Raska adalah siswa paling tampan sekaligus pangeran sekolah yang disukai banyak gadis. Tapi bagi Elvara, gadis gendut yang cuek dan hanya fokus belajar, Raska bukan siapa-siapa. Justru karena sikap Elvara itu, teman-teman Raska meledek bahwa “gelar pangeran sekolah” miliknya tidak berarti apa-apa jika masih ada satu siswi yang tidak mengaguminya. Raska terjebak taruhan: ia harus membuat Elvara jatuh hati.
Awalnya semua terasa hanya permainan, sampai perhatian Raska pada Elvara berubah menjadi nyata. Saat Elvara diledek sebagai “putri kodok”, Raska berdiri membelanya.
Namun di malam kelulusan, sebuah insiden yang dipicu adik tiri Raska mengubah segalanya. Raska dan Elvara kehilangan kendali, dan hubungan itu meninggalkan luka yang tidak pernah mereka inginkan.
Bagaimana hubungan mereka setelah malam itu?
Yuk, ikuti ceritanya! Happy reading! 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Nyelip Rasa
Lampu pesta diredupkan. Musik dipelankan. Vera berdiri di tengah lingkaran. Botol diputar…
KLIK.
Berhenti tepat di Asep. Sorakan langsung pecah.
"Truth or dare?" tanya Vera.
"DARE," jawab Asep dan pasangan mainnya kompak.
Vera mengambil kertas dari toples, membukanya perlahan, lalu membacakan isinya dengan suara lantang:
“Dare! Cowok harus baca puisi galau random… super dramatis… buat pasangan. Cewek nanggepin!”
Kerumunan langsung riuh.
Asep menarik napas. Berjalan ke depan pasangannya. Berjongkok perlahan. Satu tangan ke dada. Satu tangan menggapai udara. Wajahnya penuh penderitaan level sinetron azab.
Lalu ia mulai:
“Kau datang seperti…
notifikasi Shopee…
di tanggal tua…”
Semua mulai ngakak.
Asep lanjut dengan suara makin bergetar:
“Cuma bisa masuk keranjang…
tapi gak bisa check out…
karena saldo…
lebih berkuasa… dari cinta…”
MELEDAK.
Ada yang jatuh ke lantai. Ada yang sampai pegangan tembok.
Cewek pasangannya nutup muka sambil ketawa histeris.
Asep menutup dengan klimaks, suaranya parau:
“Aku klik…
meski dompetku…
kosong…”
Pasangannya nyeletuk sambil cekikikan:
“Ya iyalah… habis buat saweran!”
TEPUK TANGAN BRUTAL.
TERIAKAN PECah.
TANGIS KETAWA DI MANA-MANA.
Botol diputar lagi…
KLIK.
Berhenti di: Vicky.
"Dare," ucap Vicky dan pasangannya sebelum ditanya.
Vera membaca kertas berikutnya:
“Dare! Gombal terburuk yang pernah ada dalam sejarah umat manusia!”
KERUMUNAN AUTO:
“WOOOOOOO!!”
Vicky berdiri. Merapikan rambut. Tatap pasangannya. Ambil napas sok ganteng. Lalu berkata dengan nada penuh dosa:
“Kamu tuh kayak WiFi…
sinyal kamu selalu aku cari…
tapi password-nya gak pernah gue tahu…”
Ceweknya langsung: “GUE PUTUSIN LO SEBELUM JADIAN!”
SEKETIKA:
LANTAI HAMPIR RETAK KARENA TAWA.
Ada yang teriak:
“ITU FLOP! FLOP TERBURUK SEPANJANG ZAMAN!”
Vera tepok tangan:
“LANJUUUT!”
Botol kembali diputar.
Berhenti di: Gayus.
TRUTH.
Vera mengambil kertas dari toples dan membacanya keras-keras.
“Sebutin guru yang paling kamu benci, tirukan gayanya… lalu bikin gombalan sesuai mapelnya!”
Sorak langsung pecah.
