Setiap doa yang kupanjatkan mengandung makna jika aku menyimpan beban perasaan yang begitu dalam. Kata rindu yang kuucap dalam lamunan, sangat ingin kusampaikan kepada sorot mata yang pernah kutatap dalam benci. Aku tidak ingin mengingat masa lalu kelam yang kulalui bersama keluarga. Namun, aku ingin semua kembali kepada sedia kala. Walaupun, desak hatiku yang melawan kembali akan bergejolak.
Aku rindu Ibu dan Ayah, namun aku tidak tahu mereka berada. Bahkan mereka pun tidak tahu anaknya sedang menapak di mana. Jika dugaanku benar, bahwa aku sedang terbaring di rumah sakit seperti yang kulihat waktu itu, mereka tetap saja tidak tahu pikieran anaknya sedang berlabuh di dunia mimpi yang tidak berujung. Mereka pasti akan meraung-raung hingga aku kembali dalam pelukan mereka.
Kutatap wajah Rina yang begitu mirip dengan Ibu. Tidak hanya itu, cara bicaranya tampak persis seperti dialog sehari-hari Ibu yang setia hati kudengar dahulu. Wajahnya penuh dengan penat akibat seharian mengurusi toko buku sepeninggalan Ayah yang diwariskannya kepada Kakak. Walaupun semua ini sudah berlalu begitu lama, aku tetap merasa iri kepadanya yang merupakan anak kebanggaan Ayah dan Ibu.
"Jika terus-terusan begini, gue berencana ngejual toko Ayah." Ia menutu wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Apa? lo mau ngejual hal yang diperjuangin Ayah dari nol?" tanyaku dengan nada tinggi.
"Keuntungan kita enggak seperti dulu lagi. Semenjak Ayah udah enggak ada, banyak investor yang menarik diri. Penerbit-penerbit yang dulu kerja sama dengan Ayah, kini udah banyak yang enggak percaya sama gue. Mereka kira bisnis Ayah enggak akan berjalan baik di tangan gue."
"Pokoknya gue enggak setuju. Walaupun toko Ayah bangkrut, gue enggak mau ruko itu dijual," protesku.
Aku tahu kalimatku terdengar egois, namun aku tidak rela jika semua kenangan yang Ayah bangun dari dulu hilang begitu saja.
"Trus, kita bakal dapat uang dari mana? Lo masih sekolah, bentar lagi lo mau kuliah. Kita bakal pake uang siapa buat ngebayar hutang dan gaji pegawai? Gue juga udah memecat beberapa pegawai buat ngeringanin beban toko Ayah." Ia menatap wajahnya dengan tajam. Kalimatku tadi begitu menguras emosinya. "Gue mau buka café kalau udah ngejual toko itu. Modalnya lebih dari cukup, dan juga bisa melunasi semua hutang-hutang Ayah."
"Gue enggak butuh kuliah, gue bisa bantu lo kerja di toko buku."
Tangannya menepuk jidatku. "Mulut itu dijaga. Lo harus kuliah, ini pesan Ayah dan Ibu. Lagian, lo mau jadi apa kalau enggak kuliah?"
Terkadang aku benci pemikiran yang seperti, seakan tidak ada jalan bagi orang-orang yang tidak berkuliah. Padahal di luar sana banyak orang-orang sukses yang tidak berkuliah.
"Lo sendiri enggak kuliah, kan?" tanyaku balik.
"Gue enggak kuliah karena keadaan. Ayah dan Ibu udah meninggal, dan lo satu-satunya alasan gue buat ngelakuin ini semua. Padahal, jika mereka berdua masih ada, gue kepingin banget kuliah di luar negeri." Rina menghempaskan tubuhnya ke sofa. Desah napas kelelahannya terdengar jelas.
Aku diam sesaat untuk menghindari perdebatan dengan Rina. Ia telah banyak berkorban untukku. Aku senang jika kami dekat kembali di dunia palsu ini. Sebelum dirinya meninggal─di dunia yang sebenarnya─kami tidak terlalu memiliki banyak waktu untuk berinteraksi. Rina selalu sibuk belajar dan belajar, baik di rumah maupun di berbagai tempat kursus yang ia ikuti.
"Menurut lo? Ayah dan Ibu lagi di mana?" tanyaku dengan pelan.
Ia tertawa menyindir dengan pertanyaanku. "Pertanyaan bodoh macam apa itu."
"Mereka masih hidup. Cuma kita aja yang beda dunia. Dan ...." Aku tidak melanjutkan kalimatku.
Dan lo udah meninggal.
"Terserah lo deh," balasnya.
Pikiran terpikirkan olehku mengenai rencana Rina untuk menjual bisnis yang sudah dirintis oleh Ayah dari nol. Menurut pengakuan Ayah. toko bukunya sudah ia bangun semenjak masih duduk di bangku kuliah yang hanya berupa lapak buku kecil. Bisnisnya bekembang hingga menjadi toko besar dan cukup terkenal di kotaku. Namun, apa daya ketika toko itu pada akhirnya tidak dapat dipertahankan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments