NovelToon NovelToon
JODOH WASIAT DEMANG

JODOH WASIAT DEMANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:708
Nilai: 5
Nama Author: DUOELFA

"Genduk Mara, putu nayune Simbah Demang. Tak perlulah engkau mengetahui jati diriku yang sebenarnya. Aku ingin anak turunku kelak tidak terlalu membanggakan para leluhurnya hingga ia lupa untuk selalu berusaha membangun kehidupannya sendiri. Tak ada yang perlu dibanggakan dari simbah Demangmu yang hanya seorang putra dari perempuan biasa yang secara kebetulan menjadi selir di kerajaan Majapahit. Kuharapkan di masa sekarang ini, engkau menjadi pribadi yang kuat karena engkau mengemban amanah dariku yaitu menerima perjodohan dari trah selir kerajaan Ngayogyakarta. Inilah mimpi untukmu, agar engkau mengetahui semua seluk beluk perjodohan ini dengan terperinci agar tidak terjadi kesalahpahaman. Satu hal yang harus kamu tahu Genduk Mara, putuku. Simbah Demang sudah berusaha menolak perjodohan karena trah mereka lebih unggul. Tapi ternyata ini berakibat fatal bagi seluruh keturunanku kelak. Maafkanlah mbah Demang ya Nduk," ucap Mbah Demang padaku seraya mengatupkan kedua tangannya padaku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUOELFA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10

"Apa Raden Mas Soemitro terluka?" tanya Paijo.

"Tidak Paijo.Tenanglah," jawab raden Soemitro pada jongosnya tersebut.

Seseorang mendengar Paijo menyebut pemuda itu dengan sebutan Raden Mas Soemitro.

"Ternyata pemuda itu seorang raden," ucap salah seorang yang hadir.

Raden adalah gelar kebangsawanan dalam budaya Jawa gelar itu menunjukkan status keturunan bangsawan, khususnya bagi seorang laki-laki yang biasa diwariskan dari ayah yang juga bergelar Raden. Gelar ini diberikan pada keturunan ningrat laki-laki biasanya dari generasi kedua hingga ketujuh dari seorang raja. Dalam konteks sejarah, Raden juga bisa merujuk pada pemangku negeri atau bangsawan yang memiliki keluhuran secara rohani kemuliaan akhlak atau kepekaan hati nurani. 

"Aku baru ingat, sore kemarin pemuda itu diantar oleh pasukan VOC dan utusan kerajaan Majapahit untuk menempati rumah kediaman demang yang sudah lama kosong. Bila pemuda itu tinggal di sana, berarti ia seorang demang yang baru di wilayah kita," celetuk yang lain.

"Pemuda itu seorang demang. Pantas saja ia begitu berani dan memiliki nyali yang cukup besar untuk melawan semua orang di sini meski hanya sendirian saja," tambah yang lain. 

Pak dhe Soelastri mendengar percakapan orang itu.

"Putra seorang raja, tapi mau jadi antek Belanda. Bukannya membela para pribumi, tapi malah menjadi centengnya VOC," sarkas pak dhe Soelastri dengan lantang. 

Raden mas Soemitro tersenyum menanggapi perkataan pak dhe Soelastri. 

"Bila panjenengan tahu, menjadi seorang demang juga tidak asal. Mereka juga memiliki surat mandat atas jabatan mereka. Bila mereka tidak memiliki mandat, juga tidak akan bisa menjadi seorang demang. Dengan menjadi demang, setidaknya saya bisa melindungi pribumi dari seseorang yang begitu sok berkuasa seperti anda," balas Raden Soemitro dengan nada lembut tapi disertai kata yang begitu tajam. 

"Menurut saya pribadi, acara buka selambu ini lebih banyak menyengsarakan perempuan. Setelah acara buka selambu, bila terdapat proses kehamilan, yang akan menanggung juga perempuan. Para pelaku buka selambu juga seakan cuci tangan karena telah memberikan uang lelang yang bernilai tinggi. Terus bila terdapat seorang bayi, bagaimana status bayi ini ke depannya? Ia akan bernasab pada siapa? Bukankah itu juga merugikan masa depan perempuan dan bayi sekaligus. Acara buka selambu boleh dilakukan selama tidak ada unsur pemaksaan dari si perempuan. Tapi apakah perempuan rela dan ikhlas kehormatannya dijadikan sebagai ajang pelelangan seperti ini? Saya rasa, tidak ada satu perempuan pun yang mau diperlakukan seperti ini," jelas Raden mas Soemitro pada seluruh masyarakat yang hadir di pasar itu. 

Wajah pak dhe Soelastri begitu pucat pasi karena merasa kalah hanya dengan seorang pemuda yang masih bau kencur di hadapannya. 

"Lastri, sekarang kamu harus memilih. Kamu tetap kami anggap sebagai keluarga bila kamu meneruskan acara buka selambu. Rumah itu juga akan tetap menjadi milikmu. Atau kamu bebas tanpa acara buka selambu, tapi kamu sudah tidak kami anggap sebagai keluarga. Kamu juga kehilangan rumah peninggalan bapak biyungmu itu," ancam pak dhe pada Lastri. 

