Diandra Aksara adalah seorang putri dari pemilik Tara Bumi Grup yang kaya dan terpandang, karena sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri, Diandra mengambil alih tanggung jawab yang diberikan oleh ayahnya untuk mengurus kediaman dan juga perusahaan milik keluarga mereka.
Dibawah tekanan dan iri hati sang ibu tiri dan juga saudari tirinya, Diandra berusaha menjalankan tugas yang diberikan oleh ayahnya dengan baik meskipun sebenarnya ia kerapkali menghadapi rintangan dan juga bahaya yang diciptakan oleh dua orang yang sangat membencinya.
Namun kehidupan Diandra yang penuh rintangan dan juga bahaya pelan pelan sirna ketika ia bertemu dan mengenal Abimana Narendra, Seorang CEO yang dikenal jujur,berani, dan juga tajir melintir.
Penasaran dengan ceritanya? Ikuti terus kisahnya hanya di novel Gadis Kecil Kesayangan Sang CEO.
noted🚨🚨🚨
dilarang baca lompat dan komentar jelek.
Yang suka boleh like, yang tidak suka, semoga suka.
Ingat dosa ditanggung pembaca☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Sebenarnya Diandra ingin menolak ajakan dari Abimana untuk mengobrol bersama, ia takut kalau reaksinya yang gugup sekaligus jantungnya yang berdebar debar saat berada dekat dengan Abimana, akan diketahui oleh laki laki itu. Tapi, setelah diam beberapa saat dan berpikir, akhirnya Diandra memutuskan menerima ajakan dari Abimana untuk mengobrol bersama.
"Iya, tentu." jawab Diandra dengan singkat yang tentu saja membuat Abimana merasa sangat senang bukan main.
Sebelum mengobrol dengan Abimana, Diandra terlebih dahulu meminta Santi untuk mau meninggalkannya dan mengobrol sebentar dengan Abimana. Tanpa banyak bicara, Santi pun menyetujuinya dan meninggalkan Diandra bersama Abimana, dan bermain bersama anak anak panti yang lain.
Sinar matahari menembus dedaunan pohon, menimbulkan berbagai nuansa warna hijau. Abimana mengajak Diandra untuk berkeliling di sekitar panti, matanya tertuju pada sosok Diandra yang mengenakan blouse berwarna biru yang dipadukan dengan celana panjang yang berwarna putih.
Diandra merasa bergidik dipandang seperti itu oleh Abimana. Sewaktu mereka mula mula meninggalkan halaman depan panti untuk berjalan ke arah kolam ikan yang ada di belakang panti, Abimana tampak merenung sekaligus memikirkan sesuatu, hingga Diandra bertanya tanya, apakah ia tanpa sengaja telah membuat laki laki itu merasa tersinggung akan tindakannya atau tidak.
Tapi beberapa menit kemudian, suasana di antara mereka sudah baik kembali. Dengan senang Abimana menjawab berbagai pertanyaan Diandra dan menceritakan kisah masa kecilnya saat tinggal di panti kepada gadis itu.
Abimana dan Diandra sama sama merasa bahagia, sampai kemudian Abimana mengajukan pertanyaan yang membuat Diandra sedikit gugup.
"Sudah berapa lama kau mendatangi panti asuhan ini dan mengenal ibu Rina, Diandra?"
"Mungkin sekitar dua tahun yang lalu. Waktu itu aku datang kemari hanya untuk menyumbangkan sedikit donasi dari perusahaan kami, tapi... setelah melihat anak anak yang ada disini, aku jadi ingin membuat hidup mereka menjadi lebih baik. Oleh karena itu aku sering datang kemari untuk membelikan beberapa mainan dan juga Snack untuk anak anak yang ada disini. Dari situlah aku mulai bertemu dan mengenal ibu rina. Dia tidak hanya seorang pengasuh yang baik tetapi dia juga menjadi orang tua yang baik untuk anak anak yang ada disini." ucap Diandra yang didengar dengan seksama oleh Abimana.
Tak lama kemudian Abimana dan Diandra sampai di sebuah kolam buatan yang di dalamnya berisi ikan koi dengan berbagai warna dan ukuran. Melihat ikan ikan itu membuat Diandra ingin mengambil gambar dari kamera ponselnya, namun saat Diandra terlalu asyik memotret semua ikan ikan itu, Diandra tidak memperhatikan kalau dibawahnya terdapat pembatas bambu yang menyerupai sebuah pagar berukuran kecil yang mengelilingi sekitar kolam.
Diandra yang tidak hati hati, tidak sengaja menabrak pembatas itu dan hampir membuat tubuhnya jatuh ke dalam kolam. Beruntung, hal itu tidak sampai terjadi saat Diandra merasakan sepasang tangan yang kokoh melingkar di pinggangnya dan menahannya agar tidak sampai jatuh ke kolam.
Karena merasa terkejut dan juga panik, Diandra sedikit terhuyung hingga tersandar pada dada Abimana yang bidang.
"Hati hati Diandra, apakah kau tidak sadar, kau hampir saja jatuh ke dalam kolam?!" ucap Abimana saat membisikkan peringatan itu pada leher halus Diandra, sementara kedua tangannya menekan sisi pinggang Diandra dengan kuat.
"M- maafkan aku pak Abimana, aku terlalu ceroboh karena tidak bisa hati hati dalam menjaga keselamatanku sendiri." ucap Diandra dengan terengah karena tubuh mereka sangat berdekatan dan sulit baginya untuk berpikir jernih.