Gayus menarik napas dalam.
“Guru kimia.”
Ia meminjam kacamata dari teman di sebelah, memakainya, lalu berdiri tegak. Gayanya berubah seperti guru kimia yang terkenal galak dan suka menunjuk murid.
Ia menunjuk pasangan mainnya. Tatapan menyempit. Suara mendadak berat.
“Apa kau tahu…” Jeda dramatis. “Perbedaan kamu dengan Alkana?”
Semua sudah mulai nahan tawa.
Gayus lanjut dengan muka super serius: “Kalau Alkana rumusnya CnH2n+2…” lalu dia mendekat sedikit dan berkata perlahan: “Kalau kamu… rumusnya C1n+4… Cinta.”
Sunyi. 1 detik. Lalu—
RUANGAN MELEDAK.
Asep sampai jatuh dari kursi.
Vicky nepak meja sambil ketawa. “INI ANAK KURANG AJAR!”
Giliran pasangan Gayus. Cewek itu berdiri sambil melipat tangan.
“Gue benci guru sejarah.”
Ia langsung menirukan gaya guru sejarah mereka yang selalu semangat level kemerdekaan. Gerak tangannya tegas. Nada suaranya berapi-api.
“Persamaan kamu sama kemerdekaan tahu nggak?!” Ia menunjuk Gayus. “Sama-sama… harus diperjuangkan!!”
Semua kembali tertawa pecah.
Botol terus berputar. Tantangan demi tantangan bermunculan. Beberapa peserta maju ke “catwalk dadakan”.
Satu cowok berjalan seperti model Milan Fashion Week, lalu pura-pura terpeleset, jatuh dengan gaya slow motion, lalu tetap pose di lantai.
Satunya melempar jaket ke udara, nangkep lagi, lalu berpose seperti cover majalah murahan.
Ada yang jalan sambil gaya selfie, lalu sadar kameranya mati.
Semua tertawa.
Dan…
Bella maju. Dengan rambut tergerai sempurna. Langkah perlahan. Kepalanya sedikit miring. Tatapan dingin tapi penuh gengsi.
Ia berjalan seolah: "Aku di sini bukan buat permainan. Aku masyarakat strata tinggi."
Ia berhenti di ujung “catwalk”. Mengibaskan rambutnya. Berpose. Setengah detik… hening…
Lalu seseorang dari belakang nyeletuk: “Kayak iklan shampo diskon 50%.”
BOOM.
Suasana sekali lagi meledak oleh tawa.
Bella berbalik dengan wajah tegang. Senyum dipaksakan.
Apa yang semua orang lihat? Elegan.
Apa yang ia rasakan? Malu.
Pesta makin pecah. Makin liar. Makin tak terkendali.
Elvara?
Masih duduk. Makan snack. Tatapan: datar.
Gayus bisik ke Raska. “Dia tenang banget walau dunia rame.”
Hampir semua peserta sudah dapat tantangan hingga tersisa beberapa orang termasuk Raska dan Elvara.
Botol muter.
Bunyi botol beradu dengan meja terdengar nyaring. Semua menahan napas. Putaran melambat.
Klik.
Berhenti.
Tepat di depan Raska.
Tidak ada yang tertawa. Tidak ada yang bersuara. Bahkan musik latar terasa seperti ikut mati.
Vera memecah keheningan. “Oke… pasangan spesial.”
Elvara berkedip.
Raska terdiam.
Vera tersenyum lebar:
“Truth or Dare?”
Hening.
Semua menunggu.
Asep bisik ke Vicky: “Kalau dia pilih truth, gue bisa pingsan.”
Vicky menyahut: “Kalau dare, jantung gue bisa copot.”
Gayus menimpali: “Kalau Elvara jawab jujur, dunia sosial bisa runtuh.”
Raska dan Elvara saling melirik.
"DARE," jawab mereka kompak.
Dan permainan… resmi dimulai.
Vera tersenyum kecil, lalu meraih gulungan kertas dari toples. Membukanya pelan-pelan.
