NovelToon NovelToon
Darah Di Tanah Hujan

Darah Di Tanah Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Roh Supernatural
Popularitas:420
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

Hujan tak pernah berhenti di Desa Waringin.
Sudah tiga puluh tahun, langit di atas desa itu selalu kelabu — dan setiap kali petir menyambar, satu orang akan lenyap begitu saja.

Penduduk hidup dalam ketakutan, tapi juga dalam penyangkalan. Mereka menanam bunga di kuburan kosong, berpura-pura tak tahu bahwa tanah di bawah mereka haus darah.

Suatu malam, Rendra, seorang fotografer urban legend, datang ke desa itu mencari adiknya yang terakhir kali mengirim pesan dari sana sebelum hilang.

Namun sejak langkah pertamanya, ia disambut aroma besi dari air hujan, wajah-wajah tanpa ekspresi, dan anak kecil yang berkata lirih:

“Kalau hujannya merah, jangan keluar, Kak.”

Semakin Rendra menggali, semakin ia sadar bahwa hujan di desa itu bukan anugerah — tapi kutukan dari darah ratusan korban ritual pengorbanan yang disembunyikan pemerintah desa dulu.

Dan di balik semua itu, “Yang Basah” menunggu…
Menunggu darah baru untuk menggantikan yang lama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 — Ritual Terbalik

Rendra tersentak bangun, terengah-engah. Kali ini, ia benar-benar merasa basah kuyup, air menetes dari setiap helai rambutnya. Udara dingin di sekitarnya menusuk kulit, tetapi dinginnya tidak sebanding dengan dingin mematikan yang ia rasakan di dunia bawah air.

Ia berada di tepi Sumur Tua, di mana ia terjatuh. Ia berbaring di atas lumpur basah, di samping tubuh Dimas yang masih lemas dan tidak sadarkan diri. Hujan di dunia atas telah kembali menjadi rintik-rintik kelabu yang tipis, jauh lebih tenang daripada badai darah sebelumnya, mengkonfirmasi bahwa pengorbanan tubuh Laras telah meredakan amarah Yang Basah.

Rendra mencoba bangkit, kepalanya pusing. Ia melihat Dimas. Anak itu bernapas, tetapi sangat dangkal. Ia masih hidup, tubuhnya dingin, tetapi kuku hitamnya telah memudar sepenuhnya. Jiwa Dimas, yang terbagi dua, kini kembali ke tubuhnya, namun separuh lainnya—kemarahan yang tumbuh menjadi sosok dewasa—masih tertahan di dunia bawah, bersama Rani/Laras.

Rendra meraih tasnya. Roll film basah itu masih ia genggam erat. Ia berhasil membawanya kembali.

Tiba-tiba, ia menyadari sesuatu. Di sekelilingnya, di lumpur di dekat Sumur Tua, ada pola aneh yang digambar dengan bubuk merah marun—pola yang sama yang ia lihat di gubuk Nyai Melati. Dan di tengah pola itu, duduklah Nyai Melati, wajahnya pucat pasi, matanya terpejam.

Di hadapan Nyai Melati, diletakkan mangkuk tembaga besar, penuh dengan air hujan yang kini sudah berwarna bening kelabu.

Nyai Melati sedang melakukan Ritual Terbalik yang ia sebutkan.

Rendra merangkak mendekat. Ia melihat tangan Nyai Melati terentang di atas mangkuk tembaga itu. Di pergelangan tangannya, terdapat luka sayatan yang dalam, dan darah merah segar menetes dari luka itu, jatuh ke dalam mangkuk air hujan.

“Nyai Melati! Hentikan!” seru Rendra, suaranya parau.

Nyai Melati membuka matanya yang putih susu. Ia tersenyum tipis, senyum yang menunjukkan penderitaan yang mendalam.

“Aku tahu kau berhasil, Nak Rendra. Aku menarikmu keluar. Kau harus kembali. Aku tidak akan membiarkanmu menjadi memori di desa ini.”

“Tapi kau akan mati, Nyai!”

“Air hanya bisa diatasi dengan air yang lahir dari cinta, Nak Rendra. Darah yang tulus. Darahku adalah harga untuk menarikmu keluar dari pelukan Laras. Dia terlalu senang dengan kebenaran yang kau bawa.”

Nyai Melati kembali memejamkan mata, fokus pada ritualnya.

Ritual Terbalik.

Setiap tetes darah yang jatuh dari pergelangan tangan Nyai Melati ke dalam air hujan itu, menciptakan gelombang energi yang menarik Rendra kembali ke dunia atas. Tetapi ritual itu memiliki harga.

Rendra melihat mangkuk tembaga itu. Darah Nyai Melati perlahan-lahan memenuhi air hujan.

Dan tiba-tiba, dari dalam mangkuk itu, terdengar suara. Suara yang dalam, dingin, dan penuh amarah yang teredam.

“Kau pikir bisa menghapus air yang lahir dari dosa?”

