NovelToon NovelToon
Pengganti Yang Mengisi Hati

Pengganti Yang Mengisi Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Tukar Pasangan
Popularitas:481
Nilai: 5
Nama Author: Vanesa Fidelika

Seharusnya hari itu jadi momen terindah bagi Tiny—gaun putih sudah terpakai, tamu sudah hadir, dan akad tinggal menunggu hitungan menit.
Tapi calon pengantin pria... justru menghilang tanpa kabar.

Di tengah keheningan yang mencekam, sang ayah mengusulkan sesuatu yang tak masuk akal: Xion—seseorang yang tak pernah Tiny bayangkan—diminta menggantikan posisi di pelaminan.

Akankah pernikahan darurat ini membawa luka yang lebih dalam, atau justru jalan takdir yang diam-diam mengisi hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanesa Fidelika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Pengantin Alternatif

Tak diangkat.

“Diangkat dong, Ndi...” bisik Tiny pelan, lebih ke dirinya sendiri.

Tiny mencoba sekali lagi. Kali ini layar ponsel menunjukkan status calling... lebih lama dari sebelumnya. Tapi tetap nihil.

“Masih nggak bisa?” tanya Mama Ina dengan suara cemas yang sudah tak bisa ditutupi.

Tiny menggeleng. “Enggak... aktif juga engga.”

Diva mencoba tersenyum meski kaku. “Mungkin sinyalnya jelek? Atau lagi siap-siap banget?”

Tiny menghela napas pelan—namun dalam. “Andika nggak pernah kayak gini, Div... Dia tuh orangnya paling takut bikin telat. Apalagi ini hari pernikahan dia sendiri.”

Alicia menatap adiknya tajam. “Kamu jangan stres dulu. Bisa jadi... memang ada kendala teknis. Tapi kita cari info pelan-pelan. Mama, aku ke bawah dulu ya, tanya Bang Rez.”

Mama Ina mengangguk cepat. “Iya, Sya. Tolong ya.”

Sementara Alicia keluar, Tiny menggenggam ponselnya erat-erat.

Matanya masih memandang layar yang gelap, menanti nama “Andika” muncul kembali—entah itu dalam bentuk pesan, atau panggilan masuk.

Tapi sejauh ini... Sunyi.

Kini suasana kamar Tiny tak lagi ceria.

Satu per satu anggota keluarga mulai masuk. Gery, Alicia, Rez, Layla, Rion, dan Diva bahkan Papa Rudy kini telah berkumpul. Semua wajah menyimpan kekhawatiran masing-masing. Tak ada yang berani tertawa. Tak ada yang melempar candaan seperti biasanya.

Papa Rudy melangkah pelan ke arah putrinya, lalu duduk di sisi ranjang.

“Kamu udah nelpon dia, Tiny?” tanyanya, suara Papa Rudy berat tapi tetap lembut.

Tiny mengangguk pelan. “Udah, Pa. Berkali-kali. Tapi nggak diangkat. Bang Rez juga nelpon, tapi... sama aja. Nggak diangkat juga.”

Rez mengangguk membenarkan. “Iya, dari tadi jam tujuh Rez udah coba, Pa. Terakhir Rez hubungin jam 07.18... tetap nggak diangkat.”

Di sudut ruangan, Mama Ina melihat sekeliling. Tiga cucunya—Aneley, Elvan, dan Elvi—tidak terlihat.

“Lay, anak-anak di mana?” tanyanya pada Layla yang berdiri tak jauh dari Alicia.

Layla menjawab cepat, “Sama Bang Xion, Ma. Dia jagain di ruang belakang. Biar nggak ganggu dulu.”

Mama Ina hanya mengangguk, tapi pandangannya kembali pada Tiny—yang kini duduk menunduk di depan meja rias. Gaun putihnya tetap cantik, tapi mata gadis itu mulai meredup.

Tiny menggigit bibir bawahnya, lalu menatap ibunya.

“Gimana ini, Ma?” suaranya lirih, nyaris seperti bisikan yang rapuh. “Akad-nya bentar lagi... tapi Andika nggak datang.”

Tak ada yang menjawab. Diam.

Rion, yang sedari tadi berdiri bersandar di dinding, akhirnya membuka suara. “Coba aku lacak, dia ada di mana sekarang.”

Semua menoleh. Harapan kecil seperti nyala lilin langsung terarah padanya. Rion adalah kakak ketiga Tiny—dan dikenal sebagai orang yang sangat paham teknologi di antara yang ada di ruangan ini. Dalam situasi seperti ini, dialah yang biasanya jadi andalan.

“Ponsel dia masih hidup?” tanya Rion cepat.

“Terakhir sih... nada sambung. Tapi abis itu kayaknya mati,” jawab Tiny pelan.

Rion langsung duduk di pojok kamar, membuka laptop kecil dari tas messenger-nya yang memang sengaja ia bawa ke sini untuk jaga-jaga.

Jari-jarinya lincah. Tak sampai dua menit, ia membuka beberapa tab pelacakan yang memang biasa ia gunakan untuk keperluan keamanan keluarga.

Semua orang hening. Tak ada satu suara pun yang terdengar, kecuali suara klik dari keyboard Rion.

