Sri tidak menyangka jika rumah tangganya akan berakhir karena orang yang paling dia cintai dan hormati, entah bagaimana dia mendeskripsikan hati yang tidak akan pernah sembuh karena perselingkuhan suami dengan perempuan yang tak lain ibunya sendiri.
Dia berusaha untuk tabah dan melanjutkan hidup tapi bayangan penghianatan dan masalalu membuatnya seakan semakin tercekik.
mampu ka dia kembali bangkit setelah pengkhianatan itu diatas dia juga memiliki kewajiban berbakti pada orangtua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Melihat kondisi yang mulai tidak terkendali, hakim mengetuk palu beberapa kali untuk mengamankan kondisi.
" Ibu Sri hentikan, jika anda tidak menghentikan aksi anda, kami terpaksa mengusir anda dari ruang sidang ini". Ucap Pak Hakim dengan tenang.
Dia seakan tahu jika Sri akan melampiaskan emosinya, siapa yang tidak marah mendengar perkataan kurang ajar dan keterlaluan lelaki yang menjadi tersangka itu.
Sri kembali berbalik melihat ketiga hakim itu, dia kembali melipat kedua tangannya untuk meminta mereka mengabulkan permohonannya.
"Yang mulia tolong, bebaskan mereka jika benar ibuku hamil dan biarkan lelaki itu menceraikan aku, dan bertanggungjawab pada ibuku, aku tidak ingin bersama lelaki seperti itu?? ".
"Jika pak Irfan tidak mau bagaimana bu???, ibu bisa dengar sendiri perkataan nya tadi".
Dia kembali bertanya untuk membuat Sri yakin kepada keputusannya, dia akan mempertimbangkan apapun yang dikatakan perempuan di hadapan nya ini, karena dia lah orang yang paling terluka disini.
"Kalau begitu biarkan dia membusuk dipenjara yang mulia, aku akan mengajukan gugatan cerai setelah ini". Ucapnya dengan lantang.
Ucapan mereka semua terhenti melihat Siti keluar dengan deraian airmata seolah mengabarkan pada mereka semua jika apa yang dikatakan oleh jaksa penuntut umum itu jadi kenyataan.
"Ini hasilnya yang mulia, silahkan". Salah satu petugas dari kepolisian memberikan keterangan hasil lab dari Siti kepada ketua hakim.
Terlihat jelas Raut hakim yang gusar dan menghela nafas panjang.
"Hasilnya positif, ibu Siti sedang hamil". Ucapnya pelan.
Sri langsung terjatuh mendengar perkataan hakim, raganya terasa seperti dicabut paksa dari tubuhnya, dia bahkan tidak memiliki tenaga sama sekali.
"Hamil". Cicitnya menunduk dalam tangis.
Sedangkan Irfan kini melotot dan membelalakkan matanya, dia tidak menyangka perbuatannya akan serunyam ini, dan bahkan menghasilkan seorang bayi.
"Bagaimana ibu Sri, apa ibu akan tetap pada keputusan anda tadi?? ". Tanya hakim dengan ibah,
Dia bahkan meneteskan air matanya, dia teringat anak semata wayangnya yang seumuran dengan perempuan dihadapannya ini, dia betul kasihan melihatnya.
"Seperti yang saya katakan tadi pak Hakim, dia harus bertanggungjawab kepada ibu saya tapi harus menceraikan saya terlebih dahulu, jika tidak silahkan mereka berdua mendekam dipenjara, itu keputusan final dari saya".
Siti mendongak dan menatap anaknya dengan tatapan bersalah, walau dia tidak pernah menginginkan keberadaan Sri dalam hidupnya, dia tetaplah ibunya, dia yang mengandung dan membesarkannya walau memang Sri lebih banyak berada dalam asuhan sang mantan suami.
"Tidak akan, aku tidak akan menceraikan kamu, aku akan menikahi ibumu, tapi kamu tidak akan aku lepaskan, ayolah biarkan aku bertanggungjawab sampai anak itu lahir dan bisa jadi anak kita, kau tidak mau berpisah darimu". Ucap Irfan dengan penuh keegoisan.
Dia tidak mau masuk penjara dan juga tidak mau menceraikan istrinya ini, hidupnya sudah hancur apalagi kalau dia kehilangan Sri juga, bagaimana dia bisa hidup, gaji istrinya snagat lumayan.
"Tapi sayangnya keputusanku sudah bulat, aku tidak sudi bersama dengan laki-laki kotor seperti mu, dan haram hukumnya menikahi ibu dan anak, kau gila". Sri mengangkat bangku itu dan melemparkan nya pada Irfan dengan penuh amarah.
