Dua keluarga yang semula bermusuhan akhirnya memutuskan menjalin aliansi pernikahan.
Posisi kepala negara terancam dilengserkan karena isu menjual negara pada pihak asing disaat perbatasan terus bergejolak melawan pemberontakan. Demi menjaga kekuasaan, Sienna sebagai putri bungsu kepala negara terpaksa menerima perjodohan dengan Ethan, seorang tentara berpangkat letjen yang juga anak tunggal mantan menteri pertahanan.
Bahaya mengancam nyawa, Ethan dan Sienna hanya bisa mengandalkan satu sama lain meski cinta dari masa lalu menjerat. Namun, siapa sangka orang asing yang tiba-tiba menikah justru bisa menjadi tim yang kompak untuk memberantas para pemberontak.
Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan demi mendapatkan kedamaian. Dapatkah mereka menjadi sepasang suami-istri yang saling menyayangi atau justru berakhir saling menghancurkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrlyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 (Fight for you)
"Berani sekali kamu menyusup ke dalam kamar calon istriku!"
Samar-samar Sienna mendengar suara Ethan dari dalam kamar mandi tempatnya bersembunyi. Tubuhnya gemetaran. Suara Ethan terdengar dingin penuh ancaman. Setelahnya terdengar bunyi bedebug disertai benda jatuh.
Sebelumnya, Ethan terlalu berhati-hati karena tidak ingin sampai Sienna terluka, tapi tidak kali ini. Hanya dengan menggunakan tangan kosong, Ethan berhasil menjatuhkan belati di tangan penyusup itu dan merebutnya.
Gerakan Ethan cepat dan jelas, ia memukul pada titik vital yang berhasil membuat penyusup itu jatuh sekali lagi. Tidak sampai disana, Ethan kembali melakukan serangan, tapi penyusup itu juga tidak ragu mengeluarkan belati lain yang tersembunyi dibelakang jaketnya.
Bayangan menari-nari di balik tirai cahaya remang yang menerobos celah jendela tinggi. Udara berbau anyir darah dan keringat memenuhi ruangan megah itu, permadani Persia yang mahal kini dikotori jejak langkah cepat dan nafas tersengal. Dua sosok tangguh beradu, gerakan mereka cepat dan mematikan.
Sorot mata Ethan dingin dan penuh konsentrasi, tertutup samar oleh topi hitam yang dikenakannya. Memerhatikan setiap gerakan yang diambil oleh penyusup itu saat menyerangnya. Kilatan belati tajam menyala-nyala dalam genggaman tangan penyusup yang tidak ragu mengibas dengan agresif.
Setiap ayunannya menggetarkan udara. Penyusup itu mengandalkan kecepatan, sementara Ethan mengandalkan kekuatannya.
Satu pukulan berhasil menjatuhkan belati di tangan Ethan. Penyusup itu dengan cepat berlari seraya mengayunkan belatinya. Ethan yang cekatan mengambil sembarangan buku tebal dari rak saat belati menyambar cepat. Nyaris ia tertusuk, tapi kaki Ethan bergerak lincah, menendang perut penyusup itu hingga ia terpental. Belati di tangan penyusup itu pun jatuh ke kolong ranjang.
Namun, pertarungan tidak berhenti disitu. Meski dengan tangan kosong, penyusup itu tetap tidak mau menyerah, tapi tanpa senjata, Ethan bukan lah tandingannya.
Penyusup itu mengerang kesakitan, Ethan berhasil mematahkan tangan kanannya usai bertarung habis-habisan.
"Siapa yang mengutusmu?" tanya Ethan, tangannya mencengkram kuat leher sang penyusup yang sudah tersudutkan di tembok. Ekspresi wajahnya bengis sementara ketakutan mulai muncul dari sorot mata penyusup di balik topeng hitamnya.
Namun, saat Ethan hendak membuka topeng penyusup itu, vas bunga seketika pecah di kepalanya. Darah mengalir diantara rambut Ethan, turun hingga mengenai alisnya. Ethan menyeka darah itu seolah rasa sakit di kepalanya bukanlah hal yang berarti. Satu pukulan kembali ia layangkan dan mendarat tepat di perut. Penyusup itu nyaris tidak berdaya, tapi disisa tenaganya, ia berhasil mendorong Ethan dan kabur melompati jendela.
Ethan hendak mengejar, tapi lampu istana tiba-tiba saja padam seiring dengan suara teriakan.
"Aaaaaaaa!!!!"
Suara jeritan terdengar menggema di setiap sudut kamar. Tanpa berpikir panjang Sienna berlari keluar dari dalam kamar mandi hingga tanpa sengaja menabrak Ethan.
Tangan Ethan refleks menyanggah pinggan Sienna. Gadis itu lantas memberontak. Keadaan kamar yang gelap membuat Sienna tidak tahu siapa yang sedang merengkuhnya.
"Lepaskan!"
"Tenang lah... ini aku."
Kepanikan dalam diri Sienna perlahan-lahan mengendur. Dalam kegelapan, ia berhasil mengenali suara calon suaminya.
"Ethan?"
Bukan Kapten, tapi Ethan. Entah kenapa tiba-tiba sesuatu menggelitik muncul di sudut hati Ethan membuatnya sedikit gugup.
"Iya, ini aku. Penyusupnya berhasil lolos."
"Kamu baik-baik saja?"
