Bab 08

"Dari mana aja sih?", Zea langsung bertolak pinggang saat Syam tiba di hotel. Masalahnya Zea dan Deni kembali ke kafe, Syam sudah tidak ada. Dan saat mereka kembali ke hotel, Syam pun tidak ada.

"Jangan bilang kalo kamu abis tebar pesona di pantai, terus liat cewek-cewek pake bikini? Heh?", tuduh Zea.

"Ngarangnya kebangetan!", kata Syam menyentil kening Zea. Untung ibu dua anak itu memakai inner hijab, jadi tak terlalu pedas lah sentilan Syam.

Syam memilih masuk ke dalam kamarnya tapi Zea ikut menyelinap dan Deni mau tak mau pun mengekor.

Syam melemparkan tubuhnya di atas sofa. Terlihat ada beban di wajah tampannya itu.

"Apa sih? Kaya abis ke gep selingkuh sama mertua aja!", canda Zea. Syam yang tadi menutup matanya akhirnya pun buka mata.

"Aku ketemu bunda Naya dan Shakiel!", kata Syam.

"Serius?", Deni yang justru bertanya.

"Huum?!", sahut Syam. Ia pun menceritakan pertemuannya dengan keluarga istrinya itu. Hingga alasan dan semua yang berkaitan dengan kepergian El yang menjauh dari keluarga Riang.

"Kasian Riang, pasti dia sedih banget tuh!", kata Zea.

"Jadi Shakiel juga ngga mudah kok! Sejak kecil dia di limpahkan kasih sayang oleh orang tua yang lengkap. Juga mama sambung dan juga kakaknya yang benar-benar sayang padanya. Tapi di usianya yang masih labil, Shakiel di paksa dewasa karena keadaan."

Syam dan Zea menoleh ke Deni.

"Aku tidak membenarkan tindakan Shakiel. Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan Shakiel karena pada dasarnya apa yang Shakiel lakukan karena cinta dan sayangnya pada Riang dan Tante Citra."

Syam mengangguk setuju dengan pemikiran Deni.

"Dan soal membenci om Ziyad...itu hak mutlak Shakiel. Rasa kecewa dan marah mungkin lebih mendominasi meski tidak bisa di tampik kalau...Shakiel pun merindukan Riang juga mama papanya!", kata Deni yang langsung mengambil kesimpulan dari cerita Syam tadi.

"Om Krisna mengatur pertemuan Papa dan El di rumah sakit nanti. Semoga ada jalan damai buat mereka. Walau pun papa terlihat cuek, aku yakin papa juga sebenarnya mencari tahu keberadaan El selama ini. Tapi sayangnya memang Om Krisna juga El sendiri yang tak ingin menampakan diri."

Usai mengobrol banyak, sepasang suami istri itu kembali ke kamar mereka.

💕💕💕💕💕💕💕💕💕

Ganesh mengikuti kuliahnya sampai malam. Namanya juga mahasiswa yang masih semester awal, wajar kalo masih baik-baik dan penurut. Ya kan??

Dengan langkah lelah ia menghampiri kendaraan roda duanya di parkiran kampus. Dia memeriksa ponselnya. Ada beberapa chat masuk yang belum sempat ia baca karena makul tadi baru selesai.

"Fesha?", gumam Ganesh.

[Assalamualaikum A Ganesh, kumaha damang? Besok nikahan Lia sama kak Diaz ,pulang ngga? Rencana aku mau kuliah di Jakarta. Ayah ku di tugaskan di Jakarta soalnya. Sampai ketemu di kampung 😊]

Ganesh tersenyum membaca chat itu. Yang Ganesh lihat selama ini, sahabat Tante kecil nya itu gadis yang kalem dan pemalu. Berbanding terbalik dengan Ribi si kembaran Fesha.

"Ribi...Ribi...", gumam Ganesh. Ganesh tahu Fesha menyukainya, begitu juga Ribi yang menyukai Galih. Dan yang sering mengirim chat padanya itu...Ribi, bukan Fesha yang pemalu.

Tapi kalau boleh jujur, Ganesh lebih suka dengan Ribi yang ceria dan apa adanya. Tapi bukan berarti Ganesh tak menyukai Fesha, hanya saja...mungkin Ribi satu server dengannya.

[Walaikumsalam ,insya Allah]

Usai membalasnya, Ganesh kembali memasukkan ponsel itu kedalam jaketnya dan siap meluncur ke rumah Om nya.

"Huffft...di rumah masih harus berjibaku dengan para bocil yang tidak hanya meresahkan, tapi melelahkan!!!", monolog Ganesh.

Di kampung sendiri, si kembar Galih dan Ghalia sedang mengobrol bersama kedua orang tuanya.

"Ari kamu teh ngga nyesel mun kuliah terus jadi ibu rumah tangga doang kitu?", tanya Galih.