Seperti sengaja membuat semua orang tersiksa oleh jeda.
Lalu membacanya keras-keras:
“DARE: Telepon pasangan… dan bilang ‘Aku kangen’ dalam enam kata.”
Ruangan tidak pecah oleh suara, tapi oleh reaksi. Tarikan napas. Mata yang melebar. Kursi yang bergeser.
Dan saat semua pandangan beralih pada Raska—
DEG.
DEG.
DEG.
Bella menggenggam jemarinya.
Asep hampir tersedak.
Vicky refleks menutup mulut.
Gayus duduk lebih tegak.
Elvara… tetap tenang.
Dan di tangan Raska… ponsel itu terasa jauh lebih berat dari biasanya. Ia bungkam. Tangannya sedikit… gemetar. Ia angkat HP. Jarinya menekan layar.
NAMA: Elvara.
SUNYI.
Orang-orang langsung:
😱😱😱😱
Raska menatap Elvara.
Elvara ngelirik HP-nya yang bergetar. Mengangkat… tanpa ekspresi.
“Hallo?”
Raska menelan ludah. Dengan suara jauh lebih pelan dan jujur dari yang seharusnya:
“Aku cuma mau bilang…
aku kangen.”
Klik.
MATI. SUNYI. TOTAL.
Elvara melirik layar HP. Lalu… hanya berkata:
“…oh.”
Lanjut makan.
Raska, jantung restart.
Bella di pojokan: jiwanya kebakar minyak panas.
Bisik-bisik mulai menyebar pelan di antara siswa…
“Eh… suaranya beda gak sih waktu dia ngomong barusan?”
“Iya… biasanya datar. Ini kok kayak… nyelip rasa?”
“Kayak bukan dare… tapi confession gagal tayang.”
“Lo dengar ngga? Dia bilangnya gak kayak bercanda… kayak serius.”
“Pantes muka Bella berubah kayak wifi putus.”
“Gila… jangan bilang itu buat Elvara?”
“Fix itu bukan buat sembarang orang.”
Yang lain ikut menyahut, setengah bisik, setengah panik:
“Kalau ini cuma game, kenapa auranya beda?”
“Biasanya Raska dingin kayak kulkas kosong. Barusan hangat banget.”
“Kayak… dia gak main.”
“Nah itu… lo lihat mata dia gak? Kok beda banget dari biasanya?”
Sementara trio komentator juga bereaksi setara:
Asep bisik ke Vicky: “Bro… ini bukan dare. Ini kayak trailer perasaan.”
Vicky ngangguk cepat: “Dia kayaknya deg-degan beneran, itu bukan akting.”
Gayus menyimpulkan pelan: “Secara psikologis, ini tanda awal: denial yang gagal. Bukan acting.”
Acara terus berlanjut.
Elvara beranjak dari tempatnya saat ponselnya bergetar. Panggilan masuk dari ibunya. Ia melangkah mundur dari keramaian, memilih jalur sunyi di sisi kolam.
“Iya, Bu… sebentar lagi pulang.”
Suara musik dari pesta terdengar jauh. Tawa-tawa mengambang seperti gema. Ia menurunkan ponsel. Berbalik. Dan—
BRAKK!
"AKH!"
Benturan keras menghantam bahunya. Semua terjadi dalam gerakan lambat. Tubuhnya kehilangan keseimbangan. Langkah mundur ke udara kosong. Matanya membelalak.
" Tidak… Aku… gak bisa… renang…"
Suara pesta seperti ditarik ke dalam vakum. Jantung berdetak terlalu keras. Tangannya menggapai udara.
Dan—
BYURRRR!!
Tubuhnya jatuh ke kolam. Dingin. Pekat. Berat. Dadanya menegang. Matanya terbuka… kosong.
Ia mencoba bergerak. Terlambat. Tubuhnya mulai berat. Terlalu berat. Dan dunia terasa menjauh.
Tubuhnya tenggelam cepat. Napasnya terjepit panik. Seratus kilo bukan sekadar angka. Air kolam menariknya ke bawah.