Satu menit.

Dua menit.

Lalu—Rion menghela napas panjang, sebelum akhirnya berkata,

“...Nggak bisa dilacak.”

Tiny langsung menoleh. “Kenapa...?” suaranya bergetar.

“Ponselnya mati,” jawab Rion pelan. “Terakhir sinyalnya hilang sekitar jam tujuh lewat dua puluh. Setelah itu... nggak ada jejak lagi.”

Ucapan itu seperti palu yang menghantam pelipis Tiny.

Tiny perlahan menurunkan wajahnya, air mata jatuh membasahi pipi yang masih terbingkai make-up halus. Tubuhnya tampak gemetar, meski tak bersuara.

Mama Ina yang melihat itu segera menghampiri, lalu memeluk putrinya erat dari samping, dalam posisi duduk. Tangannya mengelus punggung Tiny pelan, seperti saat Tiny masih kecil dan jatuh dari sepeda.

“Maafin Mama, sayang...” bisiknya. “Mama nggak tau harus gimana.”

Belum sempat siapa pun menjawab, suara langkah dari ambang pintu mengejutkan mereka semua. Seorang pria tinggi, berkacamata, masuk pelan sambil menggandeng tiga anak kecil yang tampak enggan melepaskan genggaman tangannya.

Itu Xion.

“Maaf ganggu,” ucap Xion dengan suara berat khasnya. Ia menunduk sedikit sebagai isyarat sopan. “Mereka bertiga dari tadi rewel minta ke sini.” Ia menoleh sejenak ke arah anak-anak.

Aneley, si sulung, langsung melepaskan genggaman tangan Xion dan berlari menuju Rez dan Layla—kedua orangtuanya.

“Elvan, Elvi, jangan lari!” seru Xion, tapi sudah terlambat.

Kedua kembar itu sudah lebih dulu melesat, langsung memeluk Gery dan Alicia. Tak seperti biasanya yang suka tertawa saat berhasil kabur, kali ini wajah mereka juga tampak bingung.

Xion masuk lebih jauh ke kamar, menutup pintu perlahan. Tatapannya menyapu semua wajah yang ada. Lalu, tanpa suara, ia memberi kode halus pada Diva dengan gerakan dagu, seolah bertanya: Ada apa? Kenapa Tiny menangis?

Diva paham isyarat itu. Ia segera meraih lengan kakaknya dan menariknya mendekat.

“Duduk dulu, Bang,” ucap Diva pelan, meski Xion memilih tetap berdiri, lalu mengambil posisi di sisi kanan Rion. Pandangannya kini tertuju penuh pada iparnya yang sedang tertunduk dalam pelukan Mama Ina.

Suasana kamar kembali hening. Bahkan tiga anak kecil yang biasanya tak bisa diam, kini hanya duduk tenang di pangkuan orang tua masing-masing. Seolah mereka tahu—ada sesuatu yang berat terjadi. Sesuatu yang membuat semua orang dewasa di ruangan itu kehilangan suara.

Tiny masih tak berkata apa-apa. Matanya masih menatap lurus ke lantai, dan genggaman tangannya di gaunnya semakin erat.

Papa Rudy akhirnya berdiri. Menatap ke luar jendela, lalu kembali pada jam dinding.

Pukul 08.10.

Lima puluh menit lagi.

Dan pengantin pria... Belum juga muncul.

Akhirnya, Mama Ina yang lebih dulu memecah keheningan. “Jadi... gimana ini, Pa?” tanyanya pelan pada Papa Rudy, meski nada suaranya terdengar jelas—campuran antara panik, bingung, dan takut mengecewakan anaknya.

Papa Rudy tidak langsung menjawab. Ia menghela napas berat, lalu menatap satu per satu orang di ruangan. Tatapannya berhenti cukup lama pada Tiny—yang kini menatap kosong ke arah jendela.

“Tamu udah datang,” gumam Papa Rudy. “Penghulu juga udah nunggu dari tadi.”

Kalimatnya tidak mengandung tekanan. Hanya sebuah kenyataan yang mau tak mau harus dihadapi.

Suasana makin hening. Bahkan napas pun rasanya tak berani terdengar terlalu kencang.

Lalu...

“Kalau gini...” Papa Rudy akhirnya bersuara lagi. Suaranya pelan, tapi tegas. “Mungkin kita harus pertimbangkan alternatif.”

Semua kepala menoleh.

“Gimana kalau... Xion yang gantikan Andika?”

1
Arisu75
Alur yang menarik
Vanesa Fidelika: makasih kak..

btw, ada novel tentang Rez Layla dan Gery Alicia lho..

bisa cek di..
Senyum dibalik masa depan, Fizz*novel
Potret yang mengubah segalanya, wat*pad
total 1 replies
Aiko
Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata betapa keren penulisan cerita ini, continue the good work!
Vanesa Fidelika: aa seneng banget..makasih udah mau mampir kak. hehe

btw ada kisah Rez Layla dan juga Gery Alicia kok. silakan mampir kalau ada waktu..

Senyum Dibalik Masa Depan👉Fi*zonovel
Potret Yang Mengubah Segalanya👉Wat*pad
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!