Di sebuah desa kecil di lereng Gunung Sumbing, Temanggung, hidup seorang pemuda bernama Arjuna Wicaksono. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama neneknya yang renta. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia masih balita, sementara kakeknya telah lama pergi tanpa kabar. Hidup Arjuna berada di titik terendah ketika ia baru saja lulus SMA. Satu per satu surat penolakan beasiswa datang, menutup harapannya untuk kuliah. Di saat yang sama, penyakit neneknya semakin parah, sementara hutang untuk biaya pengobatan terus menumpuk. Dihimpit keputusasaan, Arjuna memutuskan untuk merantau ke Jakarta, mencari pekerjaan demi mengobati sang nenek. Namun takdir berkata lain. Malam sebelum keberangkatannya, Arjuna menemukan sebuah kotak kayu berukir di balik papan lantai kamarnya yang longgar. Di dalamnya tersimpan cincin perak kuno dengan batu safir biru yang misterius - warisan dari kakeknya yang telah lama menghilang. Sejak menggunakan cincin itu, kehidupanNya berubah drastis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Waktunya ngampus
Beberapa minggu telah berlalu sejak pengumuman yang mengubah hidup Arjuna. Waktu yang ia isi dengan bekerja keras di proyek bangunan sambil sesekali membaca buku-buku yang ia beli bersama Ucup. Hari yang ia tunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari pertama ia secara resmi akan menginjakkan kaki di Universitas Nusantara Global sebagai mahasiswa baru.
Pagi itu, Arjuna bangun jauh sebelum adzan Subuh. Jantungnya berdebar dengan campuran rasa gugup dan semangat yang meluap-luap. Ini bukan lagi mimpi. Ini adalah kenyataan. Ia mengenakan kemeja putih bersih yang ia setrika dengan sangat hati-hati semalam, dipadu dengan celana bahan hitam, sesuai dengan aturan pakaian untuk kegiatan OSPEK bagi para "Maba" (Mahasiswa Baru).
Saat ia bercermin, ia melihat sosok yang berbeda. Bukan lagi sekadar Arjuna si anak desa atau Arjuna si kuli bangunan. Hari ini, ia adalah Arjuna Wicaksono, penerima beasiswa prestasi UNG. Sebuah rasa bangga yang hangat menjalar di dadanya.
Ia sengaja berangkat sangat pagi untuk menghindari macet dan agar tidak terlambat di hari pertamanya. Teman-teman kosnya yang lain masih terlelap. Dengan langkah ringan dan penuh harapan, ia berjalan menuju jalan raya untuk mencegat angkot.
Setelah menunggu beberapa saat, angkot yang menuju ke arah kampusnya pun datang. Ia naik dan mengambil tempat duduk di dekat jendela, membiarkan angin pagi menerpa wajahnya. Perasaannya begitu luar biasa.
Saat angkot mulai terisi oleh penumpang lain, ia mengedarkan pandangannya. Dan saat itulah, matanya terpaku.
Di sudut depan, duduk dengan tenang sambil membaca sebuah buku novel berbahasa Inggris, adalah Aulia.
Arjuna terkejut. Ia mengerjapkan matanya, mengira ia salah lihat. Tapi itu benar-benar Aulia. Mengenakan setelan kemeja putih dan rok hitam yang sama dengannya, namun entah kenapa di tubuhnya pakaian sederhana itu tampak begitu elegan dan berkelas.
Bagaimana bisa?
Pikiran Arjuna langsung berputar. Ia sangat yakin ia keluar dari kosan lebih dulu. Ia tidak mendengar suara pintu kamar Aulia terbuka. Ia tidak mendengar langkah kakinya di tangga. Kapan gadis ini berangkat? Kapan ia menyusul dan sudah duduk manis di dalam angkot bahkan sebelum Arjuna tiba di jalan raya?
Misteri kecil itu membuat Arjuna semakin melihat Aulia sebagai sosok yang sulit ditebak dan selalu selangkah di depan.
Seolah merasakan ada yang menatapnya, Aulia perlahan mengangkat kepala dari bukunya. Mata mereka bertemu di tengah keramaian angkot yang berguncang pelan. Untuk sesaat, hanya ada mereka berdua. Tidak ada senyum, tidak ada sapaan. Aulia hanya menatapnya dengan sorot mata tajamnya yang biasa, lalu memberikan sebuah anggukan kepala yang sangat singkat. Sebuah pengakuan tanpa kata. 'Jadi, kita bertemu lagi di sini. Di titik start.'
Arjuna, yang sedikit gugup, berhasil membalas dengan anggukan kaku.
Setelah itu, Aulia kembali menunduk, melanjutkan bacaannya seolah tidak ada apa-apa yang terjadi. Namun Arjuna tahu, sesuatu telah dimulai. Perlombaan di antara mereka tidak lagi hanya di atas kertas pengumuman. Perlombaan itu kini nyata, terjadi di kehidupan sehari-hari. Dan tampaknya, untuk pagi ini, ia sudah kalah start.