"Hanya terluka kecil," jawab Ethan. Dalam kegelapan, ia merengkuh wajah Sienna, mencoba melihat ekspresi gadis itu. Ethan dapat merasakan jika dia gemetaran.
"Ada apa? Kenapa kamu kamu berteriak?" tanya Ethan dengan lembut. Ia tidak ingin menambah ketakutan dalam diri Sienna.
Sienna lantas menggelengkan kepalanya. "Bukan aku yang berteriak."
Jika bukan Sienna lalu siapa? Ada yang aneh, seolah ada yang sengaja mengatur untuk mengalihkan perhatian agar penyusup itu berhasil kabur. Mulai dari lampu yang mendadak padam hingga jeritan misterius.
Tubuh Sienna masih gemetaran, ia berpegang erat pada jaket hitam yang Ethan kenakan, suara isak tangis pelan samar-samar terdengar. Meski ragu, tapi Ethan bertahan memeluk tubuh mungil Sienna dengan hati-hati.
"Tidak apa, aku di sini," ucap Ethan menenangkan.
Pelukan itu terasa hangat namun sedikit canggung. Sienna tidak mengerti mengapa pelukan yang diberikan Ethan terasa begitu nyaman. Semua risau yang ia rasakan seolah luruh.
Meski ragu, tapi Sienna ingin merasakan ketenangan ini lebih lama lagi. Tangannya yang semula berpegangan pada jaket Ethan, perlahan bergerak memeluk pinggang laki-laki itu.
Detak jantung Ethan terdengar begitu jelas, cepat, berangsur-angsur stabil. Napasnya masih terengah-engah, tubuhnya yang kokoh terasa panas, bajunya nyaris basah karena keringat. Wangi cologne menguar dari tubuh tegapnya. Harum khas seorang Ethan Alexander Martin, hangat dan maskulin.
"Sudah merasa lebih baik?" tanya Ethan, suaranya terdengar serak.
"Sedikit," jawab Sienna singkat. Ia sudah tidak ragu menyandarkan kepalanya di dada bidang Ethan, mencari ketenangan lebih banyak lewat detak jantung Ethan yang berdegup beraturan.
Sienna dapat merasakan saat Ethan mempererat pelukannya lalu menepuk-nepuk pelan punggungnya, memberikan kedamaian yang sudah lama tidak Sienna dapatkan sejak kehidupan politik ayahnya bergejolak.
Saat lampu kembali menyala, tidak lama pintu kamar Sienna terbuka. Kepala negara datang bersama dengan istrinya di dampingi oleh Ricky dan kedua rekannya yang juga telah berhasil melindungi mereka dari penyergapan para penyusup.
"Sienna, untunglah kamu baik-baik saja." Rieta, ibu kepala negara tidak kuasa menahan tangis. Sienna kemudian melepaskan pelukan Ethan dan langsung memeluk ibunya erat.
Kepala negara lantas menepuk bahu Ethan sebagai ucapan terima kasih walaupun ekspresi wajahnya masih dipenuhi kekhawatiran.
Ricky dan kedua rekannya yang ikut datang menjadi tim khusus bersama dengan Ethan berhasil melumpuhkan lima orang penyusup yang berniat menerobos masuk ke dalam kamar Sienna lewat akses lain, tapi saat lampu mendadak padam, para penyusup itu berhasil menghilang di tengah kegelapan. Pasukan penjaga istana juga tidak mampu menemukan jejak mereka.
"Aku mendengar suara jeritan seorang wanita saat hendak mengejar penyusup itu," cerita Ethan saat kondisi mulai kondusif pada Ricky yang saat ini menunggu di ruang pribadi kepala negara sedangkan kedua rekan yang Ricky bawa sedang melakukan pendataan pasukan keamanan istana.
"Nona Sienna?"
"Bukan."
"Itu aneh, kami pun mendengar jeritan yang sama. Kami pikir itu adalah nona Sienna, lalu lampu padam dan para penyusup itu juga menghilang."
"Jelas pelakunya ada di dalam istana ini."
Ricky mengangguk setuju. "Kami sengaja meninggalkan luka robek di tubuh mereka. Jika mereka adalah bagian dari pihak keamanan istana, mereka pasti akan segera ditemukan."
"Aku juga sudah meminta kepala negara untuk menutup akses istana. Tidak ada siapapun yang boleh meninggalkan area istana dan pemeriksaan menyeluruh sedang dilakukan," ucap Ethan sepemikiran.
"Tapi, Eth..." Kedua alis Ricky bertaut risau. Melihat darah yang sudah mengering di kening Ethan membuatnya khawatir.
"Kita tidak bisa terus menunggu. Kehancuran sudah di depan mata. Kamu harus secepatnya menikahi Nona Sienna dan ajak dia tinggal diperbatasan."
"Aku mungkin menikahi Sienna, tapi aku tidak akan mengajaknya tinggal disana. Kamu tidak tahu tempat seperti apa perbatasan. Mereka keji. Para pemberontak itu pasti akan langsung menargetkannya."
"Bukankah itu tujuannya? Selama ini yang kalian lawan hanyalah antek-anteknya sementara identitas kepala pemberontak masih belum diketahui. Jika Nona Sienna ada di depan mata mereka, bukan tidak mungkin dalangnya akan kita ketemukan."
"Aku tidak akan menjadikan Sienna sebagai umpan!" tolak Ethan tegas.
"Atau kamu mungkin takut tidak mampu melindunginya?"
***