Irfan menelan salivanya bulat-bulat melihat amarah yang berkobar dalam mata istrinya itu, dia menoleh kesamping melihat bangku yang hampir saja melayang kepadanya.
"Baik sekarang saya tanya sekali lagi para warga, bagaimana menurut kalian tentang perkataan dan permintaan ibu Sri barusan, adakah diantara kalian yang ingin mengemukakan pendapat nya?? ". Kini hakim melihat para Warga yang ada disana terutama ketua RT sebagai pemimpin mereka.
"Kami setuju apa yang dikatakan ibu Sri yang mulia, setelah perceraian antara Sri dan Irfan baru kami akan nikahkan mereka, kemudian akan kami usir dan blokir mereka untuk tidak datang dilingkungan sekitar dekat desa kami, kemudian menghukum cambuk lelakinya karena perempuan nya telah hamil sebagai hukum adat karena kami betul-betul menjaga adat istiadat yang ada selama ini yang mulia". Ucapnya dengan sopan.
Pak Hakim mengangguk mengiyakan perkataan dari ketua RT itu, ibunya berasal dari kampung tersebut, itu sebabnya dia sangat tahu bagaimana warganya menjaga dan melestarikan hukum adat disana.
Irfan mengepalkan tangannya, dia tidak terima dengan semua perlakuan yang dia terima.
"Baik, dengan mempertimbangkan semua bukti dan pendapat yang ada, saudara Irfan dan Siti terbukti bersalah, mereka akan dinikahkan setelah Irfan bercerai dari sang istri, Saudara Irfan harus mengikrarkan kata talak dihadapan ruang sidang dan akan dilanjutkan oleh pengadilan agama nantinya untuk mencegah hal-hal tidak diinginkan, tuan Irfan dan juga Ibu Siti akan ditahan oleh kepolisian sampai sidang perceraian antara dirinya dan juga ibu Sri selesai digelar pengadilan agama dan sesuai kesepakatan dengan warga maka hukum adat juga berlaku setelah sidang perceraian itu terlaksana".
"Aku tidak mau, aku tidak setuju". Teriak Irfan berdiri dan seperti menantang keputusan hakim.
Hakim tersebut menatap Irfan dengan tatapan tajam dan dingin, dia seperti ingin memakannya hidup-hidup, ada manusia tidak tahu diri dan tidak tahu malu seperti lelaki didepannya ini.
"Dan jika hal itu tidak terlaksana maka pak Irfan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara sedangkan untuk ibu Siti 10 tahun, sedangkan anak yang dilahirkan nya nanti akan ditaruh dipanti asuhan atau keluarganya yang bersedia merawatnya".
"Demikian keputusan pengadilan yang tidak bisa diganggu gugat". Hakim mengetuk palu sebanyak tiga kali.
Irfan semakin histeris mendengar keputusan itu, dia langsung berlari dan ingin mendekati istrinya tapi terhalang petugas polisi yang sejak tadi berjaga.
"Sri, aku tidak mau melakukan itu, jangan egois, kamu pikir kamu siapa? ". Hardik Irfan ingin menyerang istrinya tapi polisi menahannya.
"Aku tidak peduli kamu suka atau tidak, yang jelas jatuhkan talak itu sekarang juga, jika tidak maka hukuman penjara menantimu". Ucap Sri dengan dingin.
Tatapannya sangat datar dan dingin, dia tidak peduli dengan nasib suami dan juga ibunya, sudah cukup semua ini.
Irfan terus memberontak tapi tenaganya kalah dari petugas kepolisian, dia akhirnya lemas dan menunduk karena semuanya sudah hancur berantakan, nafsu setan yang dimiliki menghancurkan hidupnya sendiri. Andai dia bisa mengendalikannya ini semua tidak akan terjadi, kariernya hancur, rumah tangganya, bahkan diusir dari keluarga besarnya, sungguh harga mahal yang harus dibayar olehnya.
"Silahkan pak Irfan jatuhkan talak agar kami semua menjadi saksi". Ucap pak Hakim sekali lagi.
Irfan menatap nanar istrinya bahkan dia tidak melihat sama sekali perempuan yang menjadi selingkuhan nya itu.
"Baik, Sri Handayani Binti Tarjo Atmajaya, saya ceraikan kamu dengan talak satu, mulai hari ini kamu bukan istriku lagi". Ucapnya dengan tubuh bergetar hebat.
Sedangkan Sri meneteskan air matanya karena tidak kuat menahan rasa sesak di dadanya.