NovelToon NovelToon
Aku Pergi...

Aku Pergi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Luna Maharani.

Nama yang sudah lama tidak ia dengar. Nama yang dulu sempat jadi alasan pertengkaran pertama mereka sebelum menikah. Mantan kekasih Bayu semasa kuliah — perempuan yang dulu katanya sudah “benar-benar dilupakan”.

Tangan Annisa gemetar. Ia tidak berniat membaca, tapi matanya terlalu cepat menangkap potongan pesan itu sebelum layar padam.

“Terima kasih udah sempat mampir kemarin. Rasanya seperti dulu lagi.”



Waktu berhenti. Suara jam dinding terasa begitu keras di telinganya.
“Mampir…?” gumamnya. Ia menatap pintu yang baru saja ditutup Bayu beberapa menit lalu. Napasnya menjadi pendek.

Ia ingin marah. Tapi lebih dari itu, ia merasa hampa. Seolah seluruh tenaganya tersedot habis hanya karena satu nama.

Luna.

Ia tahu nama itu tidak akan pernah benar-benar hilang dari hidup Bayu, tapi ia tidak menyangka akan kembali secepat ini.
Dan yang paling menyakitkan—Bayu tidak pernah bercerita.

Akankah Anisa sanggup bertahan dengan suami yang belum usai dengan masa lalu nya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10

Luna tertawa sinis.

“Masa depan kita? Kamu bercanda, ya? Kamu akan menikah dengan perempuan lain, tidur di rumah yang sama, dan kamu bilang itu demi masa depan kita?, ngaco!”

Bima mengusap wajahnya lelah, bingung bagaimana cara untuk menjelaskannya agar Luna paham akan tujuannya menikahi Anisa.

“Dengarkan dulu. Aku nggak akan mencintai dia, Luna. Aku cuma akan menikah kontrak selama enam bulan saja. Setelah itu, aku akan minta cerai. Semua aset akan balik ke tanganku, dan setelah itu… aku bisa menikah sama kamu. Dengan cara yang benar. Dengan atau tanpa restu dari orang tua aku. Karena wanita yang aku cintai dan aku inginkan untuk menjadi istri aku hanyalah kamu, Sayang.”

Luna masih diam, tapi matanya penuh curiga. “Dan selama enam bulan itu… kamu tidur di rumah yang sama kan? Berdua aja?”

“Ya, tapi aku janji, aku nggak akan menyentuh dia sedikit pun, seujung rambut pun.”

Nada Bima berubah keras. “Kamu tahu aku cuma cinta sama kamu, Luna. Aku nggak pernah lihat perempuan lain. Bahkan waktu mama ku minta aku nikah sama dia pun, yang aku pikirin cuma kamu.”

Hening sesaat.

Luna menatap wajah Bima yang serius, lalu melipat tangan di dada.

“Janji itu gampang diucapkan, Bim. Tapi aku tahu, laki-laki kayak kamu gampang goyah, pasti setelah sering interaksi kamu akan jatuh cinta sama dia.”

Bima mendekat, tangannya menyentuh pipi Luna mengusapnya dengan perlahan.

“Aku nggak akan goyah. Aku cuma cinta kamu. Nggak ada perempuan lain yang bisa gantiin kamu. Aku akan buktikan setiap ucapan aku. Jadi please... trust me.”

Luna menatap mata Bima, mencari kebohongan dalam tatapan itu, tapi ia tak menemukan nya. Ia tahu Bima memang pintar bicara. Tapi sesuatu dalam nada suaranya membuat hatinya mulai luluh.

“Lalu apa untungnya buat aku?” tanyanya dingin.

Bima tersenyum kecil, tahu bahwa Luna mulai melunak.

“Aku akan kasih kamu apapun yang kamu mau. Apartemen, mobil, kartu tanpa limit, semua yang kamu minta, Luna. Aku cuma butuh kamu sabar enam bulan saja.”

Luna berpaling ke arah jendela, menatap cahaya kota yang berpendar di bawah sana, tanpa di ketahui Bima gadis itu tersenyum tipis.

Suara mobil, lampu, dan hiruk pikuk Jakarta seolah menjauh. Yang tersisa hanya bayangan dirinya sendiri di kaca, perempuan cantik yang tahu betul harga dari setiap keputusannya.

“Dan kalau aku bilang tidak?” tanya Luna lirih tanpa menoleh menguji Bima.

“Kalau kamu bilang tidak,” jawab Bima pelan, “kita kehilangan semuanya. Aku kehilangan fasilitas kemewahan aku, bahkan aku hanya di kasih uang saku lima puluh ribu tanpa mobil, dan kamu kehilangan semua kenyamanan yang sekarang kamu nikmati. Aku gak bisa lagi memenuhi semua keinginan kamu.”

Luna menutup matanya, menelan kenyataan pahit itu. Ia tahu Bima tidak berbohong.

Ia tahu betul, selama ini kehidupannya, apartemen mewah, tas bermerek, liburan mahal tiap bulan, semua berasal dari laki-laki di depannya ini.

Dan kalau semuanya hilang? Ia tidak yakin sanggup kembali hidup seperti dulu, berdesakan di kos kecil dan bekerja di butik murahan.

Beberapa menit hanya diisi dengan suara jam dinding.

Bima duduk di sofa, menunduk. Luna masih berdiri di depan jendela, memandangi sisa hujan yang menetes pelan.

