Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
...happy reading...
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
Saat itu Amirul berjalan menuju ke kelasnya, dan itu terlihat oleh Aris. Ia menekuk alisnya dan mendekat ke bawah Amirul dengan ekspresi yang tidak menyenangkan.
"Hey! Ngapain kamu datang ke sekolah lagi, kamu kan sudah diusir dari rumah!" kata Aris dengan nada kasar, membuat beberapa siswa mendengarkan itu. Mereka langsung mendekat dan penasaran dengan drama keluarga Aris dan Amirul.
Amirul menatap Aris dengan ekspresi datar, tidak menunjukkan tanda-tanda emosi. "Aku cuma diusir dari rumah, bukan dikeluarkan dari sekolah," kata Amirul membalasnya dengan nada yang tenang.
Aris tersenyum sinis. "Hah, kamu masih berani datang ke sekolah? Kamu tidak tahu malu, ya?"
Beberapa siswa yang mendengarkan percakapan itu mulai berbisik-bisik, dan suasana menjadi semakin tegang. Amirul tahu bahwa ia harus tetap tenang jika tidak ingin situasi semakin buruk.
"Aku masih memiliki hak untuk bersekolah, dan aku tidak akan membiarkan kamu menghalangiku," kata Amirul dengan nada yang tegas.
Aris mendekat lebih dekat, wajahnya hanya beberapa sentimeter dari wajah Amirul. "Kamu tidak akan bisa bertahan lama di sekolah ini, Amirul. Aku akan pastikan kamu dikeluarkan dari sini."
Amirul tidak menunjukkan tanda-tanda takut, ia hanya tersenyum kecil. "Itu bukan hakmu untuk mengatakan hal itu, kau tidak punya kuasa atas sekolah ini, kecuali kalau sekolah ini punyamu, baru kau bisa bicara seperti itu," lawan Amirul dengan nada yang tenang namun tegas.
Mata Aris membulat, wajahnya merah karena kemarahan. "Oh... kau berani melawanku ya! Kau benar-benar tidak tahu diri! Selama 16 tahun ayah dan ibuku membesarkanmu, tapi sedikit pun kau tidak pernah membalas budi, dan sekarang kau malah memaki aku, kau benar-benar tidak tahu malu!" kata Aris dengan nada keras, sengaja untuk memancing pertengkaran.
Beberapa siswa yang mendengarkan percakapan itu mulai berbisik-bisik, dan suasana menjadi semakin tegang. Amirul tahu bahwa ia harus tetap tenang jika tidak ingin situasi semakin buruk.
"Bukannya aku bukan keluarga Dinata lagi? Jadi kau bisa urus urusanmu, dan aku urus urusanku!" kata Amirul yang hendak pergi meninggalkan Aris yang emosi itu.
Aris mencoba untuk mengejar Amirul, niatnya jelas ingin memukul Amirul dari belakang. Namun, Amirul yang sudah siap mengantisipasi serangan itu dengan cepat menghindar ke samping, membuat Aris tidak bisa mengerem lajunya. Aris yang tidak siap dengan gerakan itu malah kehilangan keseimbangan dan terjerembab ke lantai dengan cukup keras.
Brukkk!
"Ughhh!" keluh Aris kesakitan.
Para siswa yang melihat adegan itu tidak bisa menahan tawa, mereka tertawa melihat Aris yang terjatuh dengan wajah merah karena kemarahan. Suasana di koridor sekolah menjadi riuh sejenak, tapi tidak berlangsung lama karena suara bel sekolah yang keras dan tajam membubarkan kerumunan.
"Amirul! Mati saja kau!" Teriak Aris lagi, mengepalkan tangannya dengan kemarahan yang semakin memuncak. Ia ingin sekali meninju Amirul, tapi niatnya itu terhenti ketika bel sekolah berbunyi, menandakan bahwa para siswa harus segera masuk ke dalam kelas masing-masing untuk menerima pelajaran.
Aris yang masih terjatuh di lantai, dengan susah payah berdiri dan membersihkan pakaiannya yang kotor. Ia menatap Amirul dengan mata yang penuh kebencian, tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena guru-guru sudah mulai mengawasi koridor.
"Kamu belum selesai dengan ini, Amirul! Aku akan membuatmu menyesali hari ini!" teriak Aris dengan nada yang penuh ancaman.
Amirul tidak menoleh ke belakang, ia terus berjalan menuju ke kelasnya dengan langkah yang tenang. Ia tahu bahwa ia harus tetap fokus pada tujuan utamanya, yaitu lulus dari sekolah ini dan memulai hidup baru.
Amirul yang sudah masuk ke dalam kelas, tersenyum kecil melihat Aris yang masih berdiri di luar dengan wajah merah. Ia tahu bahwa ia harus tetap waspada, karena Aris tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan apa yang diinginkannya.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