NovelToon NovelToon
Penyesalan Anak Dan Suami

Penyesalan Anak Dan Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:5M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sikap anak dan suami yang begitu tak acuh padanya membuat Aliyah menelan pahit getir segalanya seorang diri. Anak pertamanya seorang yang keras kepala dan pembangkang. Sedangkan suaminya, masa bodoh dan selalu protes dengan Aliyah yang tak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu fokus pada rumah tangga dan ketiga anaknya. Hingga suatu hari, kenyataan menampar mereka di detik-detik terakhir.

Akankah penyesalan anak dan suami itu dapat mengembalikan segalanya yang telah terlewatkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PAS 1

"Aliyah ... " teriak Amar, suami Aliyah.

"Iya, sebentar," sahut Aliyah dari dapur. Ia sedang memasak sarapan untuk keluarga kecilnya.

"Aliyah, kemejaku yang warna biru mana? Cepat kemari! Lelet amat jadi orang," pekik Amar lagi dari dalam kamarnya.

Aliyah yang saat itu sedang menggoreng ayam pun segera mengecilkan api kompor agar tidak gosong. Dengan langkah panjang, Aliyah berjalan menuju kamarnya dan suaminya.

"Ada apa, Mas?" jawab Aliyah dengan nafas ngos-ngosan. Telapak tangannya menyeka keringat yang bercucuran karena sejak bangun subuh tadi ia belum sempat beristirahat.

"Ada apa? Dasar kuping budek. Mana kemeja biruku? Cepat cari!" sentak Amar ketus.

Aliyah pun gegas membuka lemari dan mencari pakaian yang dimaksud.

"Kenapa nggak pake kemeja yang sudah aku siapin aja sih, Mas? Daripada repot-repot cari kayak gini," ujar Aliyah sambil mencari kemeja biru yang dimaksud Amar.

"Tidak usah banyak protes. Lakukan saja apa yang aku suruh," ketus Amar. Aliyah hanya bisa menghela nafas panjang. Entah mengapa makin hari sikap suaminya makin ketus dan kasar padanya.

"Ibu ... ibu, kenapa seragam putih Nana nggak ibu setrika sih? Lecek gini," pekik Nana, anak pertama Aliyah dan Amar.

"Emang ibumu ini pemalas. Padahal seharian berada di rumah, tapi kerjaannya masih aja nggak ada yang becus. Entah apa yang dikerjakan ibumu ini. Pasti sibuk ngerumpi di rumah tetangga atau nggak tidur-tiduran melulu," sahut Amar memojokkan Aliyah.

"Astaghfirullah Mas, mana pernah aku ngerumpi di rumah tetangga apalagi tidur-tiduran. Boro-boro mau tidur, baru aja mau rebahan, ada aja tingkah Gaffi sama Amri," jawab Aliyah apa adanya. Gaffi dan Amri adalah anak kedua dan ketiga Aliyah dan Amar. Gaffi berusia 5 tahun, sedangkan Amri baru berusia 2 tahun.

Amar mendelik tak suka saat Aliyah justru menjawab kata-katanya.

"Kamu makin hari makin melawan ya! Udahlah, nggak usah bohong. Kalau kamu emang nggak ngerumpi sama tidur-tiduran aja, kenapa pekerjaan kamu nggak ada yang beres? Sok sibuk aja terus. Padahal cuma di rumah aja kerjanya. Mana penampilan makin hari makin kucel, kumel, dan dekil. Jadi perempuan kok nggak becus amat," omel Amar panjang lebar. Aliyah hanya bisa beristigfar dalam hati, meminta kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi sikap suaminya yang makin semena-mena padanya.

Baru saja Aliyah hendak membuka mulut menyahuti kata-kata Amar, tapi suara si sulung menginterupsinya.

"Bu, aku mau sekolah ini. Buruan setrikain sekarang," seru Nana sambil melemparkan seragam sekolahnya ke arah Aliyah yang lan reflek ditangkap Aliyah.

"Nana, kamu kan sudah besar. Sudah bisa setrika sendiri. Ibu masih sibuk. Mau buat sarapan," ucap Aliyah seraya memberikan seragam sekolah itu lagi pada Nana.

