenggam erat potongan logam usang seperti memegang harapan terakhir di dunia yang sekarat.
Shinn. Namanya pendek, sederhana, namun hidup yang ia jalani jauh dari sederhana. Dunia tempatnya berpijak saat ini bukanlah dunia tempat manusia hidup—melainkan tempat kematian menunggu di setiap sudut. Zombie yang haus darah berkeliaran, bangkai mecha raksasa terbengkalai, dan reruntuhan peradaban modern membusuk dalam sunyi. Di dunia ini, kekuatan adalah hukum. Bertahan hidup adalah satu-satunya tujuan.
Namun kisah Shinn tidak dimulai di sini. Semua bermula di dunia pertama—dunia yang kita kenal. Bumi. Tempat di mana manusia masih hidup dalam sistem yang katanya "beradab." Tapi bagi Shinn, dunia itu tak lebih baik dari neraka yang satu ini.
Shinn tinggal bersama ibunya, Yura, di rumah kecil di pinggir kota besar. Rumah itu sempit, berdinding kayu lapuk, beratapkan seng karatan. Saat hujan datang, air bocor dari segala arah. Lantai tanah menggenang, dan ibunya menggigil, batuk terus-menerus dengan suara serak dan napas berat.
Ibunya menderita penyakit paru-paru kronis, dan Shinn tak pernah mampu membawanya ke rumah sakit. Tak ada asuransi, tak ada bantuan. Pemerintah tutup mata. Dunia menertawakan orang miskin seperti mereka. Makan pun kadang hanya sekali sehari. Namun, Yura selalu tersenyum. Senyum yang lembut, menyakitkan, dan penuh kasih, seolah berkata: "Maaf, Nak, ibu tidak bisa memberikanmu dunia."
Tapi Shinn tak menyalahkannya. Justru dari senyum itulah, ia mendapat alasan untuk terus hidup. Untuk bertahan.
Setiap hari, ia menyusuri tempat pembuangan, mengais barang bekas. Mecha rusak, kabel putus, pelat logam yang sudah usang—semua ia kumpulkan. Ia menjualnya ke tukang loak demi sekantong nasi dan sebutir obat. Ia dikenal sebagai pemulung jalanan. Orang-orang memandangnya jijik, memanggilnya 'sampah'. Namun Shinn tidak peduli. Baginya, satu-satunya hal yang penting adalah: 'Ibu harus hidup.'
Hari itu hujan deras. Petir menyambar langit yang gelap. Di tumpukan rongsokan terbesar di pinggir kota, Shinn menemukan sesuatu yang berbeda. Sebuah panel logam, setebal papan tulis, berbentuk persegi panjang dengan permukaan yang retak. Tidak berkarat, tidak lapuk. Justru… terlihat seperti baru. Di tengahnya terukir simbol asing yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Aura hangat aneh memancar samar dari balik logam itu, membuat bulu kuduknya merinding.
Entah mengapa, nalurinya berkata: ini bukan barang biasa. Ini bukan sekadar rongsokan.
Malam harinya, ketika listrik menyala sebentar di rumahnya, Shinn menghubungkan panel itu ke sisa baterai mecha yang ia simpan diam-diam. Saat arus mengalir, panel itu menyala. Layarnya menampilkan jendela transparan, dengan suara aneh berbicara di dalam kepalanya.
[Sistem Inisialisasi: Mengurai Dimensi...]
[Sinkronisasi Ditemukan: Subjek—SHINN]
Seketika, tubuhnya tersedot ke dalam pusaran cahaya. Ia tak sempat menjerit. Dunianya lenyap. Ia terjatuh ke tanah keras, dipenuhi puing, dan saat ia membuka mata, langit merah menyambutnya.
Dunia telah berubah.
Zombie berkeliaran. Mecha-mecha raksasa tergeletak hancur. Teknologi asing dan kehancuran menyatu dalam lanskap neraka.
Namun suara itu kembali, lebih jernih, langsung di dalam pikirannya:
[Void Genesis System Aktif.]
[Sumber daya tersedia: Barang Bekas & Mecha Rongsokan.]
[Tugas Awal: Bertahan Hidup. Bangun Kekuatan. Ubah Takdirmu.]
Shinn berdiri. Tubuhnya gemetar, bukan karena takut, tapi karena harapan yang menyala. Dunia ini memberinya alat. Sistem yang lahir dari barang bekas. Dunia ini memberinya kekuatan—sesuatu yang tak pernah ia punya sebelumnya.
Ia menatap tangannya. Genggamannya lebih kuat. Matanya lebih tajam. Di dalam dirinya, ada sesuatu yang bangkit. Kekuatan gelap, dalam bentuk yang belum ia pahami sepenuhnya.
“Aku akan kembali,” bisiknya pelan. “Dan saat itu, ibu akan sembuh. Dunia yang menertawakan ku akan menyesal.”
Langkah demi langkah, ia berjalan menembus reruntuhan, meninggalkan jejak pertama dalam perjalanan barunya. Perjalanan dari rongsokan menuju kebangkitan.
PERJALANAN DIMULAI.
it's okay, ganbatte nee.. aku tunggu hasil revisinya nanti. 🥰
kaya kata "Lu," itu rasanya kurang cocok untuk dibawa ke novel, bagiku.. tapi selera orang beda-beda.
terus untuk narasi menurutku lebih enak kalau ga pake bahasa santai. narasi tuh biasanya elegan gitu..
tapi aku tetep suka, alur ceritanya keren dan layak banget untuk diikuti kelanjutannya. semangat terus, Pangeran Es-ku yang tampan. 🥰
yang jelas ga dipisah oleh spasi.
atau mungkin.. "Terutama karena kalian bukanlah orang yang telah menyelamatkan kami."
mungkin lebih jelas lagi konteksnya?
"Kami, aku, dan tim..." jadi ga pusing bacanya. 😁
"Bercucuran dengan deras." atau "Mengalir dengan begitu deras."
konfliknya berkembang secara bertahap. sumpah, aku suka banget! 🔥
cuma aku mau kasih sedikit saran..
tokoh Shin mungkin daripada cuma disebut nama, lebih bervariasi kalau sebut ciri khasnya. rambutnya tebal kah? ada tahi lalat di muka atau area lain? ganteng, mancung, atau gimana. itu bisa untuk visualisasi tambahan, karena dia tokoh utama yang sebaiknya bisa dibayangkan wujudnya oleh pembaca.
"Aku sekarang punya kekuatan, ibu... Tunggulah, akan kuubah semuanya."
menurutku sih, itu lebih natural..
aku suka banget sama gaya penulisannya, mudah dimengerti tapi juga puitis. baru pertama baca karya buatan Pangeran Es, dan ga nyangka ternyata alurnya sekeren ini.
di nt, jarang aku liat karya hebat..
dan jujur, aku terpikat banget sama karya ini. chef kiss lah, buat Pangeran Es. ❄