Napasku terhela dengan panjang. Kata maaf yang ia sampaikan sewaktu dikarenakan kesalahan yang ia perbuat. Fakta yang kudapat membuatku terkejut, aku pernah menyukainya dan bahkan mencoba menyatakan perasaaan. Padahal seumur hidupku, aku belum pernah menembak wanita yang kusuka. Aku lebih memilih untuk diam dan memendam. Biarlah aku dan Tuhan yang mengetahuinya.
Entah apa yang aku pikirkan ketika itu hingga melesatkan pukulan kepada temanku sendiri. Padahal, aku sudah bertekad dari awal semenjak di dunia aneh ini untuk tidak berkelahi sekali pun. Walaupun seberapa sakitnya hatiku, seberapa panasnya dadaku karena hinaan seseorang, aku tetap tidak akan bertarung demi harga diri yang terinjak. Lebih baik menghindar dan menenangkan diri. Namun, aku tetap saja tidak bisa. Aku melanggar tekadku sendiri, serta titipan harapan dari kedua orangtuaku.
Mengingat kejadian misteri yang menimpaku, sebenarnya apa itu? Aku tidak mengerti. Aku mendengar suara Ayah dan Ibu yang bergetar teramat sangat. Isakan tangis mereka aku tangkap dengan jelas. Wangi obat-obatan rumah sakit sempat aku cium ketika dadaku terhentak beberapa kali oleh tegangan listrik yang kuat. Tidak ada kesempatan untuk aku melihat keadaan yang sebenarnya. Semuanya gelap, hanya berisikan bunyi-bunyi kejadian di sekitar.
Apakah gue masih hidup? Apa gue sedang bertahan di rumah sakit?
Kenapa gue di dunia ini?
Ibu dan Ayah di sana menunggu..
Gue masih hidup!!!
Aku mencoba mencatatannya dalam buku saku yang kubawa. Semua tanda-tanda seperti bunyi peralatan rumah sakit, isakan tangis dari Ibu dan Ayah, suara suster yang memanggil dokter, serta bau rumah sakit yang khas. Aku mencatat semuanya agar suatu saat aku bisa mencari jawaban kenapa aku dikirim ke dunia dengan segala keanehannya, termasuk rasa sakit dan keadaan tubuhku yang transparan ketika itu.
Jika mengingat lagi, aku pernah melihat Cleo dalam keadaan yang sama. Aku tidak mungkin berhalusinasi. Itu nyata dan aku melihatnya sendiri. Tidak ada satu pun orang yang menyadari ketika Cleo merintih kesakitan, padahal mereka berjalan begitu dekat dengan Cleo. Sebagai manusia, mereka tidak akan membiarkan orang yang merintih sakit seperti itu.
Hanya aku yang menyadarinya, hanya aku ...
Aku berspekulasi, jika semuanya itu benar, bahwasanya aku sedang berada di sebuah rumah sakit. Aku percaya dengan apa yang kudengar sewaktu itu, tidak mungkin aku berhalusinasi. Kejadian itu nyata, aku mendengar semuanya. Suatu kesimpulan yang aku ambil dari kejadian itu ialah,
GUE MASIH HIDUP!!!
Hanya saja, aku terbaring di rumah sakit itu akibat kehilangan kesadaran. Kesadaran tersebut berpindah ke dunia yang sedang aku tempati ini. Persis seperti mimpi panjang yang tidak berujung, selagi diriku terbaring di rumah sakit itu.
Jika aku mengalami hal yang sama dengan apa yang terjadi kepada Cleo, apa semua ini ada hubungannya? Apakah ia juga memiliki kasus yang sama denganku, yaitu terbaring di rumah sakit dan bermimpi panjang di dunia aneh yang seolah nyata ini. Jika aku terbaring akibat kecelakaan itu? Apakah ia termasuk korban kecelakaan juga atau oleh kasus lain?
Kepalaku tidak sanggup menampung semua teka-teki yang belum terpecahkan ini. Ditambah lagi dengan melihat Ken yang menyadari aku merintih kesakitan. Hal tersebut memiliki kasus yang sama, ketika aku menyadari Cleo yang terjatuh meminta tolong dengan dada yang kesakitan. Ada satu kemungkinan yang bisa aku tarik, ia sama denganku. Aku, Cleo, dan Ken punya masalah yang sama. Ada sebuah tali yang saling menghubungkan kami bertiga.
"Berarti gue enggak sendiri," ucapku sembari menutup buku catatanku.
Aku mendengar suara langkah kaki mendekat.
"Siapa yang enggak sendiri?" Vena langsung duduk di sampingku.
Catatan kecil itu langsung kumasukkan ke dalam saku celana. Semua yang ada di dalam itu merupakan rahasia yang tidak boleh diketahui siapa pun.
"Maksudnya, yaa gue enggak sendiri besok. Gue ada kegiatan di dekat rumah," ucapku dengan sedikit gugup.
"Oh, begitu." Ia memandang pohon rindang yang sedang menaungi. "Lo keliatannya sering nyantai di taman ini."
"Hmmm ... kadang seseorang butuh waktu buat sendiri, bukan?" balasku.
Ia menoleh padaku. "Lo enggak kaya dulu yang suka hura-hura sama temen daripada sendiri."
"Emang gue suka hura-hura sama temen?" Alisku naik sebelah.
Bibirnya **** senyum. "Lo dulu malah kesel kalau sendirian. Malah marah ke gue gara-gara enggak nemenin."
Lagi-lagi Vena mengatakan kedekatan yang pernah terjadi di antara aku dan dia. sebuah cara mencuat untuk menggali informasi mengenai dirinya.
"Bagi lo, dulu kita seberapa dekat?" tanyaku.
"Tumben nyanyain yang kaya begituan?" Ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Dulu kita deket banget. Waktu masih SMP, lo sering pulang sama gue sambil di antar sama Papa. Waktu di SMA, lo yang ngantarin gue pulang gara-gara udah dibolehin bawa motor. Lo sering ngagguin gue kalau lagi makan di kelas. Lo sering minjam buku novel gue, padahal gue yakin ayah lo punya banyak buku di rumahnya. Kadang, temen-temen bilang kalau kita ini pacaran. Semuanya berubah waktu itu ... kan gue ngerasa bersalah."
"Kenapa lo harus merasa bersalah segala?" tanyaku lagi.
"Sekali lagi gue minta maaf karena kejadian itu. Gue udah bikin lo malu di depan banyak orang. Harusnya gue nolak lo enggak segitunya. Maaf, sekali lagi. Gue enggak pernah bermaksud jahat sama lo. Gue ngatain lo enggak pantas buat gue. Semua itu karena lo nembak gue di depan gebetan yang sedang gue suka."
"Yaa, gue paham, kok. Harusnya gue enggak nyatain perasaan waktu itu."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Reky Setiawan
keknya ray, cleo, sama ken tuh yg kecelakaan di bus trs mreka koma... nah cara ngobatinnya pake full drive jadi mereka satu server dah
2020-08-07
1
widia
apa cleo ,ray koma karna kecelakaan pas mau kemah itu, aduhh bang jaiii bingung tapi penasaran kelanjutanya
2020-06-19
4