Plak!
" Percuma aku menikahi mu, tapi sampai sekarang kamu belum juga memiliki anak. Kamu sibuk dengan anak orang lain itu!"
" Itu pekerjaanku, Mas. Kamu tahu aku ini baby sitter. Memang mengurus anak orang lain adalah pekerjaanku."
Lagi dan lagi, Raina mendapatkan cap lima jari dari Rusman di pipinya. Dan yang dibahas adalah hal yang sama yakni kenapa dia tak kunjung bisa hamil padahal pernikahan mereka sudah berjalan 3 tahun lamanya.
Raina Puspita, usianya 25 tahun sekarang. Dia menikah dengan Rusman Pambudi, pria yang dulu lembut namun kini berubah setelah mereka menikah.
Pernikahan yang ia harap menjadi sebuah rumah baginya, nyatanya menjadi sebuah gubuk derita. Beruntung hari-harinya diwarnai oleh wajah lucu dan tingkah menggemaskan dari Chandran Akash Dwiangga.
" Sus, abis nanis ya? Janan sedih Sus, kalau ada yang nakal sama Sus, nanti Chan bilang ke Yayah. Bial Yayah yang ulus."
Bagaimana nasib pernikahan Raina kedepannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby Sitter 31
"Kenapa lagi Riz? muka lo kusut gitu? Bukannya baru aja nyamper ke tempat Bagus ya?"
"Iya, dan gue balik nggak lama setelah dia balik kerja."
Teman Rizka merasa tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Rizka. Sebelumnya Rizka berkata dengan antusias ingin pergi ke rumah Bagus. Tapi sekarang, wajah Rizka sungguh sangat tidak mengenakkan, begitu kusut dan nampak kesal.
Rizka sepulang dari rumah Bagus langung menghubungi, Mia. Dia mengajak Mia bertemu di sebuah kafe. Kebetulan Mia sedang berada di luar, jadi Mia pun memenuhi ajakan Rizka.
Mia juga merupakan teman SMA Bagus satu angkatan namun mereka beda kelas. Yang berada dalam satu kelas yang sama adalah Rizka.
"Gue nggak ngerti deh Riz, lo balik pas dia balik? Lha kenapa lo nggak stay di sana dulu. Ya sampai makan malam lah."
"Anjiiiir, gue di tolak tahu, Mi. Jadi dia nanya ke gua, mau apa gua kesana. Nah gue jawab dong pengen ngobrol aja sama kamu. Eh kata dia, dia nggak bisa ngobrol sama gue karena waktu dia di rumah udah punya anaknya. Gimana, gue ditolak mentah-mentah kan. Malu banget gue sumpah. Untung mas ngomong gitu nggak ada siapa-siapa."
Mia mengangguk-anggukan kepalanya saat mendengar Rizka bercerita. Kesimpulan yang dia ambil dari cerita sama dengan dugaan Rizka, yakni Bagus menolak.
Mia terdiam sesaat, dia mengingat masa-masa SMA dulu. Bagus terkenal dengan pribadi pendiamnya. Tapi pria itu memiliki segudang prestasi sehingga banyak gadis di sekolah yang mengidolakan bahkan menyukainya.
Diantara mereka ada yang terang-terangan mengutarakan perasaan hatinya, namun sayang tidak ada yang mendapat tanggapan dari Bagus. Semua tertolak.
Sampai di bangku perkuliahan, popularitas Bagus masih sangat diakui. Terlebih ketika dia menjadi ipar seorang Arjuna Dewantara, banyak yang semakin ingin dekat dengannya. Namun hati Bagus terpaut dengan seroang gadis biasa. Sangat biasa sehingga semua orang terkejut mereka menjalin kasih.
Namira, gadis yang beruntung itu lah yang mengisi hati Bagus dan berhasil menuju ke pelaminan.
"Lo tahu nggak dulu almarhum istri Bagus kayak gimana?" tanya Mia, dia seolah sedang membuka cara bagi Rizka dengan meminta Rizka mengingat Namira.
"Cewek yang biasa banget, tapi emang dia tuh lembut. Ucapannya juga alus. ya gitu lah."
"Nah itu, coba lo nyontoh Namira deh. Ya lo nggak harus tiba-tiba berhijab biar bisa kayak Namira. Tapi paling nggak sisi-sisi lain lah. Ah iya, deketin juga anaknya. Kalau yang gue denger tadi, dia mau ngabisin waktu sama anaknya setelah pulang kerja, berarti Bagus sayang banget sama anaknya. Ya pepatah yang ada di pasaran, kalau mau dapetin hati bapaknya yang seorang duda, maka dapetin dulu hati anaknya."
