Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Degh
Setelah meeting selesai dan berjalan lancar, ada sesuatu yang membuat Victor penasaran, ia penasaran dengan sosok pendiri M group, yang tak lain adalah Mara Kristina.
Bukan tanpa sebab, nama presdir M group tersebut nampak tak asing di telinga Victor, ia seperti mengenal sosok nama tersebut.
"Nyonya mara, bisakah saya bicara empat mata dengan anda?" Tanya Victor.
Mara tidak langsung menjawab, ia menatap di ponselnya dulu, lalu beralih menatap sekretarisnya memberi kode.
"Tuan Victor, presdir kami sangat sibuk hari ini, tapi kami akan memberikan waktu untuk anda berbicara, sekitar 5 menit. Mohon pengertiannya, tuan." Ujar sekretaris Mara.
Victor mengangguk cepat dan paham akan ucapan orang tersebut. Setelah itu, ia langsung mempersilahkan Mara untuk duduk kembali dan berbicara empat mata dengannya.
"Maaf nyonya jika pertanyaan saya ini sedikit lancang. Tapi saya penasaran, apa anda asli orang indonesia atau bukan?"
Mara mengangguk pelan sebelum menjawab. "Ya, saya asli orang indonesia. 25 tahun yang lalu, saya pindah ke australia dan baru kali ini saya berkunjung kembali kesini."
Jawaban Mara membuat Victor langsung terdiam. Entah apa yang membuat pria itu penasaran, Victor seperti ingin meyakinkan sesuatu.
"Lalu... Apa anda sudah menikah dan punya anak? Nama depan anda sama persis dengan nama ibu saya.
Degh
Tiba-tiba ucapan Victor membuat wanita paruh baya itu tersentak kaget. Wajah Mara terlihat panik dan gelisah, ia bahkan terdiam sejenak dan tak langsung menjawab ucapan Victor.
"Ah, itu... Saya.... Saya sudah me--"
Ceklek
"Permisi.. Maaf, waktu bicara anda sudah selesai tuan Victor. Kami harus segera pergi." Ucap sekretaris Mara.
Mara merasa lega karena sekretarisnya datang di waktu yang tepat. Ia pun langsung beranjak dari duduknya lalu menatap Victor.
"Maaf, kita bicara lagi di lain waktu, tuan Victor. Saya benar-benar sibuk untuk saat ini."
Victor mengangguk pelan dan menghembuskan nafasnya sejenak. Mau tak mau, ia harus mengerti akan kesibukan orang dan mengesampingkan egonya.
"Baik, nyonya. Maafkan saya karena sudah mengambil waktu luang anda."
Setelah itu, Mara dan juga sekretarisnya melangkahkan kakinya pergi meninggalkan perusahaan Victor. Victor hanya melihat punggung orang tersebut yang berjalan semakin jauh.
"Namanya sama persis dengan nama ibu. Tapi, hanya nama depannya saja." Gumam Victor. "Huft.. Mungkin ini hanya kebetulan saja."
Drrrkkk
Victor pun beranjak dari duduknya lalu merogoh ponselnya.
"Aku harus bertanya pada ayah."
Dengan cepat Victor langsung mencari kontak sang ayah lalu menekan tombol panggil. Ia merasa sedikit gelisah dan berharap ayahnya akan segera mengangkat teleponnya.
"Halo, ada apa Victor?" Ucap Heri, dari sambungan telepon.
"Ah, ayah. Aku ingin bertanya, apa nama ibu adalah Mara Kristina?"
Suara berubah jadi hening, Heri tak menjawab ucapan Victor dan malah terdiam. Padahal Victor ingin cepat tahu tentang sesuatu yang membuatnya penasaran.
"Ayah, kenapa ayah diam saj--"
"Jangan kau sebut nama itu lagi, ayah tidak ingin membahasnya. Sudah dulu, ayah sibuk!"
"Tapi--"
Tuttt Tuttt Tuttt
Victor mengepalkan tangannya. Ia sudah tahu jika jawaban ayahnya akan seperti ini. Victor tidak pernah tahu alasan apa yang membuat ibunya pergi. Saat itu, dirinya masih berumur 5 tahun.
*
*
Di tempat lain...
Drappp.. Drappp.. Drappp..
"Bu presdir, tunggu!!" Pekiknya sedikit berteriak.
Perasaan Mara sedikit terguncang, ia terkejut akan kejadian tadi bersama Victor. Beberapa kali ia mengepalkan tangannya dan rasa panik pun mulai bermunculan.
Srukkk
Saking lemasnya, Mara pun merosotkan tubuhnya karena tak kuasa menahan tangisnya lagi.
"Hiks... Puteraku.."