Bab 07

Ziyad keluar dari kantornya dan langsung menuju ke rumah Riang. Dia merindukan anak-anak dan cucunya di sana.

Kadang Ziyad merasa jika apa yang ia lakukan salah. Bagaimana bisa ia mengabaikan putra bungsunya sedang ia fokus dengan sang istri?

Ziyad seolah mengulang kesalahan yang sama namun dalam versi yang berbeda. Andai ia mampu mengurus Shaka dan Citra bersamaan, mungkin ia tak perlu menitipkan Shaka pada anak sulungnya.

Ziyad melihat ada tukang balon yang menjajakan balon beraneka macam binatang. Berhubung lampu merah di sana cukup lama, Ziyad memilih untuk membeli beberapa yang akan ia berikan pada anak bungsu dan cucunya.

"Pak?!", teriak Ziyad pada pedagang itu. Dengan senyum merekah, pedagang itu menghampiri Ziyad.

"Ya pak?", tanyanya di samping jendela yang terbuka.

Ziyad mengeluarkan uang berwarna merah dan di serahkan pada pedagang itu.

"Sedapetnya aja pak!", kata Ziyad. Pedagang balon itu mengangguk cepat. Dia menyerahkan enam balon karakter itu pada Ziyad.

"Terimakasih banyak pak!", kata pedagang balon itu yang merasa senang dagangannya di borong tanpa menanyakan harga sama sekali.

Ziyad menerima balon itu dan tersenyum. Ia melempar ke jok belakang yang sekarang mendadak penuh oleh balon-balon beraneka macam karakter itu.

Perjalanan yang Ziyad tempuh cukup lumayan. Setelah hampir satu jam perjalanan, ia sampai di komplek perumahan Syam.

Dan saat tiba di depan gerbang rumah Syam, pak satpam membukakan gerbangnya.

"Selamat sore pak!", sapa satpam.

"Selamat sore pak !", sapa Ziyad. Lalu ia melihat ada dua mobil Syam dan mobil asing yang terparkir di sana.

"Ada tamu ya pak?", tanya Ziyad membuka pintu belakang untuk mengambil balon-balon itu.

"Itu mobil nya Bu Zea pak. Tapi pak Syam, bu Zea dan suaminya sedang ke Bali. Jadi anak-anak dan baby sitter nya yang ada di rumah."

"Riang, Ganesh dan anak-anak?", tanya Ziyad.

"Den Ganesh kuliah. Ibu dan den Shaka juga non Risya ada di rumah."

"Kebetulan belinya banyak, coba kalo tadi cuma beli dua udah pasti rebutan!", kata Ziyad.

"Iya, pak Ziyad dari tadi anak-anak rame. Apalagi waktu masih ada Den Ganesh, adik-adiknya ngga ada yang mau di tinggal."

Ziyad menggeleng dan tersenyum. Adik ipar putri nya memang sangat dekat dengan cucu juga anak bungsunya.

"Saya masuk ya pak!", pamit Ziyad.

"Silahkan pak!", kata pak satpam dan setelah itu ia menutup kembali pintu gerbang tersebut.

Ziyad memasuki ruang tamu yang tak di tutup mungkin memang sengaja masih di buka. Hari belum cukup petang ,jadi pintu itu masih di biarkan terbuka.

"Assalamualaikum."

Sepi! Tak terdengar ocehan anak-anak juga suara putri sulung Ziyad. Kaki jenjangnya melangkah dan sayup-sayup ia mendengar celoteh khas anak-anak di teras belakang.

Ziyad pun lanjut ke belakang. Benar saja, Shaka dan Izaf sedang berebut mainan. Dan Risya justru bertepuk tangan seolah sedang menyemangati keduanya. Nuri dan salah satu baby sitter Izaf mencoba menenangkan. Tapi dasar anak-anak keduanya jutsru menangis bersamaan.

Ziyad tak mengatakan apa pun, ia hanya berdiri sambil memegang balon-balon itu. Dan yang menyadarinya pertama kali justru si bayi Ziva.

"Bayooon...bayooon...!", Celoteh Ziva dan baby sitternya pun menoleh.

