NovelToon NovelToon
Ini Cinta 365 Hari Atau Cinta 669 Masehi?

Ini Cinta 365 Hari Atau Cinta 669 Masehi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Peramal / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Naniksay Nay

Kerajaan Galuh, sebuah nama yang terukir dalam sejarah tanah Sunda. Namun, pernahkah kita menyangka bahwa di balik catatan sejarah yang rapi, ada sebuah kisah cinta yang terputus? Sebuah takdir yang menyatukan seorang pangeran dengan gadis desa, sebuah janji yang terikat oleh waktu dan takdir.

Kisah tragis itu membayangi kehidupan masa kini Nayla, seorang wanita yang baru saja mengalami pengkhianatan pahit. Di tengah luka hati, ia menemukan sebuah kalung zamrud kuno peninggalan neneknya, yang membawanya masuk ke dalam mimpi aneh, menjadi Puspa, sang gadis desa yang dicintai oleh Pangeran Wirabuana Jantaka. Seiring kepingan ingatan masa lalu yang terungkap, Nayla mulai mencari jawaban.

Akankah di masa depan cinta itu menemukan jalannya kembali? Atau akankah kisah tragis yang terukir di tahun 669 Masehi itu terulang, memisahkan mereka sekali lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naniksay Nay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 - Pasewakan Agung

Gemuruh genderang menyambut kehadiran Raja Wretikandayun di Pasewakan Agung. Seluruh bangsawan, pangeran, dan perwakilan dari kerajaan tetangga sudah berkumpul, memenuhi pendopo yang megah. Mereka duduk di barisan rapi, menanti pengumuman penting yang akan menentukan nasib Galuh.

Di antara mereka, Jagatpati dan Kencana duduk dengan wajah penuh antisipasi, percaya bahwa rencana mereka akan segera membuahkan hasil.

Setelah membahas urusan kerajaan dan kesejahteraan rakyat, Raja Wretikandayun mengangkat tangan, mengisyaratkan keheningan. Sorot matanya tajam, menyapu wajah setiap orang yang hadir, hingga berhenti pada Jagatpati.

"Hari ini, ada tiga pengumuman penting," ujar Raja, suaranya menggelegar penuh wibawa. "Pertama, perjodohan putra pertama ku, Pangeran Suraghana Mandiminyak, dengan Dewi Parwati, putri Maharāja Tarusbawa dari Sunda."

Tepuk tangan riuh menyambut pengumuman itu. Suraghana, dengan wajah tenang, berdiri dan menunduk hormat ke arah delegasi Sunda. Hati Jagatpati bergetar, tetapi ia segera menenangkan diri. Ia tahu, masih ada dua putra Raja lainnya, dan ia yakin Kencana akan menjadi pendamping salah satunya.

"Dan..." Raja melanjutkan, "Dewi Sudiwara, Putri Maharani Shima dari Kalingga, akan dipersunting oleh putra keduaku, Pangeran Sempakwaja."

Kencana terbelalak, hatinya terasa tertusuk. Ia menoleh ke ayahnya, berusaha mencari jawaban. Jagatpati balas menatap putrinya, mencoba menenangkan dengan senyum.

Mereka berdua tahu, hanya ada satu Pangeran yang tersisa. Wira.

"Dan... upacara besar pada bulan purnama nanti, sekaligus pengangkatan Pangeran Suraghana Mandiminyak sebagai penerus tahta!" seru Raja.

Jagatpati menegang, amarahnya sudah di ubun-ubun. Ia tidak bisa lagi menahan diri. Dengan cepat, ia berdiri dari tempat duduknya, mengabaikan tatapan mata para bangsawan. "Tunggu, Kakang Raja! Ini tidak adil! Lalu Wira? Bukankah hasil ujian Kadewaguruan menyatakan Wira yang layak menjadi Raja?"

