Bab 10

Pov Citra

Saat itu...

Aku mendengar suara tangis bayiku. Arshaka Albiruni ,nama yang aku dan mas Ziyad siapkan sejak ia berada dalam kandungan ku. Nama Albiruni kami ambil seperti nama belakang papanya juga kakak lelakinya.

Aku tahu, dokter sudah memperingatkan ku sejak awal kehamilan ku. Memilih untuk menyelamatkan bayiku atau nyawaku. Tapi aku tahu, yang kuasa maha mengetahui apa yang terbaik untuk umatnya.

Setelah mendengar tangisan Shaka, aku justru seolah segan membuka mataku. Tubuh ku terasa lemas bagai tak bertulang.

Aku bisa mendengar mereka, tapi aku tak bisa apa-apa! Bahkan aku pasrah jika memang kisah seorang Citra harus berakhir tanpa bahagia selama hidupnya.

Dan saat aku berhasil membuka mataku setelah berhari-hari terlelap, aku pun tak bisa melakukan apa pun. Hanya diam!!

Berbagai upaya Riang juga papanya untuk membuat ku kembali normal. Tak kurang Ziyad mendatangkan dokter dari luar negeri. Juga beberapa pengobatan alternatif. Dan aku....masih seperti ini selama bertahun-tahun lamanya.

Aku bisa melihat anak suamiku, putri sulungku, anak bungsuku, cucuku juga menantu ku. Tapi ada yang kurang di mataku. Sosok anak laki-laki yang sangat ku manjakan meski tak lahir dari rahimku.

Aku menyayangi Riang juga Shaka, tapi aku pun menyayangi Shakiel layaknya darah dagingku sendiri.

Sejak Ziyad dan Naya berpisah, tak satupun kabar yang aku dengar tentang putra ku itu. Sebagai seorang ibu yang turut membesarkannya, aku sangat merindukannya.

Tingkahnya, ulah jahilnya, keceriannya. Tapi tanpa aku sadari, aku juga yang sudah merebut kebahagiaannya.

Dia pergi dengan perasaan kecewa, aku tahu itu! Bahkan mungkin aku jauh lebih tahu dari Naya, ibu kandungnya sendiri.

Shakiel tak pernah menutupi apa pun dari ku. Bahkan saat ia pertama kali mengatakan bahwa ia menyukai seorang gadis, yang tak lain adik ipar mbaknya sendiri. Aku yang tahu, bukan Naya.

Dan setelah bertahun-tahun lamanya aku terbaring tanpa pergerakan apa pun, aku mendengar Ziyad menyebut namanya.

Nama anak laki-laki yang ku rindukan. Shakiel Albiruni!

💕💕💕💕💕💕

Syam dan Zea juga Deni mengajak El untuk ke rumah Syam. Tapi remaja yang sudah mendekati dewasa itu memilih untuk menginap di salah satu hotel dekat rumah sakit sampai ia menemukan tempat tinggal.

"Dari pada kamu kost, kamu tinggal di rumah mba mu El. Ada Ganesh juga di sana!", kata Syam.

Shakiel sempat menoleh saat kakak iparnya menyebut salah satu sahabat dekatnya.

"Terima kasih sebelumnya!", kata El. Lalu ia menyeret kopernya mendahului ke pintu keluar.

Syam hanya menghela nafas mengikuti adik iparnya keluar gate kedatangan. Begitu juga dengan Zea dan Deni.

"Shakiel!", panggil Syam lagi saat ia berhasil menyusulnya. Shakiel pun menoleh.

"Mas minta nomor ponsel kamu! Andai kamu memang belum mau menemui mba atau papa, mas masih bisa hubungi kamu!", kata Syam.

Shakiel mengeluarkan ponselnya lalu menyerahkannya pada Syam. Dengan senang hati Syam men-scan barcode whatsApp Shakiel.

"Terima kasih! Mas sangat berharap kamu pulang El!", Syam mengusap puncak kepala Shakiel. Dan setelah itu, ketiga orang dewasa itu meninggalkan El yang akan menggunakan taksi yang berbeda.

"Kok si El beda banget ya?", tanya Zea.

"Ya kan udah gede sekarang mah!", jawab Deni.

"Lain eta Aa! Maksudna teh, dulu mah dia mukanya nyebelin sok jahil gitu! Tapi sekarang....buset deh ...beda tipis sama kakak iparnya pas segitu umurnya!", celetuk Zea.

Syam dan Deni tak menanggapi ucapan Zea hingga perempuan beranak dua itu memilih tidur. Jalan ke arah rumah Syam cukup padat di jam segini. Jangan di tanya berapa lama dari bandara ke rumah, beda tipis sama penerbangan Bali-Jakarta.

"Aku yakin, hati El bakal luluh kalau udah liat kondisi Mama Citra!", monolog Syam. Deni pun setuju dengan ucapan Syam.