Perkataan Mia yang panjang lebar itu cukup bisa dipahami oleh Rizka. Dia lalu mengingat-ingat tentang sosok Namira. Dan saran dari Mia tidak ada buruknya untuk di coba.
"Mi, bocah se anak Bagus tuh sukanya apa. Next time kalau gue ke sana gue bakalan bawain sesuatu buat dia."
"Ehmm apa ya? Normalnya anak cowok segitu mah paling mobil-mobilan, robot gitu, ya khas anak-anak cowok lah."
"Oke Mi, thanks ya. Entah gue coba. Bagus, dari dulu gue penasaran banget sama dia. Sekarang banyak peluang buat gue bisa deketin dia."
Semangat Rika yang tadinya sudah akan padam, kini kembali membara. Dia kembali membulatkan tekat untuk bisa mendekati Bagus.
Apalagi dia tahu betul, setelah istri Bagus tiada, duda itu sama sekali tidak dekat dengan siapapun. Maka dari itu menurut Rizka hal tersebut merupakan sebuah peluang besar.
Rizka, dia merupakan wanita yang pernah gagal dalam menjalani biduk rumah tangga. Tapi bukan hanya sekali dia gagal melainkan sudah dua kali.
Dalam dua kali pernikahannya itu, Rizka tidak dikaruniai momongan. Entah siapa yang bermasalah, tapi yang pasti Rizka menyimpan rapat semuanya itu. Bahkan Mia yang merupakan teman dekatnya saja tidak pernah diberitahu olehnya.
Saat ini, Rizka tengah mencoba peruntungannya. Bagus, dia berharap pria itu adalah pria yang bisa ia jadikan pelabuhan terakhir dalam pencarian cintanya.
"Mantan-mantan lo kagak ada yang ngubungin lo lagi, Riz?"
"Nggak, males juga gue ngeladenin mereka. Lagian udah mantan, nggak perlu diinget lagi kan. Pokonya saat ini gue mau fokus buat ngedeketin Bagus, Asli ini tantangan sih. Kalau gue berhasil dapetin Bagus, waaah ini mah beneran sebuah apa ya, jack pot kali ya. Lo tau kan Mi gimana circle keluarga Bagus. Ya meskipun dulu mereka berasal dari keluarga yang biasa-biasa aja, tapi sekarang jauuuuh banget. Gila deh pokoknya sekarang mereka."
Mia mengangguk setuju. Bagus memang sangat jauh berbeda dari yang dulu. Tapi menurut Mia, semua itu bukan hanya serta merta karena kakak Bagus menikah dengan orang terpandang. Bagus sendiri memiliki value yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini.
"Riz, gue cuma mau pesen. Kalau lo emang jadiin Bagus serius, lo jangan nunjukin ambisi lo. Dia tuh gue lihat kayak apa ya, kayak orang yang peka gitu lo. Lo harus pinter-pinter buat diri lo kelihatan tulus tanpa adanya modus."
" Iya gue paham kok, Mi. Maka dari itu hal pertama yang akan gue lakuin adalah deketin Chan. Seperti ide dari lo tadi."
Dalam kepala Rizka saat ini sudah banyak pikiran tentang hal itu. Secara otomatis otak Rizka berputar untuk menyusun banyak cara demi mendekati Chan.
Namun tiba-tiba dia teringat dengan Raina, sosok baby sitter yang ada di sekitar Chan. Wanita itu dan Chan sangat dekat, jadi tidak mungkin memisahkan mereka.
Jalan satu-satunya adalah ikut masuk dalam hubungan mereka. Ya, itulah yang akan Rizka coba nantinya. Dia harus ikut bermain, ikut berbincang, dan ikut dalam kegiatan yang dilakukan Chan bersama pengasuhnya.
Rizka merasa yakin bahwa cara itu adalah cara yang palung ampuh untuk mendekati Chan. Dan tentu saja dia juga bisa dekat dengan Bagus nantinya.
"Rasanya udah nggak sabar sampai hari dimana hal itu terjadi. Haah, rasanya pasti indah banget."
Bayangan Rizka sudah melambung tinggi. Hanya saja apakah rencana yang ia yakini akan berhasil, mengingat Chan sudah mendeklarasikan kepada Bagus bahwa dia tidak menyukai Rizka? Entahlah, semua itu hanya waktu yang akan bisa menjawabnya.
Katanya hati seorang anak itu peka. Tapi katanya juga, anak-anak akan mudah luluh dengan perlakuan lembut dan perhatian. Semua itu akan terlihat jika sudah dilewati bukan?
TBC
makan tu susah...