Ch.14

"Bagaimana keadaannya, dok?" tanya Kevin saat seorang dokter keluar dari ruang UGD tempat dimana Nazila di periksa.

"Iya dok, bagaimana keadaan menantu saya?" timpal Diana yang tak kalah panik.

"Bisa kita bicara di ruangan saya?" ujar dokter itu.

Kevin dan Diana pun mengangguk lalu mereka mengikuti langkah dokter itu menuju ke ruangannya. Setelah keduanya masuk, mereka pun dipersilahkan duduk untuk mendengarkan penjelasan dokter.

"Keadaan pasien saat ini sudah jauh lebih baik. Beruntung pasien dibawa tepat waktu kemari, bila tidak, kemungkinan sesuatu yang lebih buruk bisa saja terjadi sebab air sudah memasuki rongga paru-paru. Namun, kami sudah berhasil mengeluarkannya. Untuk sementara, pasien masih harus menjalani perawatan intensif untuk memastikan tidak ada lagi kandungan air yang masih mengendap di dalam paru-paru sebab itu bisa memicu terjadinya penyakit edema paru. Penyakit itu cukup berbahaya dan bisa mengakibatkan kesulitan bernafas pada pasien sehingga bisa berakibat fatal." tukas dokter itu memberikan penjelasan.

Diana dan Kevin bernafas dengan lega setelah tau kondisi Nazila sudah jauh lebih baik walaupun masih menyisakan sedikit kecemasan perihal akibatnya bila kandungan air masih mengendap di paru-paru.

Setelah dari ruangan dokter, Kevin dan Diana langsung menuju ruang perawatan Nazila kini. Beberapa saat yang lalu memang perawat telah memindahkan Nazila ke ruangan yang lebih memadai untuk rawat inap.

"Kevin." panggil Karin dengan wajah paniknya. Ia menerobos begitu saja kamar rawat Nazila dan dengan tak sabar menghampiri sahabatnya itu yang masih betah menutup matanya. "Bagaimana keadaannya?" tanya Karin panik. Bahkan ia belum sempat pulang ke rumah karena mengejar waktu untuk melihat keadaan Nazila. Tadi setibanya di rumah sakit, Kevin memang menyempatkan menghubungi saudara kembarnya itu. Ia memang sudah berjanji pada Karin untuk selalu mengabari bila terjadi sesuatu pada Nazila. Terang saja, selesai melakukan tugasnya di rumah sakit tempat ia internship, Karin langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat Nazila dirawat. Ia begitu menyayangi Nazila karena itu ia begitu panik saat tau sahabatnya tenggelam di kolam hingga harus melakukan perawatan di rumah sakit.

"Dia sudah jauh lebih baik. Tapi tetap, sementara waktu ia membutuhkan perawatan intensif sampai paru-parunya dinyatakan bersih dari cairan." ungkap Kevin seraya menepuk pelan pundak Karin untuk memberikan ketenangan. Lalu Kevin juga mengenalkan Karin pada Diana yang masih tampak setia menunggui Nazila.

"Oh ya, Rin, perkenalkan, dia ibu mertua Nazila." ucap Kevin. "Dan Tan, perkenalkan, ini saudari kembar saya, Karin. Dia sahabat Nazila. Saya bisa mengenal Nazila karena saudari kembar saya ini." ucap Kevin seraya memperkenalkan Diana dan Karin.

Dengan sopan Karin mengulurkan tangannya dan mencium punggung tangan Diana seperti yang biasanya Anggi ajarkan. Diana tersenyum. Ia merasa kagum melihat kedua saudara kembar yang mengklaim diri mereka sebagai sahabat dari Nazila m Dapat ia lihat, Karin dan Kevin merupakan dari keluarga berada tapi mereka tetap bersikap rendah hati. Diana sampai memuji dalam hati, betapa orang tua Karin dan Kevin sukses membesarkan anak-anak mereka menjadi anak yang berkepribadian baik dan rendah hati. Mereka juga tak sungkan-sungkan menghormati orang yang lebih tua, sesuatu yang jarang ditemuinya saat ini apalagi jika mereka dari golongan berada.

Selesai saling bersalaman dan memperkenalkan diri, tampak mata Karin sibuk celingak-celinguk mencari keberadaan suami sahabatnya tersebut. Membuat Kevin bertanya, apa yang sebenarnya Karin cari.

"Cari apa?" tanya Kevin pada Karin.

"Suami Ila. Dia nggak ada?" tanya Karin penasaran.