Itu adalah suara Laras, yang kini semakin kuat di dunia atas, didorong oleh darah yang Nyai Melati korbankan. Darah itu tidak menenangkan Laras. Darah itu justru memperkuatnya di dunia bawah.

Nyai Melati terbatuk, darah menyembur dari mulutnya. “Aku tidak menghapusmu, Laras! Aku hanya membebaskan anak yang tidak bersalah! Aku hanya menukar darah yang tidak bersalah dengan darah yang bersedia!”

Suara Laras menggema di kedua dunia, membuat udara di sekitar Sumur Tua bergetar.

“Darahmu tidak sebanding dengan darahku yang dinodai! Darahmu hanya membuatku semakin kuat! Darah itu adalah harga untuk mengingat kembali semua yang telah kau lupakan!”

Rendra menyadari: Darah yang Laras butuhkan bukanlah darah korban, melainkan darah yang membawa kebenaran. Dan darah Nyai Melati, yang berdarah murni dari Waringin dan tahu tentang kutukan itu, adalah sumber energi yang sempurna untuk Laras.

Rendra harus menghentikannya. Ia meraih tangan Nyai Melati, berusaha menghentikan aliran darah.

“Cukup, Nyai! Aku sudah kembali! Jangan korbankan dirimu!”

Nyai Melati tersenyum tipis, air mata mengalir dari matanya yang putih susu, bercampur dengan darah di pipinya.

“Aku sudah tua, Nak Rendra. Tugasku adalah menjagamu. Sekarang, kau harus menyelesaikan tugasmu. Cetak foto itu! Di airku. Itu akan menjadi bukti yang tidak bisa dibantah oleh air.”

Nyai Melati kemudian meraih roll film basah di tangan Rendra, mencelupkannya sepenuhnya ke dalam mangkuk tembaga yang penuh darahnya dan air hujan.

Tiba-tiba, Nyai Melati menghembuskan napas terakhir. Tubuhnya terkulai lemas, wajahnya damai, tetapi tangannya yang lemah masih memegang roll film itu.

Rendra memegang tubuh Nyai Melati yang dingin. Tubuh yang mati di tepi Sumur Tua, mengorbankan dirinya demi seorang asing.

Ia mengambil roll film itu. Ia kini sendirian, dengan Dimas yang tidak sadarkan diri, dan tubuh Nyai Melati yang telah berkorban. Ia memiliki bukti itu, film yang telah dicuci oleh air Sumur Tua dan dicelupkan ke dalam darah murni Nyai Melati.

Rendra tahu, ia harus mencetak foto-foto itu.

Sekarang. Sebelum massa kembali, dan sebelum Laras kembali menemukan cara untuk keluar dari Sumur Tua.

Ia membawa roll film itu, dan tubuh Dimas yang lemas, ke gubuk Nyai Melati yang kini kosong.

Di dalam gubuk, ia melihat sisa-sisa bubuk merah marun Nyai Melati. Di atas meja, terdapat mangkuk-mangkuk kecil, cairan pengembang foto, dan alat-alat cetak sederhana yang disiapkan Nyai Melati.

Rendra mulai bekerja, gemetar, mencetak foto-foto itu di tengah kegelapan dan keheningan yang mencekam.

Ia memasukkan kertas foto ke dalam cairan pengembang. Perlahan, bayangan muncul.

Foto-foto itu memuat adegan ritual tiga puluh tahun yang lalu: wajah-wajah penduduk desa yang ketakutan, batu penutup Sumur Tua yang terbuka.

Dan kemudian, muncullah foto-foto yang Ayahnya ambil secara sembunyi-sembunyi, yang Nyai Melati ceritakan.

Foto yang membuktikan penodaan Laras.

Rendra melihatnya dengan jelas: Laras, terbaring di lumpur, diselimuti kain kotor. Di belakangnya, berdiri empat pria.

Ayah Rendra, Pak Darmo, tetua desa. Dan pria keempat. Pria kota, dengan kumis tipis, yang wajahnya penuh kesombongan dingin.

Rendra mencetak foto itu berulang kali. Ini adalah Kebenaran yang Tercuci—bukti visual yang telah disucikan oleh air dendam dan darah pengorbanan.

Tiba-tiba, Rendra mendengar suara di luar gubuk. Bukan suara keributan massa. Suara langkah-langkah kaki yang pelan, teratur, dan berat.

Rendra melihat ke pintu. Di ambang pintu, berdiri sesosok pria. Pria yang mengenakan jas hujan, wajahnya dipenuhi lumpur, tetapi tatapannya dingin dan tajam.

Pria itu membawa sebuah tas tua yang besar. Ia menatap Rendra, lalu menatap foto yang basah di tangan Rendra.

Itu adalah wajah yang sama persis dengan pria di foto itu. Pria kota, dengan kumis tipis. Hanya saja, tiga puluh tahun lebih tua.

Pelaku penodaan Laras.

Pria itu tersenyum dingin.

“Kau telah menemukannya, Nak. Aku datang untuk mengambilnya.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!