"Kalau kamu, memilih bebas, silakan menjadi gelandangan di jalanan. Bila kamu kembali ke rumah, kamu akan kubunxh karena sudah mempermalukan keluarga karena menolak acara buka selambu. Bila kamu kelak menikah, aku juga tak sudi menjadi wali nikahmu," imbuh sarkas pak dhe nya.

Paijo terhenyak kaget dengan penuturan pak dhe Soelastri.

"Kok ada pak dhe seperti itu ya, Raden Mas?" seloroh Paijo pada tuannya. 

"Sttttt. Diamlah. Saya ingin melihat reaksi perempuan itu," pinta raden.

Wajah Lastri memerah menahan amarah yang bergejolak dalam hati dan pikirannya. Tanpa terasa air mata yang terasa hangat mulai menetes di kedua pipi. 

"Dengan penuh kesadaran, saya memilih bebas dari acara buka selambu ini."

Pak dhe Lastri begitu marah mendengar jawaban dari ponakannya tersebut. 

"Sekarang mulailah hidupmu dijalanan. Disaksikan oleh semua orang di pasar ini, mulai detik ini, aku sudah tidak bertanggungjawab lagi pada hidupmu. Kamu hidup atau mati juga bukan urusanku. Bila berminat, demang yang membelamu itu bisa menanggung hidupmu,"

Lastri menatap nanar pada pak Dhe nya tersebut. 

"Hidupku bukan tanggungan siapapun. Bukan tanggunganmu atau bukan tanggungan raden mas demang. Selama aku masih bisa bekerja dan menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhanku sendiri, saya tidak akan merendahkan diri untuk mengemis tanggungjawab pada orang lain," ucap Lastri penuh dengan percaya diri. 

"Aku sudah tak peduli dengan yang namanya keluarga. Mana ada seorang keluarga menyuruh seseorang lelaki datang malam hari ke rumah hanya untuk menodai perempuan yang berstatus keponakannya sendiri? Apa itu yang dianggap keluarga? Lebih baik aku tak memiliki keluarga sama sekali daripada harus memiliki perasaan ketakutan setiap hari. Kalian ingin semua harta peninggalan dari orang tuaku bukan? Ambillah semuanya. Aku sudah tak peduli dengan harta itu lagi. Karena harta itu juga kalian memperlakukan dengan tidak baik selama lima tahun ini. Kalian juga merasa belum cukup dengan semua harta orang tuaku hingga menjual tubuhku di acara pelelangan keperawanan buka selambu. Kalian masih ingin harta dari tubuhku ini. Dasar bedebah kalian semua! Kalian ingin membuatku sengsara dengan menjadi pekerja seks di lokalisasi ini bukan? Kalian ingin aku menjadi pelacur bukan? Belum cukup kalian membuatku sengsara selama ini. Lebih baik aku tak mengenal kalian mulai detik ini juga," ucap Lastri dengan lantang penuh amarah. 

Pak dhe Soelastri dan komplotannya segera berlalu dari pasar karena malu setelah mengetahui siapa pemuda itu yang sebenarnya. Ia ternyata seorang demang yang baru menjabat di wilayah itu. Praktis saja pak dhe Soelastri dan komplotannya tidak bisa mengganggu pemuda itu lagi. Bila mengganggu pemuda itu, urusannya bisa berujung panjang. Pak dhe Soelastri bisa dipastikan bisa berurusan dengan pasukan bekas kerajaan Majapahit atau berhadapan dengan pasukan VOC. 

Raden mas Soemitro terlihat menghampiri Lastri yang terduduk lemas setelah bersitegang dengan pak dhe nya. Ia membawa teh hangat yang telah di pesannya di warung tak jauh dari tempat parkir pedatinya.

"Minumlah teh hangat ini agar dirimu merasa tenang. Maafkanlah saya karena rencana saya ternyata tak berjalan mulus. Saya telah memisahkan kekerabatan antara seorang pak dhe dengann keponakannya. Andai saja saya saya tidak datang pada acara buka selambu ini, pasti kamu masih bersama pak dhe dan para saudaramu. Maaf karena saya telah merusak acara buka selambu milikmu," kata Raden Mas Soemitro dengan penuh penyesalan.

Lastri menerima teh hangat tersebut dan menyesapnya dengan perlahan.

"Tidak Raden. Saya berterimakasih karena telah terbebas dari acara buka selambu ini. Karena Raden juga, akhirnya saya memiliki keberanian untuk melawan pak dhe saya yang hanya memikirkan harta peninggalan orang tua saya saja. Saya juga berani untuk menentukan arah hidup yang akan saya jalani tanpa takut ancaman dari pihak manapun. Terima kasih atas teh ini dan semuanya Raden Mas Soemitro," ucap Lastri dengan penuh rasa terima kasih pada Mas demang yang telah menyelamatkan dirinya tersebut.

"Lastri, setelah ini, apa rencanamu?" tanya Raden Soemitro dengan lembut. 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!