Ch.5

Sayup-sayup terdengar suara cuitan burung yang begitu merdu di sebuah kamar membuat seorang gadis yang sebelumnya tertidur lelap mulai mengerjapkan matanya. Cahaya mentari sepertinya telah mulai meninggi. Hal itu terlihat jelas dari balik celah gorden yang menutupi jendela kamar itu.

Gadis itu perlahan membuka matanya. Bola matanya mengerjap, mencoba mengenali dimana ia berada saat ini, apakah ini penginapannya kemarin. Ia pun berusaha untuk duduk tapi tiba-tiba ia meringis kesakitan.

"Awssshhh ... Kenapa sakit sekali" ringisnya.

Lalu mata gadis itu melotot tajam saat tiba-tiba selimut yang menutupi tubuhnya melorot ke bawah hingga memperlihatkan tubuhnya yang tanpa selembar kain pun.

"A-apa yang sebenarnya terjadi? A-aku kenapa?" gumamnya panik.

Lalu tiba-tiba terasa sedikit pergerakan di samping tempat tidurnya. Mat gadis itupun membelalak seketika saat melihat siapa yang ada di sampingnya itu.

"Tu-tuan Noran?" cicitnya yang di saat bersamaan Noran pun membuka mata dan terkejut melihat keberadaan Nazila di ranjang miliknya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" serunya dengan suara menggelegar membuat nyali Nazila menciut.

Nazila menggeleng dengan air mata yang mengucur deras.

"Seharusnya saya yang bertanya seperti itu. Apa yang sudah tuan lakukan pada saya? Mengapa kita bisa berada di sini?" tanyanya dengan suara bergetar.

Tubuh Nazila bergetar hebat. Penampilannya benar-benar kacau saat ini. Ia pun makin mengeratkan selimut sehingga tubuhnya kini tertutup sempurna dan hanya menyisakan kepalanya saja. Tapi apa yang ia lakukan justru membuat tubuh polos Noran jadi terekspos. Nazila memalingkan wajahnya sambil terus terisak.

Panik, Noran pun langsung meraih celananya yang terkapar di lantai dan memakainya. Noran bangkit lalu berjalan mondar-mandir. Ia meraup wajahnya frustasi, bagaimana ini bisa sampai terjadi pikirnya.

"Kau jangan berpura-pura, Nazila! Ini pasti ulahmu kan! Kamu sengaja menjebakku, hah! Kau ingin membatalkan pernikahan ku dan Sarah, iya!" bentak Noran

Dengan tertatih, Nazila mencoba berdiri.

"Kau pikir aku ja*lang yang dengan mudahnya melemparkan tubuhku ke sembarang pria, iya!" balas Nazila dengan suara meninggi. "Kau lihat itu!" tunjuk Nazila pada bercak merah di seprai. "Bahkan aku semalam masih suci sebelum kau yang merusaknya." desis Nazila sambil mengusap kasar air matanya.

Nazila bingung, mengapa ia bisa sampai mengalami ini. Seingatnya, semalam ia hendak pamit ke kamar mandi karena perutnya yang mulas. Lalu setelah keluar dari kabar mandi, ia tidak ingat apa-apa lagi.

Belum sempat Noran membalas perkataan Nazila, pintu kamar itu tiba-tiba terbuka. Di sana muncul sepasang suami istri dan juga seorang gadis muda yang cantik. Seketika mereka membelalakkan matanya saat melihat apa yang ada di dalam kamar itu.

"Noran! Apa yang kau lakukan dengan Nazila, hah!" bentak Diana murka pada sang putra. Sedangkan Noran hanya bisa mematung di tempat saat melihat kedatangan kedua orang tuanya beserta calon istrinya.

"Noran, kamu ... kamu ... mengapa, Noran? Mengapa kau lakukan ini padaku, hah!" pekik Sarah menatap nyalang pada Noran dan Nazila.

"Sayang, ini tidak seperti yang kau pikirkan." ujar Noran seraya mendekati Sarah. Tapi Sarah mendorong dada Noran yang hendak mendekatinya.

"Tidak seperti yang aku pikirkan? Jadi apa? Sedangkan semuanya sudah jelas sekarang." Sarah begitu murka melihat keadaan Noran yang berantakan, pun Nazila yang menunduk dengan wajah bersimbah air mata.

"Ma, ajak Sarah keluar dulu!" titah Gultom Malik Ashauqi, ayah dari Noran Malik Ashauqi. "Dan kalian, cepat rapikan diri kalian. Kami tunggu penjelasan kalian." imbuhnya lagi lalu ia segera meninggalkan kedua orang itu.

