NovelToon NovelToon
TRAUMA

TRAUMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam / Idola sekolah
Popularitas:785
Nilai: 5
Nama Author: Fidha Miraza Sya'im

Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.

Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.

Kau salah . . . . . !!!

Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.

Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.

Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Briana memalingkan pandangannya pada jam tangannya yang mungil di pergelangan tangan kirinya, ia melihat bahwa jarum jam sudah menunjukkan ke angka pukul 4.

"Pasha . . . Kak Na pulang dulu ya. Nanti kalau ada waktu Kak Na akan kesini lagi main-main lagi sama Pasha". Tuturnya dengan lemah lembut sembari menatap wajah Pasha sedikit sedih.

"Tata Na, nji ya au cini agi (Kakak Na, janji ya mau ke sini lagi)?". Pasha menggerakkan semua anggota tubuhnya.

"Iya, Kak Na janji. Kalau Kak Na sudah enggak sibuk lagi, Kak Na pasti kesini lagi nemuin kamu. Ya sudah Kak Na pamit pulang dulu ya. Pasha harus lebih rajin lagi belajarnya, biar Pasha makin pintar, oke?". Briana mengusap kepala Pasha dengan manja.

Pasha menganggukkan kepalanya.

"I . . . Iya, Tata Na ti ti lan (Kakak Na hati - hati di jalan)".

"Iya, daaaa Pasha . . . .". Briana melambaikan tangannya pada Pasha yang berusaha mengangkat tangannya untuk membalas lambaian tangan Briana.

Briana berjalan menemui orang tua Raysha di bengkel mereka. Bukan hanya orang tua Raysha saja yang ada disitu, tak ketinggalan Briana melihat Raysha dan Ryo berada disisi mereka setelah mereka berdua mengetahui Briana akan pulang.

Briana menghampiri mereka tanpa menghiraukan Ryo dan Raysha.

"Om . . . Tante . . Aku pamit pulang dulu ya". Briana mencium tangan keduanya. Sedangkan Raysha dan Ryo melirik Briana.

"Kamu mau pulang? Pasha enggak sedih melihat kamu pulang". Bu Tasha bertanya sembari melirik ke dalam rumah memastikan Pasha tidak menangis meraung karena kepergian Briana.

Briana tersenyum simpul. "Enggak tante. Aku sudah mastiin kalau Pasha tidak akan seperti waktu itu".

Bu Tasha merasa lega "Fuuht syukurlah kalau begitu. Padahal tante masih rindu sama kamu, kita saja belum bercerita-cerita karena tante sibuk disini". Ucapnya sembari memegang kedua tangan Briana.

"Maaf ya tante, lain kali saja. Kalau aku ada waktu aku pasti main lagi kesini". Tuturnya.

"Hmm . . . Ya sudah deh tante enggak maksa kamu, tapi janji ya kamu pasti main ke sini lagi?".

"Iya tante". Briana tersenyum pada beliau, pandangan Ryo tak lekang memandangi wajah Briana.

"Kamu naik apa pulangnya? Soalnya dari tadi om enggak ngeliat mobil kamu". Pak Ukasha bertanya sembari melirik ke sekitar.

"Oh iya Om. Aku naik taksi online, tadi mobil aku tiba-tiba mogok jadi sengaja aku tinggalin mobilnya kepinggir jalan sampai mobil dereknya tiba". Jawabnya.

"Oh ya sudah, kamu di anterin saja sama Ryo, kan kalian temanan terus mobilnya Ryo sudah selesaikan Mas?". Bu Tasha mengusulkannya lalu bertanya pada Pak Ukasha

Sontak membuat Briana langsung menolaknya. "Hah . . . Enggak usah tante, aku bisa sendiri kok".

Lalu mereka saling melirik satu sama lain sedangkan Raysha mengulum senyumnya.

"Sudah kamu di anterin saja sama Ryo, tante enggak mau kalau nanti kamu kenapa-kenapa di jalan. Kalau sama Ryo kan tante bisa menjamin kamu enggak kenapa-kenapa. Karena tante yakin kalau Ryo anaknya baik. Ryo kamu mau kan nganterin Briana?".