"Cuma enam bulan kan?” ucap Luna akhirnya, suaranya datar.

Bima mengangkat wajah, ada secercah harapan. “Iya. Cuma enam bulan. Setelah itu, semuanya selesai. Aku janji.”

Luna membalikkan badan, menatapnya dalam. “Dan kamu janji nggak akan menyentuh dia?”

“Demi Tuhan, Luna. Aku janji.”

"Janji gak akan jatuh cinta sama dia?."

"Janji sayang "

Luna berjalan perlahan mendekat. Ia berhenti tepat di depan Bima, lalu menatap wajah laki-laki itu lama, seolah ingin membaca kebenaran di dalam matanya.

Kemudian, dengan senyum tipis di bibirnya, ia berbisik pelan,

“Baiklah, Beb. Aku terima rencanamu. Tapi ingat satu hal....”

“Apa?”

“Kalau suatu hari aku tahu kamu melanggar janji itu, kamu akan kehilangan aku untuk selama nya."

Nada suaranya tenang, tapi dingin seperti pisau.

Bima menatapnya dengan sedikit canggung, tapi ia tahu, Luna bukan tipe perempuan yang bisa dia bohongi dua kali.

Ia menggenggam tangan Luna dan mengecupnya pelan. “Aku nggak akan buat kamu kecewa, Hon.”

......................

Setelah malam itu, Bima berubah. Ia tampil lebih tenang di depan keluarganya, bahkan pura-pura antusias ketika ibunya, Ratna, menanyakan kapan pertemuan Bima dengan Annisa.

"Kapan kamu akan bertemu Nisa?, membicarakan pernikahan kalian, fitting baju dan lain-lain.

“Anaknya baik kan Ma,” katanya di meja makan.

“Dia Sopan dan… pintar. Mama rasa, tidak masalah kalau pernikahan dipercepat.”

"Baiklah kalau itu mau mama, aku nurut aja."

Ratna menatap putranya dengan mata berkaca-kaca. “Bima, kamu serius? Kamu sudah siap menikah?”

Bima tersenyum tipis. “Kalau itu membuat mama bahagia, tentu saja.”

Ia menunduk hormat, tapi di balik senyum itu ada rencana besar yang tak seorang pun tahu, bahwa pernikahan ini hanyalah sandiwara yang disusun rapi.

Sementara di Apartemen nya, Luna duduk di depan cermin besar apartemennya. Ia mengenakan gaun satin tipis, rambutnya terurai. Tapi wajahnya tampak kosong.

Di meja rias, ada beberapa tas baru dan perhiasan yang dikirim oleh Bima sebagai hadiah.

Namun, entah kenapa, Luna tidak merasa bahagia seperti biasa nya.

Ia menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin, lalu bergumam lirih,

“Aku mencintai kamu, Bim. Tapi kenapa cinta ini harus punya harga?, kenapa orang tua kamu nggak bisa suka sama aku. apakah karena aku berasal dari keluarga miskin?, tapi gadis di cafe itu juga miskin, bahkan ia berasal dari panti asuhan, tapi kenapa orang tua kamu setuju. Apa sebenarnya yang dilihat oleh orang tua kamu dari gadis itu yang aku tidak miliki.”

Air mata menetes di pipinya tanpa ia sadari.

Ia tahu, setelah Bima menikah, semuanya akan berubah, tak peduli seberapa besar janji yang Bima ucapkan.

Namun seperti biasa, logika dan rasa cinta sering kali tidak berjalan searah.

Dan Luna, sekali lagi, memilih untuk tetap berada di sisi laki-laki yang bisa memberinya segalanya…

dan tak akan membiarkan pernikahan mereka harmonis.

Sementara Itu...

Di tempat lain, di sebuah panti sederhana yang penuh dengan tawa anak-anak, Annisa sedang melipat pakaian sambil tersenyum kecil.

Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi di balik keputusan pernikahan yang ia terima. tadi sore ia sudah menghubungi Ratna dan mengatakan bahwa ia setuju untuk menikah dengan Bima.

Ia tidak tahu bahwa laki-laki yang akan menjadi suaminya telah membuat kesepakatan busuk dengan kekasihnya sendiri.

Ia hanya tahu satu hal,

Ia ingin percaya bahwa semua ini adalah jalan yang diberikan Tuhan, bukan jebakan takdir yang lain.

1
Ma Em
Anisa kalau Luna berbuat macam macam pada Anisa lawan saja jgn mau dihina atau diinjak injak harga diri Anisa , Anisa bkn babu tapi istri sah daripada Luna cuma selingkuhan , Anisa berhak usir Luna dari apartemen yg Anisa tinggali dan kalau Bima marah lawan jgn diam saja .
Ma Em
Cepatlah enam bulan berlalu agar Anisa bisa secepatnya meninggalkan Bima , semoga Anisa berjodoh dgn Jovan .
Ma Em
Anisa semangat dan sabar semoga enam bulan cepat berlalu lalu tinggalkan Bima seumpama Bima berubah jadi jatuh cinta sama Anisa jgn mau terima biarkan Bima dgn Luna , semoga Anisa bisa berjodoh dgn Jovan dan berbahagia .
Ma Em
Thor banyak typo harusnya disita negara bkn disiksa negara 🙏🙏
Call Me Nunna_Re: nanti di revisi ya kak🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!