NovelToon NovelToon
Ujug-ujug Punya Tiga Suami

Ujug-ujug Punya Tiga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Satu wanita banyak pria / Harem / Mengubah Takdir
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Mega Biru

Duit tinggal ceban, aku ditawarin kerja di Guangzhou, China. Dengan tololnya, aku menyetujuinya.

Kupikir kerjaan itu bisa bikin aku keluar dari keruwetan, bahkan bisa bikin aku glow up cuma kena anginnya doang. Tapi ternyata aku gak dibawa ke Guangzhou. Aku malah dibawa ke Tibet untuk dinikahkan dengan 3 laki-laki sekaligus sesuai tradisi di sana.

Iya.
3 cowok itu satu keluarga. Mereka kakak-adik. Dan yang paling ngeselin, mereka ganteng semua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mega Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

”Aku mau.”

Jawabanku membuat 3 putra Dorjen mengernyit kompak, menatapku seolah aku cuma bercanda.

Tapi kali ini aku serius. Aku sudah buat keputusan yang mantap demi uang. Aku akan terima tawaran ibu Dorjen untuk memberikan putra mereka keturunan, lalu pergi untuk memulai hidup baru dengan bayaran.

”Mau apa?” tanya Norbu.

”Aku mau jadi istri kalian." Jawabanku membuat mereka saling tatap. Namun jujur, aku masih memikirkan nasib fefek ini bila harus melayani mereka bertiga sebagai istri.

”Pilihan yang tepat,” jawab Sonam.

”Oh my God, sebentar lagi aku tidak perjaka," seru Norbu.

”Kamu yakin?” tanya Tenzin.

Akhirnya aku mengangguk meskipun berat. ”Aku yakin.”

Pilihan ini sangat-sangat berat. Tapi bagiku, lebih berat bila harus menolak tawaran mereka. Karena menangis karena hidup miskin itu rasanya gak enak. Lebih baik menangis tapi banyak uang.

”Baik, acara pernikahan kita sudah deal dilangsungkan besok," kata Sonam.

Aku sedikit kaku.

Besok?

Besok aku bakal jadi istri ke 3 pria ini?

”Tolong jaga kesehatanmu. Kamu butuh tenaga ekstra untuk mengahadapi kami.” Norbu menahan tawa.

”Tenaga ekstra?"

Tubuhku panas dingin. Apa maksud harus punya tenaga untuk menghadapi mereka? Atau jangan-jangan ....

”Jangan terlalu dipikirkan. Hari ini kamu boleh banyak istirahat. Masalah resepsi pernikahan, biar kami yang urus,” ujar Tenzin.

Aku mengangguk meskipun masih panas dingin. Namun perkataan Tenzin yang tenang sudah cukup membuat tubuhku relax sedikit. Pria beraura kalem itu benar-benar tipeku.

”Andai aja cuma Tenzin yang jadi suamiku. Aku pasti siap lahir batin,” batinku ngawur.

”Istirahat lah. Kami pergi dulu," ujar Sonam. Mereka pun pergi meninggalkanku, namun saat membuka pintu, tampak Deti yang masih menunggu di luar.

”Apa sudah selesai? Saya boleh masuk ke dalam?” tanya Deti kepada calon suami-suamiku itu.

”Sudah, bayaran akan langsung masuk ke rekeningmu,” jawab Sonam.

”Maksudnya?” Deti yang dari tadi berbicara menggunakan bahasa Tibet pun tertegun, tampak bingung.

”Masuk lah, kami ada urusan.”

Ucapan Tenzin membuat Deti menyisi, memberi jalan untuk ke tiga pria itu pergi. Dengan cepat Deti pun berlari ke arahku dengan raut sumringah.

”Ca, tadi maksudnya apa? Kenapa mereka mau bayar aku?” tanya Deti.

”Menurut kamu?” Aku memicing.

”Kamu terima tawaran untuk nikah dengan mereka?” Deti tampak menunggu jawaban dengan jantung berdebar.

”Iya.”

”Hah?” Deti terkejut dalam mata berbinar. ”K-kamu mau nikah sama mereka?”

”Iya.”

”Oh, Tuhan.” Deti tampak senang, lantas memelukku. ”Makasih banyak, Ca. Makasih kamu udah menyelamatkan ekonomi keluarga aku."

Aku mendorong dekapannya. ”Ekonomi kamu selamat, tapi fefekku gak selamat.” Lanjut melirik dengan pandangan sebal.

*

Hari yang paling kutakutkan akhirnya tiba. Bahkan udara pagi pun terasa lebih sesak, karena memikirkan nasibku ke depannya dengan keputusan yang kuambil ini.

”Cica?” Deti masuk kamarku sambil tersenyum lebar, penampilannya sudah cocok seperti mau kondangan.