Raja Wretikandayun menyunggingkan senyum tipis, penuh makna. "Ah, aku lupa menyampaikannya. Kau tahu, keponakanmu itu sudah kehilangan orang yang dicintainya, kan? Dia memilih pergi ke Mandala Demunawan dan menjalani hidup sebagai seorang resi. Dia sudah memilih untuk tidak menikah dan mengabdi pada spiritualitas."

Mendengar ini, Kencana benar-benar terbelalak, wajahnya pucat pasi. Rencana yang ia susun rapi, ambisi yang ia pupuk sejak kecil, kini hancur berkeping-keping. Jagatpati semakin gusar. Matanya yang memerah menatap sang Raja.

"Kalau begitu, Kencana harus dengan Suraghana!" hardik Jagatpati, suaranya memecah keheningan di seluruh pendopo.

Tepat saat itu, Suraghana datang dari bilik khusus, menggandeng dua orang yang tampak kurus dan lemah. Kedua orang itu gemetar hebat, matanya ketakutan. Jagatpati tertegun melihat mereka. Ia mengenal keduanya.

"Aku rasa Paman mengenal dua orang ini," ucap Suraghana dengan suara lantang, menghentikan derap langkah Jagatpati.

Jagatpati berusaha mengelak, menyembunyikan keterkejutannya. "Siapa mereka? Aku tidak mengenal mereka!"

Suraghana tersenyum sinis. "Oh, jika Paman tidak mengenal mereka... mungkin Kencana tahu bahwa emban yang dipihaknya mengumpulkan biji jarak untuk hal lain selain bahan bakar minyak."

Kini giliran Kencana yang mematung. Wajahnya pias, air mata mengalir deras membasahi pipinya. Semua skenario yang telah ia susun rapi selama ini hancur dalam sekejap. Sempakwaja melangkah maju, tangannya memegang sebuah wadah kecil berisi bubuk berwarna kehitaman. "Ini adalah racun yang digunakan untuk membunuh para emban dan menuduh Puspa," ucapnya lantang.

Semua mata kini tertuju pada mereka. Suraghana dan Sempakwaja menyajikan setiap bukti, satu per satu. Mereka menceritakan tentang catatan rahasia sang tabib, kesaksian si pembunuh bayaran yang selamat, dan bagaimana Jagatpati mencoba menyingkirkan semua jejak kejahatan.

Jagatpati dan Kencana hanya bisa terdiam. Alur kebusukan yang rumit dan berliku kini terurai di hadapan seluruh bangsawan.

"TIDAK! INI FITNAH!" Jagatpati berteriak, suaranya menggelegar di seluruh pendopo.

"Kakang Raja, kau begitu bodoh! Kau rela membela rakyat jelata dan menuduh saudaramu sendiri?! Rakyat-rakyat itu hanyalah kacung rendahan yang bisa dibuang! Kau lebih percaya pada mereka daripada saudaramu sendiri?!"

Raja Wretikandayun menatap adiknya dengan tatapan kecewa. "Adikku, keserakahan telah membutakanmu. Aku tidak akan menganggap mereka kacung, karena mereka adalah bagian dari rakyatku. Dan sebagai seorang Raja, aku tidak hanya memimpin bangsawan. Tapi juga melindungi rakyatku, bahkan sampai pada nyawa."

Tepat saat itu, beberapa prajurit kepercayaan Raja masuk, menggendong seorang wanita yang tampak pucat dan lemah. Itu adalah istri Jagatpati. Ia batuk, dan darah keluar dari mulutnya.

"Istriku! Apa yang kalian lakukan padanya?" teriak Jagatpati.

"Paman, jangan berpura-pura," ujar Sempakwaja. "Kami menemukan Istri Paman di kediamanmu. Ia hampir sekarat. Selama ini, ia tidak setuju dengan semua rencana Paman dan Kencana. Tapi agar ia diam, Paman dan Kencana memberinya racun. Dosisnya kecil, tapi efeknya melumpuhkan dan menyiksanya perlahan-lahan."

Jagatpati dan Kencana tersentak, tak bisa lagi menyembunyikan kebohongan mereka. Semua orang di Pasewakan Agung menyaksikan dengan mata kepala sendiri.

