NovelToon NovelToon
ACADEMY INDOAGE : Pecahan 7 Batu Langit

ACADEMY INDOAGE : Pecahan 7 Batu Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cinta Murni / Pulau Terpencil
Popularitas:700
Nilai: 5
Nama Author: Fahmi Juliansyah N

Pada abad ke-19, para ilmuwan yang tergabung dalam ekspedisi arkeologi internasional menemukan sebuah prasasti kuno yang terkubur di reruntuhan kota tak bernama, jauh di tengah gurun yang telah lama dilupakan waktu. Prasasti itu, meski telah terkikis oleh angin dan waktu, masih menyimpan gambar yang mencengangkan, yaitu sebuah batu segi enam besar, diukir dengan tujuh warna pelangi. Setiap sisi batu itu dihiasi lukisan rumit yang menggambarkan kisah kelam peradaban manusia, seolah menjadi cermin dari sisi tergelap hati nurani.

Nila Simbol kerakusan, Ungu simbol nafsu, Kuning simbol ketamakan, Hijau simbol kemalasan, Biru simbol Iri hati, Orange simbol keangkuhan, Dan terakhir merah simbol amarah
Tadi setiap lambang yang mengartikan masalah ini ada sebuah kekuatan, yang Sangat besar dalam setiap kristal membuat banyak orang saling berebut dan dizaman modern kristal itu dikabarkan sudah terpisah menjadi 7

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fahmi Juliansyah N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8 Informasi Baru

Ketika orang itu keluar, Fahmi dan Athila yang kini ketahuan karena suara keras, mereka berdua langsung panik. Athila berdiri dengan cepat, menarik tangan Fahmi.

"Kita harus pergi sekarang! Mereka akan menangkap kita!" desis Athila sambil menarik Fahmi yang masih berusaha bangkit.

"Tunggu, mereka sudah tahu kita di sini. Kalau kita lari, mereka pasti mengejar. Kita harus cari cara lain," balas Fahmi dengan napas yang mulai berat.

Namun, sebelum mereka sempat memutuskan langkah selanjutnya, suara langkah kaki terdengar semakin dekat.

"Tidak ada waktu lagi, Fahmi!" kata Athila. "lagian Elo sih ","gini aja !", jawab Fahmi sambil menemukan sebuah rencana.

"Tidak ada waktu lagi, Fahmi!" kata Athila dengan nada panik. "Lagian ini semua gara-gara kamu juga!" , jawab Fahmi sambil memikirkan solusi.

"Gini aja!" Fahmi langsung memotong, berpikir cepat untuk menemukan solusi. Wajahnya serius, matanya mencari-cari jalan keluar. "Denger, kita nggak bisa lari begitu aja tanpa rencana. Mereka pasti lebih cepat dari kita. Tapi kalau kita bisa bikin mereka bingung, kita punya peluang."

"Bingung gimana, Fahmi? Mereka itu orang terlatih . Kalau kita salah langkah, kita bakal tamat!" balas Athila sambil melirik ke arah pintu tempat langkah kaki para pengejar sudah semakin dekat.

"Denger dulu, ini mal, tempatnya ramai. Mereka nggak mungkin bertindak sembarangan di depan umum tanpa menarik perhatian," jawab Fahmi sambil menunjuk ke arah eskalator yang menuju lantai bawah. "Kita campur diri di kerumunan. Bikin mereka kehilangan jejak."

Athila menatap Fahmi dengan ragu. "Dan kalau mereka tetap mengejar? Kalau mereka bawa senjata? Kita nggak punya apa-apa buat melawan kan!"

Fahmi menarik napas dalam. "Aku yakin mereka nggak mungkin terang-terangan bawa pistol di tempat seramai ini. Palingan mereka cuma bawa pisau atau senjata kecil yang nggak mencolok. Tapi kita nggak bisa ambil risiko. Kalau kita bisa cari tempat yang lebih aman atau langsung keluar dari sini, mereka bakal kesulitan."

Athila mengangguk pelan, meskipun raut wajahnya masih cemas. "Oke, tapi kita harus bergerak cepat. Aku nggak mau terjebak lebih lama di sini."

Fahmi tersenyum tipis "ayolah bukan nya kita pernah lakuin seperti ini 1 tahun lalu" jawab Fahmi.

"Itu udah lama ya , sensasi tegang nya ya balik lagi!" Jawab athila.

Langkah kaki para pengejar semakin mendekat. Fahmi langsung menarik tangan Athila, dan mereka berlari ke arah eskalator. Di bawah, kerumunan orang berlalu-lalang, membuat tempat itu menjadi pilihan sempurna untuk menyamar.