”Apa?” jawabku ketus.

”Aku udah dapet bayaran dari keluarga Dorjen, Ca.”

”Terus?” Aku memicing.

”Lihat ini.” Dia menunjukan ponsel yang menampilkan notifikasi transaksi dari keluarga Dorjen.

“Oh, mendadak kaya ya,” sarkasku.

”Iya, Ca. Ini berkat kamu juga. Kamu mau berapa? Nanti aku bagi deh. Janji.”

”Gak usah, pake aja buat ekonomimu yang katanya lagi terpuruk itu. Aku juga bakal dapet bayaran lebih banyak dari kamu.”

”Jadi kamu mau nikah karena bayaran juga?”

”Ya iya dong. Aku gak mau sia-siakan kesempatan jadi kaya.”

Deti tersenyum lega. ”Aku senang karena kamu bisa berpikir realistis, Ca.”

”Hidup memang butuh uang. Gak ada uang bisa mati.” Aku membalas dengan tatapan sebal.

”Bagus." Deti pun memandang penampilan baruku yang sudah memakai baju pengantin Tibet.

”Kenapa?” tanyaku curiga.

“Kamu cantik banget, Ca.”

”Alah, itu pasti trik biar aku gak marah lagi, kan?”

Deti menggeleng. ”Kamu beneran cantik, Ca. Kudoakan setelah ini hidupmu makin beruntung.”

Aku menelan ludah, mengaminkan di dalam hati, lalu berbalik perlahan menghadap cermin besar di kamar ini. Dan untuk pertama kalinya, aku benar-benar memperhatikan diriku sebagai mempelai pengantin Tibet, setelah sebelumnya misuh-misuh saat didandani.

”Kamu memang cantik, Ca.”

Deti berdiri di belakangku sampai masuk ke dalam cermin. Ia memandangku yang memakai pakaian pernikahan Chuba berwarna merah, dengan kain tebal yang jatuh dengan elegan, dipadukan lapisan dalam berwarna emas yang berkilau setiap kali aku bergerak sedikit.

Aku mulai memperhatikan perhiasan berat yang katanya terbuat dari batu mulia Tibet. Kalung tiga lapis pun menjuntai di dadaku, tebal dan penuh detail, membuatku tampak seperti ratu dari lukisan kuno.

”Kamu pernah membayangkan baju pernikahan seperti ini, Ca?” tanya Deti.

”Gak, sama sekali enggak.”

Aku mulai memperhatikan rambutku yang disanggul tinggi, dijalin dengan helai kain merah dan emas, lalu dihiasi hiasan kepala perak besar berukiran rumit seperti simbol naga dan teratai. Beratnya pun membuat leherku terasa seperti menanggung beban gelar bangsawan.

Aku terpaku menatap sosok di cermin itu. Memperhatikan wajah yang sudah dipoles. Tampak cantik, tapi gak membuatku bahagia sama sekali.

“Selamat menempuh hidup baru ya, ratu Dorjen.”

Perkataan Deti membuat mataku berkaca-kaca. Harusnya aku senang dengan pernikahan ini. Tapi aku malah merasa sebaliknya. Ada sesuatu yang terasa kosong. Aku pun takut bapak dan ibu di sana gak setuju dengan keputusan yang kuambil ini.

”Kenapa nangis, Ca? Makeup kamu bisa luntur.” Deti mengambil tisu di meja rias, lalu membersihkan air mata di pipiku dengan hati-hati.

”Keputusanku ini tepat gak ya, Det?”

”Menurutmu?”

”Aku gak punya pilihan lain. Aku gak mau hidup susah lagi kayak dulu.”

”Berarti ini keputusan tepat buat kamu.”

Aku menghapus air mataku. Dengan tekad, aku memantapkan diri untuk masuk ke dalam kesempatan emas ini.

TOK! TOK! TOK.

Ketukan pintu itu membuatku dan Deti menoleh ke arah pintu yang terbuka. Aku pun sedikit tegang saat melihat 3 putra Dorjen sedang berdiri di luar kamarku.

”Ada apa?” Jantungku berdebar kencang. Apalagi saat melihat penampilan mereka yang gagah dan tampan. Mereka bertiga pun memakaikan pakaian pernikahan tradisional, menatapku bersamaan.

”Sudah siap jadi istri kami?” tanya Sonam. Norbu yang berdiri di sampingnya tersenyum tampan, sedangkan Tenzin yang berdiri di sebelahnya pun memasang mimik tenang.

”Siap?” Norbu menunggu jawaban.

Tanganku reflek mengepal dengan jantung semakin berguncang. Namun mau tak mau akhirnya aku menjawab dengan anggukan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!