💕💕💕💕💕💕💕

"Dek!", panggil Galih pada saudara kembarnya. Keduanya sudah full di rumah setelah lulus. Dan mereka akan mempersiapkan diri untuk kuliah di ibukota nanti.

"Naon??", tanya Lia sambil membuka-buka komik detective Conan entah jilid berapa dan untuk yang ke berapa kalinya.

"Aku punya rahasia sih sebenernya selama ini ke kamu teh?!", kata Galih. Lia pun menegakan badannya.

"Rahasia naon??", tanya Lia.

"Eum...baheula si El mah sebenernya suka sama kamu, tapi karena katanya kita teh masih saudara...dia mah milih diem. Eh...kamu na ge ternyata naksir sama kak Diaz!", kata Galih.

Plukkk! Ghalia melempar bantal yang ada di sampingnya.

"Terus kenapa atuh baru cerita sekarang Aa!? Dan maksud na naon coba cerita ayeuna, heuh???", kata Ghalia kesal.

"Biar kamu teh mikir lagi, sebenarnya aku teh bukan ngga mau kamu nikah duluan. Tapi rasanya...kamu eh...kita teh masih terlalu muda dek!", kata Galih.

"Bukan karena kak Diaz pernah suka teh Zea sama teh Riang kan???", tanya Ghalia.

"Ngga lah, aseli ini mah murni karunya ke kamu. Nanti kamu ngga bisa menikmati masa muda kamu sama kaya yang lain!", kata Galih.

"Ya kali aku teh teu bisa gaul?? Kak Diaz juga ngga kolot kali!", kata Lia. Galih menghela nafas panjang.

"Dek, Aa! Aya tamu yeuh, si kembar Fesha Ribi!", kata Sekar dari bawah tepatnya di dekat tangga.

"Wah...besti ku...!", kata Lia melompat dari sofanya dan menyingkirkan Galih.

"Ribi...Ribi...biang ribut iya! Ngga bisa kalem apa kaya si Fesha!", monolog Galih yang ikut turun menyusul Lia.

Benar saja, pekikan keras khas dua perempuan itu terdengar cukup melengking. Hanya Fesha yang sedikit lebih kalem.

"Eh...Ari gue kamari teh itu ...opo...atos Wa si Ganesh, atas nama si Fesha! Insyaallah mau balik ceunah!", kata Ribi.

"Ngomong apa sih nih anak???", Lia menggelengkan kepalanya karena memang bahasa yang Ribi pakai cukup kacau!

"Udah tiga tahun jadi warga kabupaten Xxx masih belepotan ngomongnya!", sindir Fesha. Galih tersenyum melihat Fesha yang kalem tapi bisa masuk ke circle pertemanan Lia dan Ribi.

"Eh...perlu di ingatkan dan di hargai juga di hormati. Bapak sama ibu gue iku wong jowo timur. Gue bisa bahasa sini, itu termasuk pencapaian. Ya kan aa Galih??", tanya Ribi. Wajah sok cool Galih pun terpasang.

"Medok gitu ngomongnya gue-gue! Anak jenderal aja ga segitunya!!", sindir Galih.

"Ari kamu teh lupa, bapak gue kan emang jenderal?!", sahut Ribi. Galih pun terbatuk karena mendengar ucapan Ribi.

Ya, emang bapaknya Fesha Ribi jenderal! Cuma karena mereka berada di asrama saat putih abu-abu, kehidupan mereka tak seperti anak pejabat pada umumnya.

Eum...orang tua mereka memang sederhana!

"Galih, Lia...ajak si kembar makan dulu! Ngobrol nanti lagi. Habis isya kalian bisa ngobrol sampe subuh!",kata Sekar.

"Ya, Bu!", sahut tiga gadis itu.

"Emang mereka nginep?", tanya Galih. Bukan Sekar yang menjawab, melainkan tiga gadis remaja itu.

Galih mendadak pening. Mungkin ia memilih untuk menginap di rumah Kak Galuh saja, cari aman!!!!

💕💕💕💕

Buat bar subuhan gak apa2 lah ya 🤭🤭🤭🤭

Efek ngopi sore, yah ene urung iso turu 🙈🤣🤣🤣

hatur nuhun 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

bagus lia kamu ga jatuh cinta sama si el yg egois dan keras kepa..dan pengecut lari dr kenyataan.

2024-04-25

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

tenang citra bentr lg jg ktmu sm anan kesayangan kamu..saking sayangnya sm el kamu kuat koma lbh dr 2th dan mengabaikan anak² kandung kamu sendiri jg suami kamu sendiri.
...saking sayangnya sm el kuat koma lama dan menunggu el demi kamu bangun

2024-04-25

0

🌺zahro🌺

🌺zahro🌺

mama citra 😥

2024-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!