Raja Wretikandayun dengan suara bergetar mengumumkan keputusannya. "Jagatpati, kau telah melakukan kejahatan keji. Atas nama Kerajaan Galuh dan keadilan, kau dihukum mati! Silsilahmu dihapus dari daftar bangsawan kerajaan!"

Semua orang terdiam. Sementara itu, Kencana menangis, berlutut di hadapan Sang Raja.

"Paman Raja... hamba mohon ampun... hamba mohon ampun..."

Mendengar tangisan putrinya, istri Jagatpati mengangkat tangannya dengan susah payah, memohon belas kasihan. Sang Raja melihat permohonan itu dan menghela napas panjang.

"Kencana, ibumu memohon pengampunan untukmu. Darahmu terlalu berharga, tapi dosamu terlalu keji. Kau akan diasingkan seumur hidupmu, sebagai penebus dosa atas perbuatanmu."

Mata Kencana terbelalak. Ia tidak melawan. Ia berbalik, merangkak, dan memeluk ibunya. "Ibu, maafkan aku... maafkan aku..." bisiknya, menumpahkan semua penyesalan yang ia pendam. Ibunya membalas pelukan itu dengan tubuh yang bergetar. Sebuah permintaan maaf yang terlambat, sebuah pelukan yang penuh penyesalan.

Di tengah haru dan tegangnya suasana, Wira menggandeng seorang wanita tua renta, Ibu Puspa. Ia berjalan pelan, mendekat ke arah Kencana dan ibunya. Wira berhenti, menatap mereka dengan mata yang dipenuhi kesedihan, namun juga keikhlasan.

Ibu Puspa mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap iba pada Ibu Kencana yang tampak sekarat. "Aku mengerti, karena aku juga seorang ibu. Aku tahu duka yang kau rasakan, duka seorang ibu yang ingin menjaga putrinya dengan nyawanya. Ambilah ramuan ini, minumlah," ucapnya lembut, menyodorkan sebuah botol kecil. "Ramuan ini akan memulihkanmu, dan kau akan dapat menjaga putrimu menjalani hukumannya."

Wira, yang berdiri di sampingnya, menggenggam erat kalung zamrud di lehernya. Ia menatap Kencana dengan tatapan penuh kepedihan. "Kencana," panggil Wira. "Kau sudah kuanggap adikku. Coba sedikit saja kau meneladani ibumu...kau pasti tak akan tersesat sejauh ini…"

Air mata Kencana kembali tumpah. "Maafkan aku, Kakang..."

"Tebuslah dosamu," lanjut Wira, suaranya bergetar. "Sebagaimana aku juga akan menebus seluruh penyesalanku."

...Merasa Terhubung...

Nayla terbangun dari tidurnya. Napasnya teratur, namun ada kehangatan yang masih terasa di dadanya, seolah baru saja dipeluk oleh sebuah kelegaan. Air mata membasahi pipinya, bukan karena duka, melainkan haru yang tak terkira.

Kilasan-kilasan mimpi itu masih begitu nyata: pengungkapan kebenaran di Pasewakan Agung, pengakuan Kencana, dan kalimat terakhir Wira yang penuh keikhlasan. Ia memilih jalan sunyi seorang resi, menebus penyesalannya, dan memilih untuk tidak menikah seumur hidup demi cinta yang tak lekang oleh waktu.

Nayla tersenyum. Akhirnya, keadilan untuk Puspa dan Wira telah terwujud. Kisah tragis itu tidak lagi berakhir dengan duka yang tak terobati.

Tiba-tiba, suara dering ponselnya memecah keheningan dini hari. Nama Ibunya terpampang di layar. Nayla mengernyitkan dahi, merasa khawatir. "Ada apa, Bu? Ini masih dini hari," tanyanya dengan suara serak.

"Ibu khawatir, Nak. Sudah sebulan kamu di sana," jawab ibunya dari seberang telepon. "Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja, Bu," jawab Nayla, berusaha terdengar meyakinkan. "Mungkin lusa aku kembali ke Solo."

