Seorang anak tiba-tiba ingin membeliku untuk menjadi Ayahnya. Dia bilang, jika aku menjadi ayahnya, maka dia akan memberikan Ibunya padaku. Gratis.
Menarik.
Tapi ternyata, ibunya tidak seperti wanita pada umumnya. Dia ... sedikit gila. Setiap hari yang ada di kepalanya hanya memikirkan bagaimana caranya menanggalkan seluruh pakaianku.
Aku, Sebastian Foster, bersumpah akan menahan dia di sisiku. Selamanya. Karena dia yang sudah mer4ngs4ng g4irahku, jangan berharap aku bisa berhenti!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ferdi Yasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Seleramu Belum Membaik
Mendengar perkataan itu, Samantha yang awalnya bingung, berkata dengan jijik, “Kamu pikir kamu siapa? Mengikutimu? Aku, aku hanya lupa di ruang mana aku makan.”
“Dengan siapa kamu datang ke sini?” Mata Sebastian terlihat dingin dan jengkel.
Samantha menegakkan punggung dan berkata, “Itu tidak ada hubungannya denganmu. Restoran ini bukan milikmu. Kenapa aku tidak bisa datang ke sini?”
“Dengan seorang pria?”
“Ya! Dengan seorang pria! Tidakkah kamu juga datang dengan seorang wanita?”
“Kembalilah!” Sebastian meraih lengan Samantha dan menariknya pergi.”
“Biarkan aku pergi!” Samantha berteriak dengan kesal.
“Biarkan dia pergi!”
Dua suara terdengar pada saat yang bersamaan. Samantha menoleh ke belakang, dan melihat bahwa itu adalah Felix Andreas.
“Apakah dia orang yang makan bersamamu?” Sebastian bertanya dengan sinis, lalu melirik Felix dan menyeringai, “Seleramu belum membaik.”
“Lalu kenapa? Aku suka dia, dan itu cukup.” Samantha mengambil kesempatn untuk melepaskan diri dari Sebastian.
“Apakah kamu baik-baik saja, Sam?”
“Aku baik. Ayo pergi!” Samantha memberi senyum pada Felix.
Sebastian menghentikan Samantha yang akan pergi, dan berkata dengan dingin, “Samantha Huang, jangan lupa identitasmu bulan ini. Kamu sebaiknya kembali dan merawat anakku sekarang, jika tidak ….”
“Jangan dengarkan dia.” Samantha menarik Felix sambil melewati Sebastian dengan acuh tak acuh, lalu masuk ke pintu lift.
Wajah Sebastian menjadi gelap. Pada saat ini, Karina keluar, dan dia menatapnya ragu. “Bastian, apa yang terjadi? Aku mendengar suara keributan dari sini.”
“Tidak ada.”
Sebastian melihat pintu lift, kemudian masuk ke ruang mereka sendiri. Karina sempat mengikuti pandangan pria itu, tapi dia tidak menemukan apa-apa.
Ketika mereka sudah tidak terlihat oleh Sebastian, Samantha melonggarkan lengan Felix dan berkata, “Aku minta maaf.”
“Tidak masalah. Pria itu ….”
“Sam, dari mana saja kamu? Bagaimana kamu bisa menelepon sejauh ini? Kami tidak dapat menemukanmu di mana pun. Kau bilang kau akan menelepon, tapi saat aku menghubungimu, ponselmu ada di dalam tasmu.” Nomi berlari dan berkata terengah-engah.
Sebagian besar orang yang datang ke restoran ini adalah orang kaya dan berkuasa. Karena Samantha sangat cantik, Nomi takut dia akan mendapatkan masalah. Jadi dia bergegas mencari Samantha dengan Felix.
Samantha baru menyadari bahwa ponsel yang ada di tangannya ini adalah ponsel yang lebih kecil, hanya untuk panggilan dengan Julian saja.
Lalu Felix membantu Samantha menjelaskan, “Dia baru saja pergi ke lantai tiga karena lupa di lantai mana dia makan.”
Saat Samantha melihat pria itu, dia menganggukkan kepala seolah dia setuju untuk menyembunyikan apa yang terjadi di atas tadi.
Samantha jarang bicara saat makan.
Meskipun Nomi dan Felix membujuknya untuk ikut ke tempat karaoke, Samantha bersikeras pulang untuk mengatakan bahwa dia akan merawat anaknya.
Di dalam taksi, Samantha dihantui oleh adegan bahwa Sebastian dan Karina berjalan bergandengan ke dalam restoran, dan itu membuatnya tertekan untuk waktu yang lama.
Apa Sebastian sudah kembali?
Mungkin pria itu tidak akan kembali malam ini. Rumahnya yang lain sudah dibersihkan, kan?
Ayolah, jangan terlalu banyak berpikir!
Tujuannya mendekati Sebastian adalah untuk mengetahui apakah dia menjalankan bisnis ilegal di perusahaan mereka, bukan untuk jatuh cinta pada pria itu!