"I . . . Iya Tante mau". Dengan senang hati ia berkata.

"Ya sudah kalian buruan sana pulang. Kalian hati - hati di jalan ya". Bu Tasha mendorong tubuh Briana untuk masuk ke dalam mobil Ryo lalu menutup pintunya.

Briana tersenyum getir. ia enggak bisa menolaknya lagi. Mau enggak mau dia harus semobil dengan Ryo. Setelah pamit mereka berdua pun berlalu meninggalkan bengkel keluarga Sha.

...

Suasana hening bagai tak berpenghuni. Briana seperti patung yang bernyawa sedangkan Ryo harus menjadi patung karena dirinya namun sesekali ia melirik Briana yang ada di sampingnya yang hanya fokus menatap ke depan.

"Hei . . . Makhluk Tuhan yang paling misterius". Tiba - tiba Ryo mengagetkan Briana. Ia mencoba untuk mencairkan suasana yang begitu dingin dan hening.

Briana sama sekali tak menggubris dirinya.

"Sebenarnya kamu itu terbuat dari apa sih? Kenapa bisa begitu misterius gini. Kamu itu jutek dan cueknya bikin ampun, daaaan senyuman kamu itu juga bukan main bikin minta ampun he he he". Ryo menaikkan alis matanya melirik Briana.

Lalu dengan spontan Briana meliriknya dengan tatapan yang tajam alias sinis. Ryo tersenyum getir menatap mata itu. Pandangan Briana kemudian kembali ke jalanan.

"He he he, bercanda Bri. Lagiankan ucapan aku ada benarnya juga he he he. Aku enggak nyangka lho cewek sejutek kamu punya senyuman yang begitu indah, bahkan bidadari pun iri melihatnya sangking indah nya senyuman kamu itu he he he". Ryo kembali dengan pujiannya yang membuat Briana jengkel.

"Elo bisa diam enggak sih? Sekali lagi gue dengar loe ngomong sampah seperti itu, gue hajar loe". Ketusnya lalu mengancamnya.

"Huffft iya iya. Judes amat nih cewek . . . Oh ya! Entar malam prom kamu datangnya sama siapa?".

Briana tak mau menjawab pertanyaan Ryo.

"Haiih... Ini cewek emaknya dulu ngidam apaan yak pas dia di dalam perut? Kok bisa kayak gini wujudnya?". Bisiknya. Briana kembali melirik sinis.

"He he he". Tertawa getir.

"Turuni gue disini". Briana menunjukkan ke pinggir jalan.

"Ahh enggak. Belum nyampe juga. Aku itu harus nganterin kamu sampai kerumah kamu setelah memastikan mobil kamu sudah diderek atau belum. Aku janji, aku enggak bakalan bicara lagi. Aku bakalan diam". Ryo menutup mulutnya rapat-rapat dan enggan menghentikan mobilnya.

"Ya sudah kalau elo enggak mau". Briana memencet tombol kunci pintu mobil. Ia berusaha membuka pintu mobilnya.

"Eh eh kamu mau ngapain? Jangan-jangan mau lompat lagi ini anak. Jangan di buka pintu mobilnya". Ryo panik menghadapi kenekatan Briana.

"Oke oke . . . Aku turunin kamu disini". Ia memarkirkan mobilnya ke pinggir jalan, secepat kilat Briana keluar dari mobil dan meninggalkan Ryo tanpa basa-basi.

"Haiiiiih . . . Memanglah ini cewek, benar-benar dah. Aaaaaaarggght". Ryo mengacak rambutnya. Ia hampir frustasi melihat kepergian Briana.

"Kamu benar-benar sosok yang misterius Bri. Entah apa yang membuat kamu harus menyembunyikan jati diri kamu sendiri selama ini". Ujarnya sembari mengikuti pergerakan Briana setelah ia turun dari mobilnya hingga akhirnya ia kehilangan jejak Briana yang tiba-tiba hilang dari pandangannya.

"Lho...! Kemana dia? Masa iya dia ngilang gitu saja kayak jin. Oh god....!". Keluhnya.

1
Fidha Miraza Sya'im
Biarkan Bintang Yang Menjawab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!