"Eh....pak!", sapanya pada Ziyad. Ziyad hanya mengangguk pelan.

"Ziva mau yang mana?", tanya Ziyad berjongkok di hadapan bayi itu.

"Papa!!!", teriak Shaka yang pasti bersiap mengadu pada papanya.

"Eyang kung!!!", Risya tak mau kalah berlari ke arah kakeknya tersebut.

Ziyad memeluk dua bocil kesayangannya. Izaf masih terisak setelah bertengkar dengan Shaka tadi.

Ziyad membagikan balon itu untuk keempat bocah. Ia sengaja meletakkan dua balon di ruang depan karena tahu hanya ada empat bocil di sana.

"Kasih balon nya ke Izaf, ayo Shaka minta maaf! Sama temen ngga boleh berantem!", pinta Ziyad.

Dengan senang hati Shaka menyerahkan balon itu pada Izaf. Dan Izaf pun menerimanya dengan senang hati.

Suasana kembali ceria karena anak-anak sudah bermain lagi.

"Mba Nuri, Riang di mana ?", tanya Ziyad.

"Euuum...ibu tadi terima telpon dari bapak di ruang tengah, ngga tahu sekarang. Mungkin di kamar pak!", kata Nuri.

"Ya sudah, saya ke Riang sebentar!", kata Ziyad. Nuri mengangguk pelan.

"Teh, keluarga ini kenapa mukanya cakep semua ya? Dari yang tua sampai ke bayi-bayinya cakep banget?!", kata salah satu baby sitter.

"Mungkin karena duitnya banyak, ngga mikir beli beras. Jadi urat di mukanya tuh kenceng, cakep deh!", sahut yang satunya.

"Emang keturunan cakep dari Sononya!", sahut Nuri.

Ziyad mengetuk pintu kamar Riang. Tak berapa lama, Riang membukakan pintu kamarnya.

"Papa?", sapa Riang dengan matanya yang sembab.

"Hei...kenapa putri papa ini??? Kangen banget sama suami sampe segini kangennya?", ledek Ziyad.

Riang menghambur ke pelukan papanya. Dia kembali menumpahkan air mata itu.

"Ada apa sayang?", tanya Ziyad.

"El...El di Bali Pa. Mas Syam ketemu sama El di sana. Aku udah sempat video call sama bunda, tapi El...El ngga mau ngomong sama aku Pa...hiks...hiks...!"

"Sayang....?!"

"El udah lupain Riang pa, apa dia marah karena papa lebih memilih mama dan bersama ku?", tanya Riang. Ziyad menggeleng lemah.

"Ngga mungkin El benci sama kamu apalagi mama, dia sayang sama kalian. El cuma benci papa, dan papa pantas untuk di benci oleh El."

"Pa..."

"El pasti kecewa sama papa sayang!", Ziyad mengecup puncak kepala putri tunggalnya.

Ziyad hanya tinggal menunggu ,kapan waktu yang tepat bertemu dengan Shakiel. Karena ia yakin, sekalipun ia bersujud...El belum tentu memaafkannya.

💕💕💕💕

Segini dulu, makasih 🙏

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

udah ziyad kamu kan sdh mintalah sm si el ga dan el msh tetep keukeuh ga mau tau sm urusan kamu jd kamu ga usah minta maaf sm anak kamu lg apa lg smp sujud gitu ga ada ya ziyad..biarkan el menyesali kesalahan dan egoy sendiri dan biarkan dia datang minta maaf dengan sendiri jd udh balik diminta aja biar kapok

2024-04-24

0

Ira Sulastri

Ira Sulastri

Krisna tuh seharusnya dr awal kasih pengertian sama El, biarpun kecewa tp itu bukan hanya keputusan sepihak papanya saja, bunda pun ikut berperan akan perpisahan itu. Semoga dg berjalannya waktu El bs memahami, menerima dan memaafkan. Citra kondisi seperti itu karena merasa bersalah banget pada El, semoga nanti semua bisa berdamai dan kekeluargaan bisa berkumpul kembali

2024-04-23

0

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

El yang kuat ya. temukan kebahagiaanmu. lanjut thor

2024-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!