Ch.20

Dengan tubuh bergetar, Nazila memasuki unit apartemen milik Noran tersebut. Ia sudah sangat kedinginan, bahkan langkahnya juga sudah begitu sempoyongan. Penglihatannya pun mulai menggelap. Baru saja ia mencapai pintu kamarnya, belum sempat ia membuka pintu itu, kakinya tiba-tiba kehilangan tenaga, akhirnya, Nazila pun tumbang. Tapi sebelum tubuh lemah Nazila menyentuh lantai, sepasang lengan kokoh telah lebih dahulu menangkap tubuh ringkih itu dan menggendongnya di depan dada.

"Kenapa kamu pulang selarut ini? Kenapa juga menerobos hujan, bukannya nunggu reda atau naik taksi aja." omel Noran sambil berdecak setelah merebahkan tubuh Nazila di atas kasur.

Noran memang telah membaringkan Nazila di atas kasur, tapi perempuan itu dalam keadaan basah kuyup. Noran bingung. Tak ada seorang pun yang bisa ia mintai pertolongan untuk menggantikan pakaian Nazila. Ia khawatir, bila dibiarkan begitu saja, Nazila bisa-bisa terkena hipotermia. Tapi bagaimana caranya ia menggantikan pakaian Nazila?

Mereka memang pernah tidur bersama, tapi itu di luar kesadaran mereka. Bahkan sampai sekarang, baik Noran maupun Nazila tidak ada yang mengingat bagaimana mereka bisa menghabiskan malam panas itu bersama.

Noran menggaruk kepalanya, ia bingung, bagaimana caranya menggantikan pakaian Nazila. Haruskah ia sendiri yang menggantikannya?

Noran memejamkan matanya sejenak, berpikir apa yang harus ia lakukan. Akhirnya, tak ada pilihan lain, ia pun segera berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil pakaian tidur beserta pakaian dalam Nazila. Tak lupa sebuah handuk untuk menyeka air di tubuh Nazila.

Jujur, Noran sedikit gemetar. Ia tidak pernah melihat tubuh wanita sebelumnya. Apalagi menyentuh bagian yang ditutupi. Hal itu tentu membuatnya gugup bukan kepalang.

Dengan gemetar, Noran membuka satu persatu kancing baju Nazila. Nafasnya tercekat saat melihat kedua gundukan kenyal milik Nazila yang cukup besar. Noran bahkan sampai menelan ludahnya sendiri melihat sepasang gundukan yang menurutnya sangat indah itu.

Noran menepis pikiran kotornya yang mulai berselancar ria. Masih dengan jemari gemetar, ia pun membuka pengait bra Nazila hingga benar-benar terlepas. Kini gundukan itu terlihat jelas dan begitu menantang. Takut hasratnya mulai terpancing, Noran memejamkan matanya. Lalu ia beralih membuka celana kulot yang Nazila kenakan meninggalkan segitiga berwarna hitam yang begitu kontras dengan kulit putihnya. Kepala Noran mendadak pusing. Ia akui, Nazila bukan hanya memiliki kecantikan wajah, tapi parasnya pun sungguh indah.

Sebagai lelaki normal, bohong bila ia tidak terang*sang saat melihat kemolekan tubuh Nazila. Tapi ia sadar, hubungan mereka tidaklah seperti pasangan suami istri lainnya. Mereka terpaksa bersama karena sebuah peristiwa yang tak terduga.

Sambil menahan nafas, Noran pun melepaskan segitiga hitam itu hingga Nazila kini dalam keadaan polos sempurna. Noran tak henti-hentinya menghela nafas panjang. Dengan perasaan yang tak menentu, Noran mulai mengelap tubuh molek Nazila dengan handuk kering. Seharusnya Nazila mandi dengan air hangat terlebih dahulu, tapi ia tak sanggup bila harus memandikan juga. Jadi ia hanya mengelap tubuh Nazila dengan handuk kering agar tidak basah lagi.

Setiap jemari Noran menyentuh kulit Nazila, seakan ada listrik ribuan volt yang mengaliri tubuhnya. Bukti gairahnya pun kini telah mengacung tegak bak tiang bendera. Noran mengumpat dalam hati, mengapa ia harus berada di situasi seperti ini. Namun ada yang baru ia sadari saat jarinya menyentuh kulit Nazila, tubuhnya begitu panas. Bahkan sangat panas. Noran ingin segera memakaikan pakaian Nazila, tapi ternyata kini kasurnya telah basah. Tidak mungkin ia mengganti pakaian Nazila di sana, bisa-bisa bajunya kembali basah.

Akhirnya dengan berat hati, Noran menutup tubuh polos itu dengan selimut lalu menggendongnya menuju kamarnya. Barulah setelah itu, ia memakaikan pakaian.

Kini Noran dapat bernafas dengan lega karena Nazila telah memakai pakaiannya. Tapi tugasnya belum juga usai, ia harus segera mengompres dahi Nazila agar demamnya segera turun. Selain itu, ia juga harus mendinginkan dirinya sendiri yang karena telah terpancing gairah akibat melihat tubuh polos Nazila tadi.

Hari telah makin larut, bahkan kini telah hampir dini hari, tapi tubuh Nazila masih terasa panas. Noran bingung bukan kepalang. Ia sudah mencoba membangunkan Nazila tapi ia tak kunjung terbangun. Haruskah ia membawa Nazila ke rumah sakit? Namun ia mengingat obat penurun panas yang selalu disediakannya untuk saat-saat genting. Noran pun bergegas mengambil obat dan menyiapkan air hangat. Tapi kini lagi-lagi ia dilanda kebingungan. Bagaimana cara meminta Nazila agar bisa meminum obatnya? Tak ada cara lain, ia pun memasukkan sebutir obat ke mulut Nazila, lalu ia meminum air hangat itu tanpa menelannya kemudian menyalurkannya melalui mulutnya ke mulut Nazila hingga obat itu tertelan sempurna.

Noran terduduk lemas di samping Nazila. Sungguh ia merasa hari ini merupakan hari paling melelahkan dalam hidupnya. Selain itu, hari ini juga merupakan hari terberat dalam sejarah hidupnya. Bagaimana ia diuji dengan keindahan yang tak bisa ia sentuh sesukanya? Ia bersyukur masih bisa menahan diri.

Dipandanginya wajah pucat Nazila, tanpa sadar tangannya terangkat mengusap pipi Nazila yang kelihatan lebih tirus dari biasanya. Hati Noran bertanya-tanya, apakah Nazila begitu tertekan hidup dengannya hingga badannya pun terlihat lebih kurus dari biasanya?

Terlalu kelelahan, tanpa sadar Noran pun tertidur tepat di samping Nazila. Lambat-laun tubuh mereka makin merapat. Mereka seakan baru menemukan kehangatan dan kenyamanan hingga mereka pun terlelap sambil saling memeluk dalam damai.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

dewi musnida

dewi musnida

ada 2 kemungkinan yg bikin illa mudah sekali pingsan ya, thor? siilla hamil dan juga merelakan ginjalnya buat noran demi ibunya.

2024-03-24

6

Retno Anggiri Milagros Excellent

Retno Anggiri Milagros Excellent

istri yang tak dapat disentuh. .siapa yang membuat jarak? ya suaminya sendiri .

2024-03-08

0

luiya tuzahra

luiya tuzahra

tpi klw diliat2 si illa sering pingsan krn fisiknya lemah bisa juga dia mendonorkan ginjalnya bwt noran krn bwt biayaya ibunya

2024-03-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!