Ch.4

Makan siang telah usai, pun acara launching store resmi Bebelove juga telah usai. Namun, semua karyawan/i yang terlibat secara langsung masih tampak sibuk membereskan segala sesuatu. Begitu pula Nazila yang tampak sibuk merampungkan laporan hasil kegiatan launching untuk segera dilaporkan dengan sang atasan sebelum mereka bergegas datang ke acara gathering yang diadakan di sebuah vila di puncak.

Menurut kabar, vila itu milik keluarga CEO mereka sendiri. Vila itu cukup besar dan memiliki halaman yang sangat luas jadi sangat memungkinkan untuk menampung karyawan PT Malikindo yang jumlahnya cukup banyak untuk melaksanakan sebuah kegiatan di sana. Tapi untuk tidur, mereka akan menginap di sebuah penginapan yang berseberangan dengan vila itu jadi mereka selain dapat bersenang-senang, tapi juga dapat tidur dengan nyaman.

"La, kamu udah selesai?" tanya Jay saat melihat Nazila sedang membereskan laptop dan berkas-berkas yang berhamburan di atas meja.

"Eh, pak Jay, iya, sebentar lagi saya selesai." sahutnya datar dengan tangan tetap bergerak aktif membereskan semua pekerjaannya.

"Kamu ke puncak naik apa?" tanya Jay seraya duduk di kursi dekat meja Nazila.

"Aku naik bis bareng yang lain aja, pak." ujar Nazila datar.

"Kamu ikut mobil aku aja. Aku sendiri kok. Nggak enak naik mobil sendirian." tawar Jay.

"Terima kasih, pak. Saya nggak enak sama yang lain. Biar saya bareng karyawan lain saja. Permisi." pamit Nazila pada Jay yang hanya bisa menghembuskan nafas pasrah.

Sebenarnya Jay sudah sanksi Nazila mau ikut dengannya dan ternyata benar dugaannya. Nazila memang terkenal dengan pribadi yang tertutup. Bahkan sangat tertutup. Ia tidak memiliki teman dekat satupun di kantor. Karena itu, Jay berinisiatif lebih dekat dengannya. Sejujurnya ia memiliki sedikit perasaan pada Nazila, tapi ia tak berani mengungkapkan apalagi dengan sikap dingin dan tertutup Nazila. Jadi, lebih baik dia menjadi kaum cidaha saja alias cinta dalam hati. Dari pada mengungkapkan, tapi berakhir menjadi jauh.

Di sepanjang perjalanan, Nazila hanya terdiam sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Ia mengambil tempat duduk tepat di belakang sopir. Dengan telinga disumpal earphone yang memperdengarkan lagu-lagu pop lawas, Nazila memandangi jalanan yang masih tampak padat. Padahal langit sudah berganti warna jadi jingga, tapi aktivitas manusia sepertinya tiada pernah berhenti. Mungkin ada yang baru pulang kerja atau sekolah, tapi mungkin juga ada yang baru saja hendak memulai harinya dengan aktivitas lain seperti bekerja atau sekedar ingin bersenang-senang apalagi saat itu merupakan Sabtu sore menjelang malam Minggu. Bukankah bukan rahasia umum, kalau malam Minggu kerap dihabiskan banyak orang untuk bersenang-senang, baik itu dengan keluarga maupun dengan pasangan kekasih.

Bila diingat-ingat, kapan terakhir kali Nazila menikmati hidupnya? Nazila tidak ingat sama sekali sebab sepanjang hidupnya lebih banyak dihabiskan untuk belajar, mengurus sang ibu, lalu bekerja mencari uang untuk dirinya dan ibunya.

Bahkan mungkin, ini kali pertama ia memiliki waktu luang untuk bersenang-senang. Mungkinkah ia dapat bersenang-senang? Apakah mungkin ia bisa menikmati malam ini dengan sebuah kesenangan! Nazila tak tahu karena dia sendiri sudah lupa bagaimana itu bersenang-senang dan apa itu kesenangan sebab baginya kesenangan sejati adalah melihat sang ibu yang dapat tersenyum lagi.

Bus yang dinaiki Nazila telah berhenti tepat di depan sebuah penginapan. Satu kamar diperuntukkan untuk 4 orang. Lalu mereka pun turun satu persatu dan mencari kamar milik mereka. Pembagian kamar dilakukan secara random untuk mencegah sifat saling iri atau pilih-pilih rekan sekamar. Sebenarnya ide ini dari Nazila sendiri, tapi hanya Noran dan Jay yang tau untuk mencegah adanya protes.