"Eh...seorang ibu teh madrasah pertama anaknya. Bagus kan kalo ibu nya teh pinter!", sahut Ghalia yang merebahkan kepalanya di paha abahnya.

"Sok ogoan kitu, hoyong nikah???", ledek Galih. Sekar dan Salim hanya tersenyum mendengar perdebatan kecil saudara kembar tersebut.

"Biarin, mumpung masih di sini. Ya kan bah? Wleeekkk!", balas Ghalia.

"Iya iya...!", Abah mengusap kepala Lia dengan lembut.

"Lia, kalau udah nikah nanti nurut sama kak Diaz. Bergaul boleh, apalagi kamu masih muda. Di lingkungan kampus, akan banyak model orang yang bahkan berasal dari segala daerah. Batasi pergaulan kamu, karena kamu bersuami."

"Nuhun Bah, Lia ge tahu!", jawab gadis itu.

"Aa juga! Abah sama ibu nitipin kamu sama kak Diaz. Jangan salah gunakan kepercayaan kami, jangan merepotkan kak Diaz juga!", kata Sekar.

"Ibu mah ...Galih teh ngga pernah ngerepotin, tuh anak manja kesayangan ibu yang sebelas dua belas sama temennya tuh si Ribi. Pecicilan ! Ngga bisa gitu kalem kaya kembarannya?? Eh ..tunggu ...sama teh Zea juga ngga beda jauh!", celetuk Galih.

"Ishhhh....masa nyamain aku sama teh Zea dan Ribi sih??? Ngga ya! We different!!!",sahut Ghalia.

"Udah-udah! Kalian udah dewasa lho, jangan kaya anak TK lagi kalo berantem!", kata Salim.

"Abah juga masih sering liat kan Aa Syam sama teh Zea berantem kaya apa??? Eh...kejauhan...Bang Lingga sama Kak Galuh aja masih suka berantem lho?!", Lia mulai ngeles kaya bajai.

Sekar dan Salim hanya menghela nafas panjang menghadapi si kembar. Ya, begitu lah adanya mereka.

💕💕💕💕💕💕

Shakiel tak keluar kamar sejak bertemu dengan Syam tadi. Wajah Riang yang menangis dengan nada suara yang terdengar kecewa membayangi pelupuk matanya.

Jam dinding berdetak nyaring di malam yang sudah sangat sepi. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Entah sudah berapa jam ia mengurung diri di kamar.

Bundanya beberapa kali meminta nya membuka pintu ,tapi Shakiel masih enggan membuka nya.

Akhirnya, Shakiel membuka jendela kamarnya yang ada di lantai atas. Lantai yang hanya ia sendiri penghuninya.

Lelaki tampan itu duduk di jendela dengan melipat sikunya. Gerimis mulai turun, angin malam pun mulai berhembus. Apalagi rumah Krisna berada di dekat persawahan dengan hanya beberapa tetangga di daerah itu.

Shakiel membuka telapak tangannya menadah air hujan.

"Mba...kok El punya bunda sama mama juga?", tanya Shakiel kecil beberapa belas tahun yang lalu.

"Eum...mba juga. Punya mama, punya bunda. Dan kita juga punya papa!", kata Riang yang kala itu baru keluar dari tempat ia 'disembuhkan' dari traumanya.

Shakiel kecil itu memeluk Riang dengan erat.

"El sayang mba, sayang mama Citra juga!", kata El. Riang mengangguk dan mengusap puncak kepala Shakiel.

Yang El tahu, ia bahagia memiliki bunda juga mama yang sangat menyayanginya. Hingga setelah ia mulai nalar, banyak bullyan yang ia dengar membahas hal itu.

Papa El yang seorang aparat beristri dua!

Dari sana, El memilih untuk abai dengan sikapnya yang usil dan tengil. Entah berapa kali ia pindah sekolah hingga di bangku putih abu, dia mulai menunjukkan kemampuannya yang sebenarnya.

Sayang, setelah nya ia harus menerima cobaan hidup yang cukup berat dan berakhir sampai di pulau Bali.

Shakiel menghela nafas panjang. Terakhir ia dan Riang berjalan-jalan saat keduanya berada di Bandung. Menikmati berdua suasana gerimis dengan perut lapar karena menyusuri kota kembang.

"Mba...aku janji akan bertemu kalian, tapi aku butuh waktu!!!", monolog Shakiel.

💕💕💕💕💕💕💕💕

Terimakasih banyak2 🙏🙏🙏🙏😊😊

Terpopuler

Comments

🌺zahro🌺

🌺zahro🌺

aduhhhh el jangan sembunyi terus,kasian riang,cobalah berdamai dengan keadaan

2024-04-24

0

ENDANG KAMALASARI

ENDANG KAMALASARI

yang sabar y El pastu nnti Riang ngerti di posisi kamu....

2024-04-24

0

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

1 kata doank buat si shaki "PREEEEEEEEETTTTTTTT" 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!