"Ke arah kanan! Di sana lebih ramai!" ujar Fahmi sambil menarik Athila untuk masuk ke area food court.

Namun, tak lama kemudian, suara dari salah satu pengejar terdengar. "Mereka ke bawah! Jangan sampai kehilangan jejak!"

Athila mendengar itu dan langsung semakin panik. "Fahmi, mereka tahu kita ke sini!"

"Dengerin aku! Kita bikin mereka bingung dulu. Jangan berhenti sampai kita yakin mereka nggak tahu kita di mana," jawab Fahmi tegas.

Mereka menyelinap di antara kerumunan orang-orang yang sedang duduk di meja-meja food court, berusaha sebisa mungkin tidak terlihat mencolok. Fahmi kemudian menunjuk ke sebuah toko pakaian. "Cepat, masuk ke situ! Kita bisa sembunyi di dalam."

Mereka berdua masuk ke toko pakaian yang penuh dengan rak baju dan gantungan. Fahmi segera menarik Athila ke bagian belakang toko, di mana ada area penyimpanan yang tidak terlalu terlihat. "Kita sembunyi di sini dulu. Kalau mereka sampai masuk, kita bisa keluar lewat pintu belakang."

Athila mengangguk, tetapi raut cemasnya belum hilang. "Kita nggak bisa terus sembunyi, Fahmi. Mereka pasti nggak akan berhenti sampai dapat kita."

Fahmi mengangguk pelan, matanya masih mengawasi sekitar. "Aku tahu", sambil memegang hp nya untuk memberikan pesan kepada inspektur satria.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat ke dalam toko. Fahmi dan Athila menahan napas. Seorang pria kekar masuk ke toko, matanya menyapu area sekitarnya dengan tajam.

"Kalian lihat dua orang tadi? Laki-laki dan perempuan, kelihatan buru-buru?" tanya pria kekar itu pada salah satu pegawai toko.

Pegawai itu tampak bingung. "Uh, nggak, Pak. Saya nggak lihat siapa pun."

Pria kekar itu mendengus. "Kalau kau bohong, kau bakal menyesal." Dia terus melangkah masuk, mendekati area tempat Fahmi dan Athila bersembunyi.

Athila berbisik pelan, nyaris tanpa suara. "Fahmi, dia ke sini…"

Fahmi mengangguk. "Diam. Tunggu sampai dia pergi. Kalau dia terlalu dekat, kita keluar lewat pintu belakang. Jangan sampai dia lihat kita."

Pria kekar itu terus mendekat, tapi sebelum dia sampai ke area penyimpanan, pria elegan masuk ke dalam toko. "Hei, kita nggak punya waktu lama! Dia pasti nggak di sini. Kita cari di area lain!"

Pria kekar itu mendengus kesal. "Baiklah, tapi kalau mereka lolos, aku salahkan kau!"

Setelah mereka pergi, Fahmi menghembuskan napas lega. "kau sembunyi saja dulu dan nanti aku chat kalau inspektur telah membalas baru keluar " jawab Fahmi sambil memberi kan sesuatu ke athila berupa chip dan athila tau chip apa itu lalu Fahmi langsung pergi dari sana untuk menjadi umpan .

Walau Fahmi merasa athila bakal keluar dari sana dan kesal karena dikira cewe lemah , karena itu sebelum pergi Fahmi bersembunyi di tepi toko untuk melihat apakah athila keluar toko atau tidak dan benar athila keluar toko.

Fahmi disini pun menggunakan cara dengan ia sebagai umpan agar 2 orang tersebut mengikuti nya ke lobby yang merupakan tempat yang di beritahu Fahmi ke inspektur satria "oi kalian berdua kalian lambat banget sih !" Seru Fahmi kepada mereka berdua.

"Fahmi mengambil napas dalam-dalam, lalu berteriak dengan nada mengejek ke arah dua pria yang mengejarnya. "Oi, kalian berdua! Lambat banget sih! Mau kapan nyampe sini? Aku bisa tidur dulu kalau nunggu kalian!"

Si elegan langsung tersentak. "Apa?! Berani sekali kau bicara begitu! Kalau orang gede ini lambat sih aku paham, tapi aku? Aku ini gesit, tahu!" jawabnya dengan nada angkuh sambil menunjuk ke arah si kekar.

Si kekar hanya menggeram kesal. "Hmph! Kita nggak punya waktu buat omong kosong ini. Aku akan yang mencari perempuan itu kau urus pria itu lalu pria kekar pergi mencari athila.