Angkot berhenti tepat di depan halte yang berjarak beberapa ratus meter dari gerbang utama Universitas Nusantara Global. Arjuna turun lebih dulu, mengucapkan terima kasih pada sopir, dan bersiap untuk berjalan sendirian. Ia mengira Aulia, seperti di dalam angkot, akan menjaga jarak dan pergi dengan caranya sendiri.
Namun, saat ia baru melangkah beberapa meter, sebuah suara jernih memanggil namanya.
"Arjuna."
Ia berbalik dan mendapati Aulia sudah turun dari angkot dan kini berdiri menatapnya.
"Kita dari kosan yang sama, dan kuliah di tempat yang sama," kata Aulia dengan nada logis dan praktis, seolah sedang menyatakan sebuah fakta yang tak terbantahkan. "Kenapa kita tidak berangkat bareng saja sih?"
Arjuna terdiam, benar-benar bingung. Pertanyaan itu begitu sederhana, begitu normal, namun datang dari Aulia, rasanya menjadi sesuatu yang luar biasa. Gadis ini, rivalnya yang dingin dan misterius, baru saja mengajaknya untuk... berangkat bersama? Logikanya tidak menemukan alasan untuk menolak, tapi hatinya masih merasa canggung.
Melihat Arjuna yang hanya diam, Aulia menghela napas pendek. "Lebih efisien. Dan lebih aman. Daripada jalan sendiri-sendiri."
"Ah... i-iya, benar juga," jawab Arjuna akhirnya, merasa sedikit bodoh. "Maaf, saya tidak terpikir ke sana."
"Aku tahu," balas Aulia singkat.
Mau tidak mau, Arjuna pun akhirnya berjalan berdampingan dengan Aulia menuju gerbang kampus. Suasananya sedikit kaku. Arjuna tidak tahu harus berkata apa, sementara Aulia tampak nyaman dalam keheningannya.
Saat mereka melewati gerbang utama yang megah, pemandangan di dalamnya membuat Arjuna kembali terpesona. Kampus ini begitu luas, hijau, dan tertata rapi. Udara pagi terasa sejuk dan bersih. Dan yang paling penting, suasana masih sangat sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa lain atau staf kampus yang berlalu lalang.
"Kita kepagian," kata Aulia sambil melirik jam tangan elegannya. "Masih lebih dari satu jam sebelum acara pembukaan OSPEK dimulai."
Arjuna hanya mengangguk.
"Mumpung masih sepi," lanjut Aulia, seolah bisa membaca pikiran Arjuna yang ingin menjelajah. "Kita lihat-lihat dulu."
Tanpa menunggu jawaban, Aulia mulai berjalan menyusuri jalan utama kampus, dan Arjuna secara otomatis mengikutinya. Mereka berjalan dalam diam pada awalnya, melewati gedung-gedung fakultas yang modern dan megah. Arjuna melihat papan nama 'Fakultas Ekonomi dan Bisnis', gedung yang akan menjadi rumah akademisnya, dengan perasaan bangga.
"Kita satu jurusan, kan?" tanya Aulia tiba-tiba, memecah keheningan. "Manajemen Bisnis."
Pertanyaan itu lebih terdengar seperti pernyataan. Arjuna menoleh, rasa terkejutnya kini berlipat ganda. "Iya... Manajemen Bisnis. Kok kamu bisa tahu saya juga di sana?"
"Aku melihat daftar alokasi jurusan untuk penerima beasiswa," jawabnya datar sambil terus berjalan. "Peringkat satu dan peringkat dua. Ditempatkan di jurusan yang sama. Kebetulan yang menarik, bukan?"
Arjuna terdiam. Jadi, takdir tidak hanya menempatkan mereka di universitas yang sama, tapi juga di medan pertempuran yang sama persis. Setiap kelas, setiap tugas, setiap ujian, ia akan berhadapan langsung dengan Aulia.
Mereka terus berjalan, melewati perpustakaan pusat yang bangunannya seperti sebuah mahakarya arsitektur, lalu melintasi area danau buatan yang indah di tengah kampus. Keheningan di antara mereka kini tidak lagi terasa sekaku tadi, melainkan terisi oleh sebuah tegangan kompetitif yang tak terucapkan.
Mereka berhenti di sebuah bangku taman yang menghadap ke danau. Sinar matahari pagi mulai terasa hangat, dan mahasiswa-mahasiswa baru lainnya mulai berdatangan, memenuhi jalanan kampus dengan tawa dan obrolan. Momen tenang mereka berdua telah berakhir.
"Sudah waktunya," kata Aulia sambil berdiri.
Arjuna ikut berdiri. Ia menatap Aulia, rivalnya. Kini ia tahu, perlombaan di antara mereka akan terjadi di setiap langkah yang mereka ambil di kampus ini.
Perlombaan mereka akan segera dimulai, dan untuk pertama kalinya, mereka akan melangkah ke garis start yang benar-benar sama.
biar nulisny makin lancar...💪