Kevin menoleh ke arah Diana. Ia tertunduk malu sendiri menyadari kalau putranya justru tak mempedulikan Nazila sama sekali. Padahal Nazila lah yang kondisinya lebih memprihatinkan dibanding Sarah. Tapi Noran justru lebih memedulikan Sarah yang merupakan mantan calon istrinya.

"Maaf, Noran dia ... "

Karin menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.

"Tan, kalian tau siapa keluarga kami? Bukan saya bermaksud sombong, tapi kami ini putra pemilik Angkasa Mall. Ayah kami pemilik firma hukum terbesar di negara ini dan paman kami pengusaha nomor satu di Negera ini, CEO Angkasa Grup, tentu sangat mudah kalau kami ingin menghancurkan usaha anak Tante yang sombong itu. Bahkan dengan kata-kata kami, papa akan dengan senang hati membuat Ila bercerai dari anak ibu yang sungguh ... sangat keterlaluan. Tapi karena kami menghargai privasi Ila yang nggak mau kami ikut campur dalam urusan pribadinya, kami jadi menahan diri. Tapi bila sikap putra Tante seperti ini terus-terusan, maka jangan salahkan kami bila kami ikut turun tangan. Kami nggak rela Ila disakiti seperti ini. Dan aku yakin, sama seperti peristiwa yang menimpanya sehingga harus kehilangan kehormatan, kali ini pun ada yang juga sengaja ingin menyakiti Ila. Aku harap, keluarga Tante dapat segera menemukan kebenarannya sebelum kami yang bertindak. Kami tidak menyalahkan keluarga Tante, tapi sikap putra Tante itu yang sangat keterlaluan. Saya nggak rela Tan kalau Ila harus disakiti seperti ini. Saya harap Tante dapat memberikan keadilan untuk Ila sebelum semuanya terlambat." tegas Karin membuat Diana cukup terkejut saat mendengarkan penjelasan Karin mengenai identitas mereka yang sebenarnya.

Sementara itu, di apartemen milik Sarah, tampak Noran sedang menyelimuti Sarah yang baru saja memejamkan matanya. Tak lama kemudian, ponsel Noran berdering. Ternyata itu merupakan panggilan dari ibunya. Dengan malas, Noran pun mengangkat panggilan itu. Ia tahu, pasti ibunya akan mengomeli perihal dirinya yang tidak mempedulikan.

"Kamu dimana?" tanya Diana saat panggilannya diangkat.

"Di apartemen Sarah." sahut Noran acuh.

"Apa kau sudah gila? Istrimu hampir meregang nyawa dan kau malah mempedulikan mantan calon istrimu itu." pekik Diana di sambungan telepon.

"Dia hanya bersandiwara."

"Sandiwara dari mana, hah? Mama sekarang di rumah sakit dan Nazila belum sadarkan diri. Bila terlambat sedikit saja, ia tadi pasti benar-benar telah tiada dan mama pastikan kau akan menyesal seumur hidup karena kelakuanmu itu."

"Tapi itulah kenyataannya, ma. Dia hanya bersandiwara, bahkan dia juga yang menyebabkan Sarah jatuh. Ia pikir orang-orang akan lebih mempedulikannya bila mereka jatuh bersamaan, tapi ternyata tidak. Tak ada yang peduli padanya jadi ia bersandiwara tidak sadarkan diri."

"Apa kau sudah memeriksa rekaman CCTV, hm sampai bisa-bisanya kau menuduh sembarangan pada orang yang sudah hampir kehilangan nyawanya? Mama harap kebodohanmu ini segera berubah sebelum kau benar-benar menyesali sikap bodoh dan teledormu itu. Terserah kau tidak mau mempedulikan Nazila. Toh, di sini ada orang-orang yang tulus menyayanginya. Mata hati dan pikiran mereka terbuka lebar jadi mereka tidak akan mudah tertipu dan sembarangan menyalahkan Nazila atas perbuatan yang tidak dilakukannya." tegas Diana dengan suara sarat kekecewaan. Setelah menyampaikan itu, Diana segera menutup panggilan telepon itu membiarkan Noran terpaku pada pikirannya sendiri.

...***...

Terpopuler

Comments

Rita Mahyuni

Rita Mahyuni

aku padamoe karin....thor ceraikan aja zila n noran...

2024-05-01

0

Agus Hendra Setiawan

Agus Hendra Setiawan

mantap Karin 👍👍👍

2024-04-15

1

dewi musnida

dewi musnida

harusnya namanya diganti norak aja thor, baru punya perusahaan yg gak seberapa dari perusahaannya kevin, udah belagu lho! 😡😡😡

2024-03-24

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!