"Nggak mau. Nana nggak bisa. Kalo ibu nggak setrikain, Nana nggak mau sekolah," ketus Nana sambil melemparkan kembali bajunya kepada sang ibu. Lalu ia segera membalikkan badannya dan pergi dengan jalan dihentak-hentakkan.

"Nana, ibu masih banyak kerjaan ... "

"Setrika aja sebentar kenapa sih? Kalau setrikanya kena tangan Nana bagaimana, hah?"

"Tapi Mas, aku ... " Tiba-tiba kedua orang itu mencium bau gosong. "Astaghfirullah, aku hampir lupa. Aku sedang menggoreng ayam untuk Gaffi dan Amri," pekik Aliyah sambil berlari menuju dapur.

Aliyah hanya bisa menghela nafas kasar saat melihat ayam gorengnya sudah terlanjur gosong. Aliyah memijit pelipisnya yang sejak tadi merasa pening, tapi ia tahan-tahan.

"Kamu ini, goreng ayam saja tidak becus," omel Amar lagi. Ingin Aliyah menyanggahnya, tapi Aliyah telan keinginan itu. Ia justru memilih membuatkan kopi untuk sang suami.

"Bu, ayam goyeng Affi ana?" tanya Gaffi yang meski usianya sudah menginjak 5 tahun, tapi belum bisa berbicara dengan jelas.

"Sebentar ya, Nak. Ibu buat kopi ayah dulu," tukas Aliyah sambil menuangkan air panas ke dalam cangkir kopi.

"Ibu, baju Nana disetrika belum?" teriak Nana dari dalam kamar.

"Bu ... huaaa ... " tiba-tiba terdengar teriakan si bungsu Amri dari arah ruang tamu. Teriakan itu kini berubah menjadi raungan tangis yang membuat Aliyah khawatir terjadi sesuatu pada Amri. Aliyah pun segera meletakkan kopi untuk Amar dan berlari dengan tergesa untuk melihat apa yang terjadi pada si bungsu.

Aliyah syok saat melihat Amri sudah terduduk di lantai sambil menangis. Sepertinya ia baru saja terpeleset di lantai yang basah akibat ceceran susu yang ditumpahkan Amri sendiri.

"Astaghfirullah, Amri kamu nggak apa-apa, Nak?" tanya Aliyah khawatir. Ia pun langsung meraih Amri ke dalam gendongannya untuk menenangkannya.

"Bu, Bu, Bu, huaaa ... " tangis Amri makin menjadi.

"Astaga, kapan ini rumah ini bisa tenang sih? Kamu ini bisa becus jadi ibu nggak sih? Nenangin Amri aja nggak bisa. Berisik tau. Buat sakit kepala aja," sentak Amar dengan mata melotot.

"Ibuuu, baju aku kenapa belum disetrika juga sih?" omel Nana dengan wajah cemberut.

"Nana, ibu kan udah bilang, setrika sendiri dulu. Kamu bantu jaga adik kamu nggak mau, gimana ibu bisa setrika baju kamu? Buat sarapan aja, ibu belum selesai," tukas Aliyah terus berusaha menahan kekesalannya. Jikalau ia marah-marah pada Nana, bisa jadi suaminya akan makin marah-marah.

"Makanya, jadi ibu itu yang becus. Urus anak nggak becus, masak nggak becus, urus rumah nggak becus, jadi kamu bisanya apa, hah?" sentak Amar dengan wajah garangnya.

Byurrr ...

"Kamu mau buat lidah aku terbakar, hah? Sengaja kamu, hah?" sentak Amar lagi karena kopi yang ia minum ternyata masih sangat panas.

"Kopinya baru sempat dibuat, Mas, wajar masih panas."

"Jawab terus!" delik Amar kesal.

"Aku kan cuma bicara apa adanya, Mas."

"Ini mana sarapannya, Aliyah?"

"Bu, Affi hayu mamam," panggil Gaffi merasa sudah lapar.

"Sebentar Mas, aku belum selesai masak," jawab Aliyah seraya hendak mendudukkan Amri di kursi, tapi Amri tak mau. Ia terus menggelayut di leher Aliyah tanpa mau melepaskannya. "Sebentar ya, Gaffi. Adek masih mau minta gendong. Dek, main sama Abang Gaffi dulu, mau ya!"