Rekan sekamar Nazila adalah Yuri, Sani, dan Melda. Mereka karyawan dari berbagai divisi jadi tidak ada yang saling mengenal satu sama lain. Tapi mungkin inilah bagusnya pembagian kamar secara random, jadi mereka memiliki kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain.

Setelah berkenalan, mereka pun membersihkan diri karena acara gathering akan dimulai dengan melakukan makan malam di taman vila yang sudah didekorasi sedemikian rupa.

"La, kamu kan sekretaris pak Noran tuh, menurut kamu, sifat pak Noran itu gimana sih?" tanya Melda penasaran.

"Iya, Na, kami sebenarnya penasaran udah lama. Tapi kami kan kerjaannya nggak berhubungan langsung dengan pak Noran jadi nggak tau." tukas Yuri ikut menimpali.

"Emm ... maaf, maksudnya kayak gimana ya?" Tanya Nazila ragu-ragu. Tentu ia tidak boleh sembarangan menggunjingkan bosnya, bukan. Bisa-bisa ia kena PHK sepihak kalau salah bicara.

"Ya gitu, sifatnya itu, baik nggak? Ramah nggak? Perhatian nggak? Terus gimana sikap dia ke pacarnya yang model itu? Kayaknya, mereka nempel banget ya!" sambung Melda lagi.

Nazila bingung haru mengatakan apa, tapi tak mungkin ia mengabaikan pertanyaan rekan sekamarnya.

"Maaf, aku juga kurang tau tapi ... sejauh ini tuan Noran baik kok." jawabnya jujur membuat rekan sekamarnya itu menurunkan bahunya.

"Na, setau aku kamu dulu kerja di bagian akunting kan? Tapi kok kamu bisa tiba-tiba diangkat jadi sekretaris? Padahal kamu termasuk karyawan baru waktu itu. Emang kamu punya koneksi di kantor ya?" tanya Sani yang sejak tadi diam.

Yuri dan Melda pun membulatkan matanya, "Seriusan kamu dulu akunting? Kok bisa? Ceritain dong!" cetus Melda antusias.

"Itu ... aku juga nggak tau. Waktu itu tiba-tiba aja HRD bilang aku dipindahkan jadi sekretaris CEO. Aku nggak ada koneksi kok. Bisa bekerja di perusahaan sebesar PT Malikindo aja aku udah sangat-sangat bersyukur." sahut Nazila dengan senyum tipis yang mengambang.

Makan malam telah dimulai, setelah terlebih dahulu Noran memberikan sambutan juga ungkapan rasa terima kasih atas keberhasilan pembukaan store resmi di Angkasa Mall pusat.

Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan kegiatan lainnya seperti permainan kecil, tebak-tebakan, bernyanyi, dan ditutup dengan acara barbeque. Malam itu, meskipun dihabiskan Nazila dengan banyak diam, tapi hatinya cukup merasa senang.

Karena perut Nazila mendadak mulas, Nazila pun izin dengan rekannya untuk ke kamar mandi yang ada di dalam vila.

"Mel, aku ke kamar mandi sebentar ya! Perut aku nggak tau nih, tiba-tiba aja sakit." ujar Nazila seraya meringis.

"Mau aku temenin?" tawar Melda.

"Nggak usah, terima kasih. Aku bisa sendiri kok." tolak Nazila halus. Setelah mendapatkan persetujuan dari Melda, Yuri, dan Sani, Nazila pun bergegas masuk ke dalam vila untuk mencari kamar mandi.

Setelah selesai, ia pun segera keluar dari kamar mandi, hendak kembali ke tempat acara. Namun, saat Nazila baru saja melewati sebuah tangga menuju ke lantai atas vila, tiba-tiba saja tubuhnya limbung tak sadarkan diri.

Brakkk ...

...***...

...Happy reading 🥰🥰🙏...

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

ada apa sebenarnya yang terjadi dengan Nazila

2024-03-25

2

Retno Anggiri Milagros Excellent

Retno Anggiri Milagros Excellent

kenapa pingsan . kecapekan ya Nazila?

2024-03-08

0

luiya tuzahra

luiya tuzahra

knp rata2 ceo di novel sllu pacarnya model/ artis tpi ujung2nya nikahnya ma org biasa.tpi emng di reel jg bnyak siih pengusaha nikah ma artis,tpi herannya si model si artis sllu dgambarkan buruk kelakuannya

2024-03-07

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!