Di Kekaisaran Siu, Pangeran Siu Wang Ji berpura-pura bodoh demi membongkar kejahatan selir ayahnya.
Di Kekaisaran Bai, Putri Bai Xue Yi yang lemah berubah jadi sosok barbar setelah arwah agen modern masuk ke tubuhnya.
Takdir mempertemukan keduanya—pangeran licik yang pura-pura polos dan putri “baru” yang cerdas serta berani.
Dari pertemuan kocak lahirlah persahabatan, cinta, dan keberanian untuk melawan intrik istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Balairung utama Istana Bai berdiri megah malam itu. Ratusan lentera merah emas tergantung di langit-langit, memantulkan cahaya hangat yang menari di dinding marmer putih. Pilar-pilar naga emas menjulang gagah, sementara di atas singgasana, Kaisar Bai duduk tegak dengan jubah naga hitam bersulam emas. Di sampingnya, Permaisuri Bai anggun dalam balutan sutra ungu muda.
Hari itu adalah puncak pesta perayaan kesembuhan Putri Bai Xue Yi. Para utusan dari negeri-negeri tetangga telah hadir, membawa hadiah gemilang. Dari negeri utara, mereka membawa kuda perang setinggi bahu manusia. Dari negeri timur, permata langka sebesar kepalan tangan. Dari negeri barat, sutra bercorak bintang yang hanya bisa ditenun sekali dalam seratus tahun.
Namun, yang paling ditunggu adalah rombongan dari Kekaisaran Siu.
Suara gong dipukul tiga kali. “ Yang Mulia Kaisar Siu beserta keluarga kerajaan memasuki ruangan!”
Pintu gerbang balairung terbuka. Kaisar Siu melangkah dengan jubah hitam berbordir naga perak, wajahnya tegas namun penuh wibawa. Di sampingnya Permaisuri Siu, anggun dengan giok hijau menghiasi sanggulnya. Di belakang mereka berjalan Putra Mahkota kedua, Siu Wang Ji, dengan jubah sederhana biru pucat. Wajahnya masih menampilkan kepolosan, seolah-olah ia hanyalah pangeran yang tak tahu apa-apa.
Bisik-bisik langsung terdengar di antara para pejabat Bai.
“Itu Pangeran Siu Wang Ji, bukan? Katanya… bodoh dan lemah.”
“Benar, sudah lama kabarnya begitu. Sayang sekali, padahal tampan wajahnya.”
“Hush! Jangan bicara keras-keras!”
Wang Ji pura-pura tidak mendengar. Matanya menyapu ruangan, mencari sosok yang diam-diam telah menghantui pikirannya sejak kemarin di pasar. Gadis misterius itu…
Setelah itu nama nama lain pun di sebutkan yang memasuki Balairung
—
Musik kecapi berhenti. Semua mata tertuju pada pintu samping balairung.
“Putri Bai Xue Yi, memasuki balairung!” seru seorang pengawal.
Suasana seketika hening.
Xue Yi melangkah masuk perlahan. Malam itu ia mengenakan gaun sutra putih kebiruan dengan bordiran bunga teratai emas. Rambutnya disanggul tinggi, dihiasi tusuk giok berbentuk burung phoenix. Cahaya lentera memantul pada wajahnya, membuat kulitnya tampak bercahaya bak rembulan.
Setiap langkahnya memancarkan wibawa dan kelembutan sekaligus. Senyum tipis menghiasi bibirnya, tatapan matanya dalam dan tenang.
“Indah sekali…” bisik salah satu pejabat wanita.
“Putri Bai benar-benar jelmaan dewi,” sahut yang lain.
Wang Ji tertegun. Matanya membelalak, dadanya bergemuruh. Tidak mungkin… Dia! Dia yang di pasar kemarin!
Ingatan itu kembali. Sosok gadis bergaun biru tua, dengan tatapan tajam dan gerakan lincah menghajar tiga preman sekaligus. Kata-katanya yang dingin, keberaniannya yang menakjubkan… Kini, gadis itu berdiri di tengah balairung, ternyata seorang putri kerajaan.
“Dia… Putri Bai Xue Yi,” gumam Wang Ji pelan.
Luo dan Jian yang berdiri di sampingnya menoleh. “Tuanku, ada apa?”
Wang Ji cepat menutupi kegugupannya dengan wajah polos. “Ah… tidak… tidak apa-apa. Hanya kagum.”
Namun di dalam hatinya, ia tak bisa menahan senyum samar. Jadi, nona misterius itu ternyata putri kerajaan. Benar-benar menarik.
—
Kaisar Bai bangkit berdiri, mengangkat cawan emasnya.
