NovelToon NovelToon
Kumpulan Cerita HOROR

Kumpulan Cerita HOROR

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Dunia Lain / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Tumbal
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ayam Kampoeng

Sebuah novel dengan beragam jenis kisah horor, baik pengalaman pribadi maupun hasil imajinasi. Novel ini terdiri dari beberapa cerita bergenre horor yang akan menemani malam-malam mencekam pembaca

•HOROR MISTIS/GAIB
•HOROR THRILLER
•HOROR ROMANSA
•HOROR KOMEDI

Horor Komedi
Horor Psikopat
Horor Mencekam
Horor Tragis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayam Kampoeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10 TEROR LEAK Part 10

Marni tersentak, dia lantas menoleh ke arah Balian Rawa. Bibirnya terbuka dengan mata membelalak kaget, “Mamak!” pekik Marni, memekakkan telinga Bagus, seperti teriakan penghuni dunia bawah.

Tangan Marni yang semula menggenggam erat tangan Bagus mulai melonggar, jari-jarinya seketika berkeringat dingin. Tatapan matanya terpaku pada sosok cantik yang berdiri di balik kabut kehijauan. Di sanalah bayangan ibunya, Ida Rengganis, muncul. Tapi sosok itu bukan sembarang bayangan. Sosok itu terlalu sempurna, terlalu bersih, seperti patung porselen yang menyembunyikan sesuatu di balik senyumnya.

Semua kenangan masa kecil Marni membanjiri pikirannya sekaligus. Pelukan hangat ibunya di malam hujan, nyanyian lembut sebelum tidur, aroma tubuh ibunya yang bercampur dengan dupa dan tanah basah.

Tapi bersamaan dengan itu, rasa sakit karena ditinggalkan, karena dijadikan wadah kutukan, juga ikut menyusup seperti belatung ke dalam luka lama Marni. Ini bukan godaan biasa. Ini adalah racun yang dibungkus dengan nostalgia. Dan Marni, yang telah lelah melawan pun mulai goyah.

“Jangan dengarkan, Marni!” teriak Bagus, suaranya serak, nyaris tenggelam dalam gemuruh energi gaib yang mengelilingi mereka.

Kabut di sekelilingnya berdenyut seperti daging hidup, dan suara-suara dari masa lalu bergema di sana. Suara tangisan bayi, jeritan wanita, bisikan lelaki yang menyebut nama-nama yang telah lama mati, dan masih banyak lagi.

Ida Rengganis kembali mengulurkan tangannya. Wajahnya penuh kasih sayang yang menyakitkan, seperti pelukan dari mayat yang masih hangat.

“Di sini, tidak ada lagi rasa sakit, Nak. Tidak ada kutukan. Hanya kedamaian. Kita akan bersama lagi, seperti dulu.” Suaranya terdengar lembut, tapi di balik kelembutan itu ada sesuatu yang bersembunyi. Tepat di belakangnya, Balian Rawa mendesis puas, tubuhnya melingkar seperti ular yang baru saja membidik mangsanya. Matanya menatap Marni dengan kelaparan yang tak bisa disembunyikan.

Marni mengambil satu langkah maju, menjauh dari lingkaran perlindungan Bagus. Cahaya di sekelilingnya pun bergetar, seperti menahan nafas. Air mata mengalir di pipinya, bukan karena takut, tapi karena rindu yang terlalu dalam.

“Aku sangat merindukanmu, Mak,” ucap Marni, dan dunia di sekelilingnya pun bergeser. Warnanya menjadi lebih kelam, suara terdengar semakin menjauh.

Bagus merasa dadanya sesak, seperti ditindih batu nisan. Keris kecil di tangannya bergetar, tapi dia tahu benda itu tidak akan berguna untuk melawan ilusi. Mantra Mang Dirga ikut melemah, dan lingkaran kapur pun mulai retak. Hanya ada satu hal yang tersisa. Rasa kasih sayang. Dan rasa itu, di tempat seperti ini, adalah senjata yang bisa menjadi kutukan atau penyelamat.

Dengan segenap keyakinan, Bagus berteriak dari lubuk hatinya, mengabaikan segala bahaya, segala bisikan yang mencoba merobek kewarasannya.

“Marni! Aku mencintaimu! Jangan pergi! Hidupmu ada di sini, bersamaku! Bersama ayahmu yang masih berjuang untuk disembuhkan! Kau bilang cintamu padaku terlalu besar untuk membiarkanku mati, kan? Cintaku padamu juga sama! Aku tidak akan pernah berhenti memperjuangkan hidupmu!” Bagus berteriak kencang.

Teriakan itu menusuk kabut ilusi seperti sinar matahari yang membakar kulit. Sosok Ida Rengganis menoleh, dan untuk sesaat wajahnya berubah. Kulitnya mengelupas, matanya bersinar biru menyala, dan mulutnya terbuka lebar, memperlihatkan barisan gigi yang bukan milik manusia. Wajah leak yang mengerikan pun muncul, penuh penderitaan dan dendam, muncul dan kemudian menjadi cantik kembali. Marni melihatnya!

Marni berhenti. Dia menoleh, memandang Bagus yang berdiri di dalam lingkaran cahaya, wajahnya pucat tetapi matanya membara dengan tekad dan cinta yang tak tergoyahkan. Marni melihat sendiri jiwa Bagus yang berlumuran luka tapi tetap berdiri untuk menyelamatkannya. Dan di dalam luka itu, ada kekuatan yang tidak bisa ditiru oleh roh mana pun!