Elvara menggeliat, tapi tubuhnya makin berat. Kaku. Panik tapi tak bisa teriak.
Di atas air…
Bella ikut terjatuh. Bukan rencana. Bukan dramatisasi. Tapi karena terlalu keras menabrak.
Ia mengumpat dalam hati. "Sial! Kenapa gue ikut jatuh?!"
Ia bisa berenang. Tapi melihat Elvara benar-benar tenggelam… Ada sedikit getaran panik yang real.
Asep yang tak sengaja menoleh ke belakang seketika membelalak.
“ADA YANG JATUH DALEM KOLAM!!”
Teriakan Asep meledak. Seketika tawa berhenti. Suara musik berhenti. Tawa lenyap. Semua mata beralih bersamaan.
Dan Raska… melihatnya.
Elvara tenggelam.
“VARA!!”
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Ayo Raska kamu semangat untuk sembuh,,dan Elvara tempat ternyamanmu🤣
Raska selama ini berarti berusaha sendiri mengatasi masalah traumanya dengan konsultasi ke dokter Wira.
Tanya jawab antara dokter Wira dengan Raska - kesimpulannya - trauma Raska belum pulih.
Ya betul itu pak Nata, Roy iri terhadap Raska. Kalah segala-galanya maka mau mencurangi kakak tirinya.
Raska...yang tahu sengaja atau tidak sengaja nabrak - ya Bella.
Elvara pribadi yang baik, tidak mau menuduh. Tapi yang pasti kamu sengaja di tabrak Bella - biar kamu jatuh ke dalam kolam. Bella mungkin tidak menyangka ketika nabrak kamu - dirinya mental - kecebur juga 😄.
Elvaraaaaaa...jujur amat 😂.
Tuh lihat reaksinya trio komentator 😂.
Raskaaaaa....jujur juga 😂👍🏻👍🏻.
Trio komentator langsung meledak ibaratnya sedang menyaksikan tanding sepak bola jagoannya tembus gawang 😄.
Raska kupingnya memanas - Elvara biasa...tanpa ekspresi bergumam - "Drama banget kalian." 😄.
Weeeeh Bella nguping.
Waduh masih ada lain kali - rencana jahat apa lagi Bella ??
Bella mimpimu cuma mimpi - mana ada jadi kenyataan - Raska tidak mungkin pilih kau.
Tiga temannya mengkhawatirkan kondisi Raska. Mereka bertiga peduli - kalimat yang keluar dari masing-masing cukup menghibur. Yang di rasa Raska ketegangan sedikit melonggar - menggeleng halus, bergumam lirih - "...kalian emang nyebelin." Ini bentuk ungkapan Raska yang "POSITIF," terhadap ke tiga temannya yang selalu ada untuknya.
( ***Ini Author mesti bikin cerita kelanjutan mereka berempat sampai masing-masing punya keluarga, pertemanan berlanjut 😄. )
Roy mimpinya ketinggian.
Elvara masih seperti biasa yang dilakukan ketika jam istirahat. Duduk di bawah pohon, membaca buku, sambil ngemil - kripik.
dan semoga si Roy selalu gagal dalam semua hal😄
Aku Sudah menduga, novel ini beda dari yang sebelumnya. Novel kali ini, selain memberikan pelajaram tentang ketulusan cinta, juga ada melibafkan Para medis juga.
Seperti Dokter Wira, Dokter Pesikiater Raska, Karen itu sangat mengguncang kejiwaan Raska, yang telah dia tanggung sejak usia 10 tahun. Untung saja Raska berusaha berobat, jika tidak, penyakitnya makin parah dan membuat tempramen Raska meningkat, yang bisa-bisa membuat dia tidak bisa tidur nyenyak, dan itu bisa mebuat dia menjadi emosional, bahkan mungkin bisa melempar barang-barang di Apartemen nya, jika sudah parah.
Mantap kak Nana... 🙏🙏🙏😁