Fahmi mendengar percakapan mereka dan merasa semakin khawatir. Ia tahu, meskipun Athila memiliki kekuatan fisik yang hebat, itu dulu, ketika dia masih aktif dalam bela diri silat. Sekarang, sudah lama Athila meninggalkan dunia beladiri. Fahmi menelan ludah, memikirkan cara agar tidak menyeret Athila dalam pertarungan langsung.

Fahmi pun langsung lari dan dikejar oleh si elegan terkadang hanya lari dan bersembunyi tapi juga bertarung di tempat parkir lantai dua Saat itu, Fahmi bersembunyi di balik salah satu pilar besar di lantai dua. Dengan hati-hati, ia membuka ponselnya untuk memeriksa chat dengan Inspektur Satria. Pesan terakhir yang ia terima berbunyi: "Kami akan kesana cepat." Pesan itu dikirim pada pukul 13.45. Fahmi melirik jam di ponselnya—sekarang sudah pukul 14.00. "Mereka pasti sudah dekat," pikirnya lega.

Namun, waktu tak berpihak pada Fahmi. Si elegan mulai mengitari area lantai dua, mencarinya dengan penuh rasa curiga. Fahmi menyadari ini adalah waktu yang tepat untuk bertindak. Ia menuruni tangga menuju lantai satu, namun tidak tanpa membuat provokasi terakhir.

"Heh, jadi ini kecepatan kalian? Bahkan otot mu itu kayaknya cuma buat pajangan, ya!" teriak Fahmi sambil berpose untuk memamerkan ototnya yang tidak jauh berbeda dari si kekar.

Si elegan langsung tersinggung, wajahnya memerah karena amarah. "APA?! Berani-beraninya kau meremehkan aku!" teriaknya, dan langsung lari mengejar Fahmi.

.

Fahmi menyeringai tipis. "Bagus, ia terpancing. Aku harus memastikan mereka mengikuti ku ke lobby." Dengan langkah cepat, ia terus menuruni tangga, memastikan mereka tetap berada di belakangnya.

Saat tiba di lantai satu, Fahmi berhenti di tengah lobby, sengaja berdiri di tempat terbuka. Dia mengangkat tangan, melambaikan jari ke arah pria elegan yang mulai mendekat. "Ayo, kalian mau aku tunggu di sini atau mau main kejar-kejaran lagi?" ejeknya.

Lalu keadaan athila di lantai 5 atau lantai tertinggi mal yang biasanya sebagai taman ,tapi saat ini taman itu sedang sepi , dan pria kekar mengetahui tempat athila karena athila dari tadi menunjukkan diri,"apakah ini jebakan ?atau kau memang berani melawan ku cewe, lebih baik kau masak saja " tanya pria kekar.

"Kau pikir bisa mengalahkan ku karena kau memiliki otot besar , malahan otot sebesar itu yang malah menjadi beban ", jawab athila.

"Beraninya kau menghina anak-anak ku yang sudah ku rawat!", kesal si kekar.

"Berani sekali kau, cewek kecil, berbicara seperti itu," kata si kekar sambil mengencangkan kepalan tangannya. "Kau akan belajar untuk menghormati kekuatan sejati!"

Athila mengangkat satu alis, tersenyum tipis. "Kekuatan sejati ?bukan soal otot besar kaya bengkak gajah itu . Kau akan melihat apa itu kecepatan dan teknik."

Tanpa peringatan, si kekar meluncurkan pukulan keras ke arah Athila. Tinju besarnya menghantam udara dengan kekuatan yang bisa merobohkan dinding. Namun, Athila dengan gesit menggeser kakinya ke samping, tubuhnya miring dengan sempurna, menghindari pukulan itu hanya dengan beberapa sentimeter.

"Ah, kau lambat," ejek Athila sambil memutar tubuhnya dan melancarkan tendangan rendah ke betis si kekar. Tendangan itu mengenai sasarannya dengan presisi, membuat pria kekar sedikit kehilangan keseimbangan.

"Tsk! Beraninya kau!" geram si kekar sambil kembali menyerang dengan serangan bertubi-tubi. Tinju demi tinju menghujani udara, namun Athila, dengan gerakan silatnya yang anggun, terus menghindar dengan langkah ringan. Setiap langkahnya seperti tarian, berpindah tempat tanpa memberi celah.