Marni kembali menatap ibunya. Dan kali ini, Marni melihatnya dengan jelas. Bayangan ibunya tidak memancarkan kehangatan, hanya keputus-asaan yang dingin. Di balik senyum ibunya, ada jeritan yang tertahan. Di balik pelukan ibunya, ada cengkeraman yang ingin menarik Marnj ke dalam kegelapan. Itu bukan kebebasan. Itu adalah penjara yang dibungkus nostalgia.

“Aku memilih hidupku,” ucap Marni, suaranya mantap meski bergetar. “Aku memilih cintaku. Dan aku akan menyelamatkan ayahku, bukan dengan menyerah, tapi dengan melawan kutukan ini!”

Marni berlari kembali ke arah Bagus, menerobos ilusi yang mencoba menahannya. Kabut pun mencoba mencengkeram kakinya, bayangan mencoba membisikkan nama-nama yang membuatnya ragu. Tapi dia terus berlari.

Saat tangannya kembali menggenggam tangan Bagus, energi yang memancar dari ikatan mereka begitu kuat hingga membuat sosok Ida Rengganis dan Balian Rawa menjerit kesakitan. Jeritan mereka bukan suara manusia, melainkan suara roh yang terbakar, suara kutukan yang dipatahkan.

Cahaya kehijauan itu meledak, dan dunia di sekeliling mereka pun runtuh seketika. Kabutnya berubah menjadi abu, bayangannya pun berubah menjadi debu. Bagus dan Marni terlempar keluar dari batas dunia manusia dan dunia bawah. Tubuh mereka jatuh ke tanah di Pura Dalem. Mereka terengah-engah, tubuh mereka gemetar, jiwa mereka nyaris saja remuk.

Mang Dirga berdiri di hadapan mereka, wajahnya lelah tetapi lega. Lingkaran kapur di sekitar mereka retak dan hangus, seperti habis menahan sesuatu yang terlalu sakral untuk dijelaskan.

“Kalian berhasil,” gumam Mang Dirga. “Kalian telah menolak godaan terbesar. Tapi semua ini belum berakhir. Kalian hanya mengulur waktu.”

Bagus masih memegang erat tangan Marni, dia tidak mau melepaskannya. “Aku pikir aku akan kehilanganmu,” bisiknya, suaranya serak, matanya basah.

“Tidak akan,” jawab Marni, menatap Bagus dengan keyakinan yang baru. “Karena aku tidak akan membiarkan diriku hilang lagi.”

Di matanya, Bagus melihat Marni bukan lagi gadis yang takut pada takdirnya, tetapi seorang wanita yang siap menghadapi kutukan. Wanita yang telah menatap wajah iblis dan memilih untuk tetap menjadi manusia.

Keesokan harinya, perubahan terjadi. Warga desa Banjaran, yang mendengar desas-desus tentang teriakan dan cahaya aneh di Pura Dalem, memandang mereka dengan pandangan yang baru. Mereka bukan lagi pembawa sial, tetapi sebagai sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih kuat. Bahkan Komang, yang biasanya sinis, tidak berani menatap mereka. Bagi warga desa Banjaran, Marni bukan lagi gadis yang membawa kutukan.

Marni tidak akan lari, dia tidak akan menyerah. Dia akan menggunakan warisan leak-nya untuk melawan kutukan. Dia pun memberitahu Bagus dan Mang Dirga tentang keputusannya.

“Aku akan mempelajari warisanku. Aku akan memahami kekuatannya, dan menggunakannya untuk menyelamatkan ayah dan membersihkan desa ini.”

Mang Dirga hanya mengangguk, namun matanya penuh kekhawatiran. “Kekuatan itu tidak bisa dikendalikan dengan niat baik saja, Marni. Kau harus belajar menari di atas jurang tanpa jatuh.” nasehat Mang Dirga.

Marni tau keputusannya ini berbahaya. Seperti berjalan di tepi jurang, dengan resiko terjatuh ke dalam sisi gelap setiap saat. Tapi dengan Bagus di sampingnya, dan tekad yang membara di hatinya, Marni siap menghadapi kutukan apa pun. Dia telah menolak iblis, menolak ilusi, dan menolak warisan yang ingin menjadikannya boneka!

*

1
Mini_jelly
Rasain lu ndra!!!
Ayam Kampoeng: Ndra...
ato Ndro? 🤣🤣
total 1 replies
Mini_jelly
seruuu, 🥰🤗
Mini_jelly: sama2 kak 🥰
total 2 replies
Mini_jelly
Bully itu emg bukan cuma fisik. Ejekan kecil yang diulang-ulang, pandangan sinis, atau diasingkan perlahan-lahan juga membunuh rasa percaya diri. Sadar, yuk."
Sebelum ikut-ikutan nge-bully, coba deh tanya ke diri sendiri. Apa yang akan aku rasakan jika ini terjadi padaku atau adik/keluargaku?
☺️🥰
Ayam Kampoeng: 😊😊😊........
total 3 replies
Mini_jelly
😥😭😭
Ayam Kampoeng: nangis .. 🥲
total 1 replies
Mini_jelly
🤣🤣🤣
Ayam Kampoeng: hadeh ..
total 1 replies
Mini_jelly
me too 🥰❤️
Ayam Kampoeng: ekhem 🙄🤭
total 1 replies
Mini_jelly
udh lama gk mampir, ngopi dlu 🥰
Ayam Kampoeng: kopi isi vanila. kesukaan kamu 🤤🤸🤸
total 1 replies
Mini_jelly
🤣🤣🤣🤣
Ayam Kampoeng: malah ketawa... 😚😚😚💋
total 1 replies
Mini_jelly
semangat nulisnya pasti seru nih 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!