Noran menatap jijik pada Nazila lalu ia segera mengambil bajunya asal di lemari dan segera keluar dari kamar itu. Sedangkan Nazila, ia menatap nanar bajunya yang telah robek. Beruntung celana jeans-nya masih aman. Lalu ia mencoba membuka lemari pakaian milik Noran yang ada di kamar itu dan mengambil asal baju kaos dan segera masuk ke kamar mandi. Ia harus membersihkan diri terlebih dahulu.

Nazila menatap nanar tubuhnya yang dipenuhi tanda merah mulai dari leher, tulang selangka, hingga dadanya. Air matanya jatuh semakin deras. Lalu ia berjalan ke arah shower dan menyalakannya. Ia terduduk sambil memeluk lututnya kemudian menenggelamkan wajahnya. Ia tak menyangka, nasibnya akan seperti ini. Ia memang tidak berniat untuk menikah, tapi ia juga tak ingin memberikan kehormatannya kepada sembarang orang. Nazila bingung, apa yang harus ia lakukan. Bagaimana nasibnya ke depannya? Hancur, kini ia merasa begitu hancur. Mengapa semua ini harus ia alami?

Karena sudah terlalu lama tapi Nazila tak kunjung turun juga, Diana pun berinisiatif kembali ke kamar Noran. Namun ia tidak menemukan keberadaan Nazila. Hanya bunyi kucuran air yang terdengar jelas dari balik pintu kamar mandi. Namun, setelah kembali menunggu sekian menit lamanya, tiada tanda-tanda Nazila akan keluar.

Dengan panik, ia mencari kunci cadangan dari tempat penyimpanan kunci. Melihat kepanikan Diana, Noran dan Gultom pun segera menghampirinya. Setelah mendapatkan penjelasan Diana, mereka pun bergegas membantu mencari kunci cadangan kamar mandi kamar Noran.

Setelah menemukannya, dengan panik, Diana segera membuka kamar mandi. Kepanikannya kian melanda saat melihat Nazila telah meringkuk dengan tubuh polosnya bawah guyuran air shower.

Diana segera mematikan shower dan mengambil kembali selimut yang diletakkan Nazila asal lalu menutupinya. Ia juga segera meminta Noran menggendong Nazila dan merebahkannya di atas kasur. Wajah Nazila begitu pucat, membuat Diana kian gelisah.

"Bagaimana keadaannya, dok?" tanya Diana pada dokter yang memeriksa Nazila.

"Kondisinya masih lemah. Sepertinya ia telah mengalami kekerasan seksual sehingga membuatnya tertekan. Sebaiknya Anda segera melaporkannya ke pihak kepolisian untuk mengungkap siapa pelakunya." ujar dokter itu sembari memberikan saran.

Deg ...

Sontak saja Noran, Diana, Gultom, dan Sarah membulatkan matanya.

"Em, baiklah, dok. Terima kasih atas bantuan dan sarannya." ujar Diana. Lebih baik diiyakan saja dari pada memperpanjang masalah. Biarlah mereka nanti mencari jalan keluarnya sendiri tanpa harus melibatkan pihak kepolisian.

Lalu dokter itu pun memberikan secarik kertas resep untuk segera ditebus. Diana pun segera meminta sopir keluarganya untuk menebus resep itu di apotik yang kebetulan berada tak jauh dari vila.

"Bagaimana, Noran? Kamu masih menolak untuk bertanggung jawab? Kali lihat sendiri akibat perbuatanmu? Kau masih menuduhnya telah menjebakmu, hah?" bentak Diana tak habis pikir dengan pola pikir anaknya itu. Bukannya berusaha bertanggung jawab, ia justru menyalahkan Nazila yang telah menjebaknya.

Noran menjambak rambutnya frustasi lalu melirik Sarah yang membuang wajah. Bagaimana caranya membujuk Sarah, justru ini yang ada di pikirannya saat ini.

...***...

...Happy reading 🥰🙏💪...

Terpopuler

Comments

Rusiani Ijaq

Rusiani Ijaq

jangan " mala orang tua nya noran sendiri biar tdk bersama dg Sarah . Krn emang pada dasarnya tdk suka

2024-04-18

1

FUZEIN

FUZEIN

Aku tertanya2 ni

2024-04-11

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

pasti ada seseorang yang menjebak Nazila dan Noran..... siapakah pelaku nya

2024-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!