Athila melihat kesempatan ketika si kekar mengangkat tangan kanannya untuk serangan uppercut. Ia melangkah maju, masuk ke dalam jangkauan si kekar, dan menggunakan siku kanannya untuk menghantam dada si kekar dengan kekuatan penuh. Serangan itu memanfaatkan momentum si kekar sendiri, membuatnya terhuyung ke belakang.

"Jangan meremehkan bela diri tradisional," ujar Athila dengan suara dingin.

Namun, si kekar bukan orang sembarangan. Ia dengan cepat memulihkan keseimbangannya, menginjak tanah dengan keras, dan meluncurkan pukulan straight dengan tangan kirinya. Athila mencoba menghindar, tapi serangan itu lebih cepat dari yang ia perkirakan. Tinju besar itu mengenai lengan Athila yang diangkat untuk bertahan, membuatnya terdorong ke belakang.

Athila meringis, merasakan perih di lengannya. Kekuatannya luar biasa... Aku tidak bisa menahan pukulannya terlalu banyak. Harus mengandalkan kecepatan dan teknik.

Si kekar menyeringai melihat Athila sedikit terhuyung. "Sudah cukup bermain-main. Kau akan merasakan pukulanku yang sebenarnya!"

Athila memusatkan pikirannya, mengambil kuda-kuda silat yang khas. Ia menurunkan pusat gravitasi tubuhnya, tangannya siap di depan. Ketika si kekar kembali menyerang dengan pukulan hook, Athila menepisnya dengan teknik pasang, mengarahkan tinju itu keluar jalur. Dengan gerakan cepat, ia membalas dengan serangan lutut ke arah perut si kekar, diikuti oleh pukulan lurus ke dagunya.

Serangan itu membuat si kekar mundur beberapa langkah. Wajahnya menunjukkan rasa kaget dan marah. "Kau memang ahli bela diri yang hebat . Tapi aku masih lebih kuat dalam kekuatan mentah!"

Si kekar mencoba menyerang dengan kombinasi tinju yang lebih liar, namun Athila terus menghindar, melangkah maju dan mundur dengan ritme yang teratur. Setiap kali ada celah, ia melancarkan serangan balik—tendangan ke lutut, pukulan ke rusuk, hingga sikut ke bahu. Semua serangan itu mulai melemahkan pergerakan si kekar.

"Aku sudah bilang," ujar Athila sambil bersiap melancarkan serangan terakhir. "Otot sebesar itu hanya menjadi beban."

Dengan langkah cepat, Athila masuk ke jarak dekat. Ia memanfaatkan momentum si kekar yang mencoba melancarkan pukulan terakhir. Athila menunduk, menangkis tinju itu, lalu menggunakan tenaga dari pinggangnya untuk melancarkan tendangan sabit ke kepala si kekar. Tendangan itu mengenai tepat, membuat si kekar terjatuh ke lantai.

Pertarungan mereka cukup intens sampai suara telpon berbunyi di kantong pria kekar, "cepat!! Kembali aku melihat mobil polisi ", perintah orang itu "ia bagaimana?"tanya si kekar ,"biarkan ", jawab orang itu dan si kekar pun menjawab baik dan langsung pergi sambil pamit kepada athila "sampai jumpa perempuan kuat ,kita pasti akan bertemu lagi", kata si kekar .

Kenapa athila tidak mengejar karena thila nahan rasa sakit pukulan si kekar dan susah gerak "ampun kayanya harus latihan lagi ini, tapi untung sempet tempel chip itu" , jawab athila.

Keadaan di lantai satu Si elegan kehilangan kesabarannya. "Cukup! Kau akan menyesal telah membuatku kesal!" katanya sambil melangkah maju ke depan pintu lobby.

"Hemm bodoh , tiga dua ,satu , skakmat" kata Fahmi.

Namun, sebelum si elegan bisa mendekat, suara sirene mobil polisi terdengar dari kejauhan, membuat ia berhenti. Wajah si elegan terlihat bingung.

Fahmi melirik ke luar pintu lobby. "Akhirnya, datang." Senyum kemenangan mulai muncul sambil kelelahan dan akhirnya si elegan berhasil ditangkap dan dibawa ke kantor polisi untuk di interogasi, Fahmi memberi tahu semua yang ia temukan, sambil diceramahin dikit-dikit sama inspektur satria dan lalu athila muncul sambil juga ditarik buat dengerin juga ceramah inspektur satria, "berhasil ?", tanya Fahmi dan athila menganguk ,lalu Fahmi ya g khawatir mulai tenang dan lanjut pergi bersama athila dan untuk saat ini mereka hanya akan melihat di GPS .

1
indah savitri
Lanjutkan ka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!