Bukan keinginan untuk menjadi istri pengganti. Karena ulah saudara tirinya Zahra harus menjadi korban akibat saudara tirinya tidak hadir di acara pernikahannya membuatnya menggantikan dirinya untuk berada di pelaminan.
Pria yang menikah dengan Zahra tak lain adalah Dokter bimbingannya dengan keduanya sama-sama praktik di rumah sakit dan Zahra sebagai Dokter coast. Zahra harus menjadi korban untuk menyelamatkan dua nama keluarga.
Merelakan dirinya menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Tetapi bukannya niatnya dihargai dan justru. Suaminya menganggap bahwa dia memanfaatkan keadaan dan tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan Zahra.
Bagaimana Zahra menjalani pernikahannya dengan pria yang membencinya, pria itu awalnya biasa saja kepadanya tetapi ketika menikah dengannya sikap pria itu benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak menyukai Zahra?"
Apakah Zahra akan bertahan dalam rumah tangganya?
Jangan lupa ngantuk terus mengikuti dari bab 1 sampai selesai.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 Memang Harus Melawan.
Tatapan mata Zahra dan Naldy saling menatap tajam dengan penuh tantangan. Zahra benar-benar tidak peduli dengan laki-laki di hadapannya itu dan terserah ingin mengatakan apapun kepadanya.
"Kau benar-benar sakit jiwa Zahra!" tegas Naldy.
"Benar, aku sakit jiwa karena kehidupanku yang seperti ini. Lalu kamu mau apa hah?" Zahra tidak pernah berhenti untuk menantang suaminya.
Naldy berusaha untuk mengendalikan dirinya menahan amarah tersebut, tapi tangannya terkepal.
"Dengarkan aku Dokter Naldy. Statusku sebagai istri hanya di buku nikah, Anda tidak berhak mengatur diriku, karena Anda tidak memperlihatkan seperti apa diri Anda yang pantas untuk dicontoh. Kita akan berpisah dan sebelum berpisah Anda harus menyelesaikan dulu hubungan dengan ku. Aku juga bisa menikah dengan laki-laki yang bisa menghargaiku dan tidak sombong sepertimu!" tegas Zahra menekan suaranya dan kemudian mendorong Naldy.
Zahra tidak mengatakan apa-apa dengan mengambil hijab yang berada di lantai dan kemudian keluar dari ruangan Naldy.
"Sial!" umpat Naldy tiba-tiba saja marah dengan menonjok dinding.
"Apa dia sengaja melakukan semua itu?"
"Dia pikir aku peduli! Mau dia membuka cadar dan memperlihatkan wajahnya, membuka hijabnya dan sekalipun telanjang di depan umum aku tidak peduli," umpat Naldy.
Berbicara tentang tidak peduli kepada istrinya. Lalu kenapa dia marah dan seolah ingin menerkam Zahra.
Zahra berada di kamar mandi dengan mengatur nafasnya berkali-kali menarik perlahan dan membuang perlahan ke depan. Zahra keluar dari ruangan Naldy tidak mungkin tanpa memakai hijab. Zahra tetap memakainya walau sembarangan.
"Aku baru pertama kali melihatnya kesetanan seperti itu. Seolah-olah aku yang bersalah," batin Zahra dengan memejamkan mata.
"Ya Allah. Maafkan hamba, jika harus menggunakan ini untuk menguji laki-laki itu. Hamba sesungguhnya takut dosa, cadar memang bukan sesuatu hal yang diwajibkan, tetapi bagaimanapun hamba merasa bahwa keimanan hamba benar-benar diuji. Hamba hanya ingin keadilan dalam semua ini," batin Zahra.
Naldy bersama dengan rekan seprofesinya baru saja melaksanakan operasi, mereka keluar dari ruang operasi tersebut.
"Ternyata rumah sakit ini dihebohkan dengan datangnya bidadari tanpa sayap," ucap salah seorang pria sekitar berusia 40 tahunan.
"Bidadari tanpa sayap? siapa itu?" tanya Dokter Ilham.
"Memang Dokter tidak bertemu dengan salah satu Dokter coach di rumah sakit ini. Orangnya sangat mudah dikenali karena dia menjadi satu-satunya Dokter dengan menutup diri dan juga memakai cadar. Hari ini untuk pertama kali masuk tanpa menggunakan cadar dan Masya Allah ternyata wajahnya benar-benar cantik," ucap Dokter tersebut ternyata membicarakan istri dari seorang rekan mereka dan Naldy langsung melihat ke arah Dokter tersebut.
"Wau, aku belum melihatnya secara langsung. Dokter Yusup saja bisa sampai takjub seperti itu yang aku kenal Dokter sangat setia kepada istri. Aku jadi penasaran wajahnya seperti apa sampai-sampai dijuluki bidadari tanpa sayap,"
"Dia benar-benar tebar bepesona di rumah sakit ini. Apa dia ingin menggoda semua orang yang ada di rumah sakit ini dengan memperlihatkan wajahnya, kenapa wanita itu menjadi murahan," batin Naldy benar-benar kesal dengan tingkah istrinya.
"Dokter Naldy, bukankah beliau adalah murid Anda dan seharusnya Anda juga memberikan pujian kepadanya," sahut Ilham melihat ke arah Naldy.