Saat itu, mobil berhenti dan sopir menatapnya dengan nada menyesal. “Maaf, mobil saya mengalami masalah. Ini tidak bisa bergerak lagi.”
“Ah?”
Samantha terpaksa harus keluar dari taksi. Ketika dia melihat ke sekeliling, dia menemukan bahwa itu adalah tempat yang benar-benar aneh.
Dia ingat pengemudi mengatakan padanya jika jalan utama mereka sedang mengalami perbaikan, jadi mereka mengambil jalan memutar. Tapi siapa yang mengira taksi itu akan mogok?
Sopir menunjuk persimpangan jalan di depan dan berkata, “Jalan ini disebut jalan Lvyin. Jika Anda terus berjalan ke persimpangan itu, Anda akan menemukan banyak taksi di sana.”
“Jalan Lyvin? Sepertinya aku pernah mendengarnya di suatu tempat.” Samantha bergumam sendiri.
“Ya, ada di Sunshine Resort yang terkenal di Lyvin Road. Tidak heran jika Anda mengenalnya.” Pengemudi itu tersenyum sambil mengambil alat untuk memperbaiki taksinya.
Benar saja. Ketika dia mendongak, dia melihat papan reklame yang menyala-nyala.
“Ten-Mile Sunshine Resort.”
Samantha menepuk kepalanya.
Astaga! Aku di sini. Bagaimana aku bila melupakan tempat ini!
Dia ingat bahwa di masa lalu, dia bertemu dengan Aditya di tempat ini. Namun dulu, tempat ini sangat berantakan total. Dia diberitahu bahwa sebidang tanah ini dibeli oleh pengembang untuk membangun resort.
Ini adalah Ten-Mile Sunshine Resort.
Setelahnya, dia tidak pernah mengunjungi tempat ini sampai dia ditugaskan untuk misi ini.
Melihat sekeliling, Samantha tersenyum pahit. Enam tahu yang lalu, tempat ini adalah daerah perumahan.
Adegan sedih, hangat, mendebarkan dan bertahan enam tahun lalu sejelas pemutaran film di kepalanya.
Ketika dia menatap papan reklame yang berkedip-kedip, dia merasa tenggelam.
Samantha berjalan sambil menghela napas.
Tiba-tiba, seorang pria terlihat buru-buru menabrak dirinya. Saat itu Samantha juga tidak hati-hati dan jatuh ke tanah. Saat dia mengangkat dirinya dan ingin mengatakan sesuatu, pria itu melihat ke belakang lalu melarikan diri tanpa memandangnya.
Tunggu. Samantha sedikit akrab dengan sosok dan postur pria itu.
Di mana dia pernah melihatnya?
“Aduh!” Samantha menjerit lagi ketika dia yang baru akan bangkit dirobohkan kembali.
Dia secara alami meraih sesuatu dengan kedua tangan, tapi yang dia raih adalah lengan pria yang juga hilang keseimbangan.
Pria itu menarik dirinya dengan cepat dan siap untuk berlari lagi.
Namun, Samantha yang jengkel, meraih lengan pria itu dan memaki, “Apa tidak ada yang punya mata?”
Saat ditahan oleh Samantha, pria itu melihat pria yang ia kejar tadi sudah naik taksi di persimpangan dan melesat pergi.
Kesal dengan itu, dia berkata keras, “Aku tidak tahu kalau ada manusia yang berjongkok di sini!”
Samantha menjadi marah dan kembali memaki, “Kau menyalahkanku? Kau sendiri yang berlari seperti orang kerasukan!”
Pria itu membersihkan pakaiannya dan berbalik untuk pergi tanpa menjawab Samantha lagi.
Tidak terima, Samantha menariknya lagi. “Kau sudah menabrakku dan menyalahkanku. Bagaimana kalau kau minta maaf padaku?”
Pria itu melepas topinya dan memekik, “Ini kamu lagi?” Lalu dia meraih lengan Samantha dan berkata, “Katakan padaku, apa kamu sengaja keluar untuk membantu Adrian melarikan diri?”
“Lepaskan aku! Kenapa kau mencengkeramku sangat keras?”
Setelah melihat kalau itu Logan Anthony dan pria itu masih belu melonggarkan cengkeramannya, Samantha mencubit dengan keras.
“Ah!” Logan refleks melepas diri dan mengaduh. Dia berkata dengan wajah gelap, “Katakan padaku, apa hubunganmu dengan Adrian Hudson?”
Logan sudah gagal menangkap Adrian dua kali, dan semuanya gara-gara Samantha. Tentu saja dia akan mencurigai Samantha untuk ini.
“Siapa Adrian Hudson? Pria yang baru saja lewat? Kenapa kamu mengejarnya?”
“Kamu tahu jawabannya! Katakan padaku, apa hubunganmu?”
Samantha berdecak, melipat tangannya di dada. “Aku juga merasa arkab dengan pria itu, tapi aku tidak melihatnya dengan jelas. Jadi aku tidak bisa memikrikannya sekarang.”
Logan mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto. “Ini wajahnya. Kau mengenalnya?”
***