NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:913
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tugas Pertama

Pagi itu, alarm di ponsel Luna berbunyi nyaring. Jarum jam menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh.

Luna terbangun, menarik napas dalam, lalu duduk termenung beberapa detik di tepi ranjang.

Hari ini ia harus mendampingi Elio di acara Musik Show, bersama Marcel. Tanpa ingin menunda, ia segera bersiap.

Setelah berdandan rapi, ia menatap cermin dan tersenyum kecil pada bayangannya.

“Semangat,” bisiknya pelan, seolah memberi suntikan tenaga pada diri sendiri.

Begitu keluar ke dapur, niatnya hanya ingin minum segelas susu sebagai sarapan ringan.

Namun, ketika membuka kulkas, ia menyadari makanan yang semalam dimasak sudah tidak ada.

Meja makan tampak rapi. Ada beberapa deretan mangkuk sudah tertata di rak atas wastafel itu. Luna tersenyum samar.

“Syukurlah mereka menghabiskannya.” gumamnya sambil tersenyum.

Ia duduk dan menuang susu ke gelas. Tepat saat itu, Elio muncul dengan wajah segar.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Luna.

"Sudah jauh lebih baik." jawab Elio sambil menarik kursinya

“Syukurlah. Mau susu?” tawar Luna sambil tersenyum.

Elio mengangguk, menerima gelas yang disodorkan. Ia menahan tawa.

“Kau kelihatan seperti punya kumis putih,” katanya sambil terkekeh.

Elio langsung meraih selembar tissue, gerakannya seperti hendak mengusap bibir Luna. Namun Luna dengn sigap mengelap bibirnya sendiri.

Elio terdiam sekilas. “Maaf, hanya mencoba untuk lebih akrab” ujarnya seperti alasan, lalu ia meneguk susunya.

Luna tertawa kecil melihat caranya minum. Dia membalas, “Sekarang gantian. Kau juga kena, belepotan seperti bocah kecil.”

Elio spontan menyeka bibirnya cepat-cepat. Mereka tertawa kecil untuk menutupi suasana yang sempat canggung.

Tiba-tiba, pintu depan berbunyi 'bip', Pintu terbuka dan Marcel masuk.

“Kalian sudah siap? Ayo berangkat,” katanya tegas.

Sesampainya di studio musik itu, Luna yang masih baru di dunia hiburan tampak sedikit canggung.

Langkahnya ragu, matanya dengan cepat menelusuri peralatan dan orang-orang yang tampak sibuk di setiap sudut ruangan.

Beruntungnya, Marcel memberikan arahannya dengan sabar. Luna tersenyum sopan sambil menunduk sedikit setiap kali bertemu dengan staf lain.

“Halo, saya Luna. Manajer baru Neonix,” ucapnya pelan.

Di sisi lain, Elio dan dua rekannya tengah bersiap untuk acara musik mingguan yang disiarkan langsung.

Salah satunya adalah idol laki-laki dari grup lain, sementara satu lagi adalah perempuan anggota girl grup ternama.

Mereka tampak kompak dengan busana senada, wajah dirias ringan agar tetap segar di depan kamera.

Luna membantu Elio sebisanya, merapikan mic di kerah, memastikan urutan rundown, lalu berdiri di dekat layar monitor besar yang menampilkan siaran langsung dari panggung kecil di depan.

Sorot matanya terhenti pada Elio yang kini tengah berbicara dengan tenang ke arah kamera.

“Ya ampun, sedang apa pun dia, pangeranku selalu terlihat tampan,” batinnya, sembari menahan senyum yang tiba-tiba mengembang di bibir.

“Luna.” Suara Marcel membuatnya tersadar. Ia buru-buru menoleh. “Ya, Kak?” jawabnya cepat.

“Aku harus urus anak-anak lain dulu. Bisa jaga Elio di sini, kan? Tapi mungkin aku agak lama. Kalau acara sudah selesai, kalian langsung kembali ke kantor saja.”

Luna menatapnya sebentar, masih bingung tapi mencoba tampak tenang. “Baiklah,” ucapnya sambil tersenyum.

Satu jam kemudian, acara musik itu pun berakhir. Terdengar suara tepuk tangan terakhir dari penonton, lampu-lampu sorot perlahan diredupkan.

Luna segera bergegas membantu Elio, merapikan peralatan, mengumpulkan ear monitor, lalu mendekat untuk melepaskan mic yang masih terpasang di bajunya.

“Bentar ya, ini agak susah,” gumam Luna pelan sambil berusaha membuka peniti kecil di bagian dalam jas Elio.

Tangannya berhati-hati, jaraknya begitu dekat hingga ia bisa merasakan aroma parfum yang dipakai Elio.

Selama itu, Elio tak banyak bicara. Ia hanya menatap teduh wajah Luna. Bibirnya terangkat pelan membentuk senyum tipis.

Entah kenapa, ada sesuatu yang berbeda di matanya hari itu. Sesuatu yang membuat Elio ingin tahu lebih jauh.

Luna sama sekali tak menyadarinya. Ia fokus menyelesaikan tugasnya. Tapi di balik ketenangannya, ada detak jantung yang berpacu tak beraturan.

Setelah semua selesai, mereka berpamitan dengan kru dan keluar dari studio. Saat Luna menyalakan mesin mobilnya, Elio bertanya,

“Bisa kita mampir sebentar ke toko roti dekat sini?”

Luna menoleh sekilas ke arahnya. “Baiklah. Pasang sabuk pengamannya tuan muda, Kita berangkat.”

Elio terkekeh lalu mengangguk. Beberapa menit kemudian, mereka tiba di sebuah toko roti disudut jalan.

Begitu pintu terbuka, lonceng kecil di atasnya berbunyi. Aroma manis roti mulai tercium merebak.

Rak-rak dipenuhi tampilan roti yang menggoda. Elio berjalan pelan, matanya berbinar. Ia mengambil beberapa roti hingga keranjangnya hampir penuh.

Luna terkekeh pelan. “Hei, Banyak sekali.”

Elio menoleh, “Sekalian untuk yang lain,” katanya santai.

Setelah merasa cukup, Elio membawa keranjang ke kasir dan membayarnya. Saat ia menerima struk belanja, pandangannya sekilas terarah ke pintu kaca toko. Seketika raut wajahnya berubah.

Tatapannya terlihat tegang. Luna yang menyadari ekspresi Elio itu, ia langsung bertanya pelan, “Ada apa?”

Elio menelan ludahnya, “Mereka penguntit.” gumamnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!