"Saya tidak perlu memuji wanita yang mempermainkan agama. Jika belum siap untuk berhijrah dan seharusnya tidak berhenti di tengah jalan. Wanita seperti itu hanya main-main saja dan keimanannya masih sangat rendah," ucap Naldy dengan suara dinginnya dan kemudian langsung pergi.
Kedua rekannya itu saling melihat satu sama lain dengan kebingungan.
"Ada apa dengannya? Kenapa dia serius sekali berbicara. Kita hanya meminta pendapat dan seolah-olah dia sangat marah," ucap Ilham kebingungan.
"Dokter Naldy bukan tipe orang yang bisa diajak bercanda," sahut pria tersebut dengan mengangkat kedua bahunya.
****
Malam ini Zahra ikut makan malam bersama keluarga suaminya.
"Zahra, Mama lihat sejak tadi pagi kamu berangkat tanpa menggunakan cadar dan sekarang juga tidak memakainya. Apa cadar Kamu memang tidak dipakai lagi?" tanya Mila.
"Zahra mulai sekarang memang tidak akan memakai cadar lagi," jawabnya dengan santai.
"Ada apa? kenapa tiba-tiba melepas cadar? Bukankah Mama mengenal kamu wanita yang sangat agamis?" tanya Mila heran.
"Manusia butuh proses dan tempat salah. Zahra masih perlu banyak belajar dan Zahra merasa nyaman dengan penampilan seperti ini," jawabnya.
"Baiklah! Itu adalah urusan kamu. Mama tidak bisa melarang kamu karena saya bukan orang tua kamu. Cadar bukan hal yang wajib, wajah kamu cantik, sangat enak dipandang dan pasti banyak laki-laki yang menyukai kamu, tetapi tetap bahwa saya tidak membenarkan keputusan kamu. Semua tergantung kamu," ucap Mila.
Dia bukan tipe ibu mertua yang menye-menye, terlihat mendukung atau bahkan terlihat melarang. Mila selama ini bersikap netral, jika salah maka akan dia tegur jika ada sesuatu yang perlu dia beritahu maka akan diberitahu.
Dalam pembicaraan antara Ibu dan menantu itu hanya membuat Naldy merasa gerah, bahkan selera makannya benar-benar berkurang, dia sangat muak dengan situasi itu dan apalagi melihat istrinya di sebelahnya.
"Kalian cobalah untuk saling dekat satu sama lain, kalian sudah menikah. Papa lebih senang jika kamu mempertahankan pernikahan kamu dibandingkan harus punya rencana untuk menikah lagi," ucap Sastra memberi masukan kepada putranya.
"Tidak masalah. Jika Mas Naldy akan menikah lagi," Zahra dengan santai memberi dukungan membuat Mila mengerutkan dahi.
Naldy sampai mendengus kasar mendengar istrinya yang terlalu frontal, biasanya wanita itu selalu diam saja, tampak adem dan tidak pernah mencampuri pembicaraan orang lain. Hanya akan berbicara jika ada yang bertanya dan tidak suka memotong pembicaraan orang lain.
"Kamu mengizinkan suami kamu untuk menikah lagi?" tanya Mila.
"Kenapa tidak? seseorang berhak menikahi wanita yang dia cintai, jadi biarkan saja, Mas Naldy menikah," jawabnya benar-benar santai tanpa beban.
"Mama dengar sendiri bukan. Jadi tidak ada hal yang harus diributkan, dipersulit atau tidak adanya persetujuan karena. Zahra sendiri menyetujui pernikahan itu," sahut Naldy menjawab tantangan istrinya.
"Zahra, kamu yakin akan membiarkan suami kamu untuk menikah. Itu semua tidak mudah dan laki-laki tidak akan pernah bisa adil," ucap Mila mengingatkan.
"Mama benar! laki-laki baik saja tidak akan pernah adil dan apalagi laki-laki seperti suami Zahra," sahutnya secara berterus terang memberikan penilaian kepada pria di sampingnya itu bahwa tidak ada kebaikan yang dia lakukan.
Naldy sampai tarik nafas dengan kelakuan Zahra berbicara suka-sukanya dan tidak punya sopan santun.
"Zahra tidak meminta keadilan, sesudah dan sebelum menikah pasti tidak akan ada bedanya. Biarkan ingin menikah lagi dan membangun kehidupannya bersama istrinya. Karena Zahra sangat menghargai keluarga ini dan tidak mungkin ada perpisahan, tetapi bukan berarti suatu saat nanti perpisahan itu akan ada ketika Zahra pada akhirnya akan menemukan seseorang," ucapnya dengan santai.
"Apa maksud dari perkataan kamu? Kamu membiarkan suami kamu menikah dan artinya kamu juga akan melakukan hal yang sama ketika kamu menemukan seseorang?" tanya Mila.
"Seperti yang sejak awal Zahra katakan, seseorang berhak menikahi orang yang dia cintai," ucap Zahra.
"Tetapi laki-laki dan wanita berbeda Zahra. Jika Naldy bisa menikah ketika sudah memiliki istri dan maka kamu tidak akan bisa menikah ketika masih memiliki suami," ucap Mila.
"Perselingkuhan jalan yang paling menarik," jawabnya tanpa berpikir panjang.
Bersambung....