“Para sahabat dari berbagai negeri, malam ini kita rayakan kesembuhan putriku, Bai Xue Yi. Setelah pengkhianatan besar yang hampir merenggut nyawanya, ia kembali berdiri di hadapan kita, lebih kuat dari sebelumnya. Mari kita angkat cawan untuk Putri Bai!”
“Untuk Putri Bai!” seru semua tamu serentak.
Xue Yi menunduk anggun, menerima penghormatan itu. Namun sorot matanya sedikit melirik ke arah rombongan Siu. Dan di sana… matanya bertemu dengan tatapan polos Wang Ji.
Sekilas, Xue Yi tertegun. Dia… pemuda polos yang kemarin di pasar… Bagaimana bisa… ia bersama rombongan kaisar Siu?
Namun ia cepat menahan ekspresinya. Wajahnya tetap tenang, hanya senyum samar yang tersungging.
—
Setelah upacara resmi, pesta pun dimulai. Musik mengalun, penari menari di tengah balairung, hidangan mewah tersaji di meja panjang. Anggur wangi mengisi cawan-cawan giok, aroma daging panggang bercampur wangi rempah memenuhi udara.
Di sudut ruangan, Wang Ji duduk sambil berpura-pura asyik dengan kudapan manis. Namun matanya tak pernah lepas dari Xue Yi.
Jian mendesah pelan. “Tuanku, kau menatapnya terus sejak tadi. Hati-hati, orang bisa curiga.”
Wang Ji menampilkan wajah bodoh, tertawa kecil. “Eh? Aku hanya suka kuenya. Kuenya manis sekali.”
Luo menatapnya curiga, namun tidak berkata lagi.
Sementara itu, Xue Yi duduk di samping permaisuri, menerima salam hormat dari beberapa pejabat wanita. Namun pikirannya masih memutar balik kejadian di pasar. Dia benar-benar sama. Senyum polos itu, suara bingungnya… tapi kenapa ia bisa ada di sini, bersama Kaisar Siu?
—
Beberapa saat kemudian, para penari mundur, memberi ruang kosong di tengah balairung. Kaisar Bai bangkit berdiri.
“Malam ini, untuk menghibur para tamu agung, Putri Bai Xue Yi sendiri akan menari. Tarian Phoenix Rembulan, warisan leluhur keluarga Bai!”
Suasana riuh rendah. Semua tamu berbisik kagum.
Xue Yi berdiri anggun. Gaunnya berganti menjadi jubah putih dengan selendang panjang biru perak. Ia melangkah ke tengah ruangan, musik kecapi dan seruling mulai mengalun lembut.
Gerakan Xue Yi luwes, selendangnya berputar seperti sayap burung phoenix yang terbang menembus cahaya bulan. Setiap langkahnya mantap, setiap gerak tangannya elegan. Aura tenangnya membuat semua orang terpaku.
Wang Ji tak bisa berkedip. Dadanya bergemuruh. Bukan hanya berani, dia juga… begitu anggun. Tidak salah lagi, dia benar-benar berbeda dari wanita manapun.
Di akhir tarian, Xue Yi berlutut anggun, menunduk di hadapan Kaisar dan Permaisuri. Tepuk tangan menggema di seluruh balairung.
“Indah!”
“Putri Bai benar-benar seperti dewi turun dari langit!”
“Tidak ada yang bisa menandingi!”
Kaisar Siu bahkan berdiri, memberikan tepuk tangan. “Luar biasa, sungguh luar biasa. Putri Bai pantas dihormati bukan hanya karena kecantikannya, tapi juga karena keanggunannya.”
Xue Yi menunduk sopan. “Terima kasih, Yang Mulia.”
Namun, dalam diam, matanya kembali bertemu dengan Wang Ji. Kali ini, keduanya saling menatap sedikit lebih lama.
Senyum samar muncul di bibir Wang Ji, senyum yang hanya bisa dilihat oleh Xue Yi. Senyum itu berbeda dari kepolosan yang ia tampilkan di depan semua orang. Ada ketajaman tersembunyi di baliknya.
Xue Yi sedikit terkejut, namun cepat mengalihkan pandangan. Dia… siapa sebenarnya?
Dan di sudut hatinya, perasaan aneh mulai tumbuh.
Malam itu, pesta terus berlangsung dengan tawa, musik, dan anggur. Namun di antara keramaian itu, hanya ada dua pasang mata yang terus saling mencari—Bai Xue Yi dan Siu Wang Ji.
Tanpa mereka sadari, pertemuan itu adalah awal dari ikatan takdir yang akan mengguncang dua kekaisaran.
Bersambung…