"Bisakah kau naik kendaraan umum saja kak? ibu tidak tenang kau berkendara seorang diri."

"ibu, lalu mobilku dibiarkan di sini? Tidak apa-apa ibu, sekalian jalan-jalan"

Sebelum mengakhiri panggilan, Nayla ragu-ragu. "Bu, aku mau tanya... soal kalung nenek. Ibu tahu itu dari mana?"

Terdengar suara ibunya menghela napas. "Ibu tidak tahu persis, Nak. Katanya itu kalung turun-temurun dari nenek buyut kita. Tapi Ibu tidak tertarik. Kalau kamu mau, simpan saja. Nenek juga bilang kalau kalung itu punya energi. Kalau memang cocok di tanganmu, simpan saja," jawab ibunya.

Nayla terdiam setelah panggilan berakhir. Jantungnya kembali berdebar. Ia menggenggam kalung itu erat-erat. Ia tidak pernah tahu bahwa kalung itu adalah peninggalan turun-temurun. Pikiran Nayla melayang, bertanya-tanya.

Apakah salah satu leluhurnya adalah reinkarnasi dari Puspa, dan kalung itu adalah peninggalan yang sama dengan di kehidupan sebelumnya?

1
SENJA🍒⃞⃟🦅
keris kak? bukan kujang?
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm ini adegan yang lalu kan? ini dari sudut wisnu yang jadi wira 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
laaah kesurupan dia eh mimpi juga dia 🤣
SENJA🍒⃞⃟🦅
kok bisa main pergi gitu aja , kasian kan rendi 😤
SENJA🍒⃞⃟🦅
waddduh ...apa dia turunan jagatpati? weeeh 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
jadi ketagihan mimpi🤭
Irmha febyollah
lanjut kk
SENJA🍒⃞⃟🦅
ya balon gas yang tetiba gas nya dibuang yah .... pupus harapmu
SENJA🍒⃞⃟🦅
wah yah bagus itu jalurnya nay ikutin rendi aja kamu kan tinggal molor doang 🤭
SENJA🍒⃞⃟🦅
berdebar karena rendi atau wira? 😂😂😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
modusmu diskusi padahal kencan 😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
ihhh jagatpati, itu isterimu lhooo astaga jahatnya. kamu kencana durhaka banget ke ibu sendiri😤
SENJA🍒⃞⃟🦅
waaah penghinaan ini ngatain rajanya bodoh! wah hukum mati aja udah 😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
hilih belangmu terlihat 😂 lagian wira ga mau sama anakmu lho 🤭
SENJA🍒⃞⃟🦅
bukannya dewi parwati dari kalingga yak? nanti mandiminyak sama parwati jadi penguasa kalingga utara atau bumi Mataram 🤭
Naniksay Nay: thx kak...

betul kak...
Pangeran Mandiminyak atau Prabu Suraghana atau Suradharmaputra emang berkuasa didua negara, yaitu Kerajaan Kalingga (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan Kerajaan Galuh (di Tatar Sunda).

hanya saja disini biar bisa menggambarkan aja bahwa Sempakwaja dan Mandiminyak itu saling terkait...

sama kaya Pangeran Jantaka, saya tambahkan nama Wirabuana krn dibuat cinta2an biar ga diprotes ahli sejarah, masa resi love2an ....
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
udah banyak buktinya itu jagatpati, serang aja daerahnya kan sempakwaja penguasa Galunggung , ehh belom kejadian yah 😂
Naniksay Nay: 😭nggak bs kak.... bs2 dia di killkill jg sm pamannya
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
naaah ini jejak yang di hilangkan 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
hilih jahatnya kamu 😤 wira mana mau sama kau
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm bener kan jahat dia ini si kencana 😳
Naniksay Nay: jangan ditemenin dia kak... bapaknya jahat🤭
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm kencana ini nampaknya jahat ini 🥺😳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!