"Ndak," seru Amri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mau kut mbu."

"Aaakh, ibu ini gimana sih? Dah ah, aku nggak mau sekolah," ketus Nana kesal karena Aliyah tak kunjung menyetrikakan bajunya. Lalu ia membalikkan badannya menjauh dari sang ibu.

"Nana, baju kamu kan nggak terlalu kusut itu, pakai lagi aja. Nggak perlu setiap mau dipakai mesti disetrika dulu," pekik Aliyah, tapi tak digubris anak pertamanya itu.

"Aliyah, kamu lagi ngapain sih lama banget! Aku bisa terlambat ke kantor ini!" teriak Amar sambil memainkan ponselnya di meja makan.

"Iya, Mas. Sebentar," sahut Aliyah sambil berjalan terburu ke dapur. "Mas, Amar nggak mau diturunkan. Mas gendong Amar sebentar ya, biar aku bisa lanjutin masaknya," ujar Aliyah berharap Amar mau menggendong Amar sejenak.

Bukannya mengulurkan tangannya untuk menyambut sang anak, Amar justru mendelik kesal.

"Kamu ini, udah tau aku sudah berpakaian rapi, kamu malah minta aku gendong Amar? Bisa-bisa pakaianku kusut, ngerti nggak sih!" sentak Amar tanpa perasaan.

Dada Aliyah berdenyut nyeri, bahkan suaminya lebih sayang bajunya daripada anaknya. Padahal apa salahnya menggendong anaknya sebentar, tapi suaminya justru lebih memilih memainkan ponselnya.

Inilah kisah Aliyah, seorang istri sekaligus seorang ibu yang terus berjuang untuk suami dan anak-anaknya, tapi sayang perjuangannya tak pernah dianggap.

...***...

...Welcome to the my new story....

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Amriati Plg
Bapak nya nafisa jangan2 bapak nya amar juga berarti nafisa n amar saudara tiri
Trial Ajah
emaknya lontay eh anakny lontay jg hadeeeehh
Sri Andesta
amar kalau nga suka dgn aliyah mwndingan kembalikan ke ortunya
jgn disiksa disik & bathinnya
kriwil
makanya aliyah jadi bini dan ibu itu ya pinter dikit bukan nurut kek babu aja di gaji kagak kerja setiap hari cuma di caci maki wiuh kok betah🤣
kriwil
langsung siran aja kopi panas itu ke mulut mar samar🤣
kriwil
kalau aku udah ku lempar piring mukanya biar bonyok 🤣
kriwil
ini ibu istri apa pembantu si aliyah punya anak kirang ajar kok di ladeni
yesi milawati Panggabean
🤩🤩
maya ummu ihsan
sialan tuh laki2
maya ummu ihsan
sibuk sekali hidupnya
Jetty Eva
biasax reflek terjadi krn berada dlm situasi yg tdk menguntungkan/membahayakan maka otak memerintahka bagian tubuh yg dibutuhkan saat itu utk mempertahankan diri/menyelamatkan diri..
Jetty Eva
katax ngawasi...??????
Jetty Eva
tergantung mbak..klo yg korban byk duit ya ga jd...tp klo yg penjahat byk duit..ya jd😆😆😆
Jetty Eva
dibalut verban...
Jetty Eva
mantap bunda Naima...majuuu...biar yg ono telan paku melintang😁😁😁😁
Jetty Eva
ternyata Nafisa pux bakat turunan dr ibux..😆😆😆
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐤𝐚𝐤 𝐨𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐤𝐥𝐨 𝐝𝐢 𝐤𝐨𝐧𝐨𝐡𝐚, 𝐧𝐠𝐞𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐫𝐚𝐦𝐩𝐨𝐤 𝐛𝐬 𝐣𝐝 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚 𝐤𝐚𝐤
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐧𝐠 𝐬𝐝𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐚𝐢 𝐤𝐚𝐫𝐦𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐧𝐠𝟐
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐍𝐚𝐟𝐢𝐬𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐥 𝐚𝐩𝐚 𝐠𝐦𝐧 𝐠𝐤 𝐩𝐧𝐲 𝐨𝐭𝐚𝐤 𝐲𝐚
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
👏👏👏👏👏👏👏👏👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!