Menceritakan tentang seorang gadis yang anggun dan lemah lembut, namun semenjak jiwa nya digantikan berubah menjadi kejam jika ada yang mengusiknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nrsl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Aaaaaaaaaaaaaaa" teriak Cia.
Set
Grep
Tangan Cia ditarik oleh seseorang dan kini Cia berada dalam dekapannya.
Cia sangat syok, tubuhnya bergetar dengan hebat, ia pun mendongak melihat siapa yang telah menolongnya.
"K-kak Iden" Lirihnya, seketika Cia pun tak sadarkan diri.
Aiden panik, ia menepuk-nepuk pipi Cia.
"Cia... Cia... hey... kamu denger kakak"
"Sayang... Cia... jangan bikin kakak takut"
Aiden yang takut Cia kenapa-kenapa segera melakukan panggilan telepon.
"SIAPKAN MOBIL SEKARANG... CEPAT" ucap Aiden pada telpon dengan aura membunuh, ia sangat marah dan juga takut secara bersamaan.
Saat mobil sudah datang, Aiden segera membawa Cia ke rumah sakit, ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, tangannya terus menggenggam tangan Cia sesekali menciumnya.
"Jangan bikin kakak takut, Cia" batinnya, tak terasa kini air matanya jatuh.
Ini pertama kalinya seorang Aiden menangis karena seorang gadis, ia takut terjadi sesuatu pada gadis yang ia cintai. Ya Aiden sadar dia sudah mencintai Cia sejak pertama kali bertemu.
...****************...
Setelah sampai rumah sakit, Aiden bergegas menggendong Cia ala bridal style ia berlari masuk menuju IGD.
"DOKTER... TOLONG TANGANI DIA... CEPAT, kalo tidak saya hancurkan rumah sakit ini" ucap Aiden dengan aura yang menyeramkan.
Seketika dokter dan perawat yang ada di sana langsung menangani Cia, mereka takut jika harus berurusan dengan keluarga HENRY yang merupakan keluarga terkaya No.1 di dunia.
Ya mereka mengenal Aiden sang pewaris Henry Corp yang terkenal akan sikap dingin dan kejamnya.
Aiden kini duduk di kursi tunggu, dengan wajah yang terlihat tidak baik-baik saja, ia mengepalkan tangannya dengan erat mengambil handphone yang ada di sakunya dan menghubungi seseorang.
"Cari tau siapa yang ingin mencelakai gadis ku"
Tut
Aiden menutup telponnya, tatapannya tajam dengan aura membunuh, tetapi berbeda dengan hatinya yang merasa takut dan gelisah.
Tap
Tap
Tap
Bunyi nyaring sepatu terdengar di koridor rumah sakit.
Mereka berlari di sepanjang koridor, karena khawatir putri mereka kenapa-kenapa.
Papa Rama dan mama Cantika segera menuju rumah sakit miliknya karena mendapat kabar kalau putri mereka mengalami insiden dan masuk rumah sakit.
Ya Cia di bawa ke rumah sakit Baskara Hospital, rumah sakit milik keluarganya.
Saat sampai di ruang pemeriksaan, mereka melihat seorang pemuda yang tidak asing sedang duduk di kursi tunggu.
Papa Ramon menatap pemuda itu yang merupakan Aiden
"Apakah kamu yang membawa putriku kesini?" tanya papa Rama.
Aiden mendongak menatap ke arah papa Rama.
"Hmm" ucap Aiden dingin dan datar.
"Sepertinya saya pernah melihatmu"
"Aiden" ucap Aiden singkat.
"Apakah kamu putra dari Lukas Henry?" tanya papa Ramon.
Aiden menaikan salah satu alisnya.
"Om kenal Daddy saya?" tanya Aiden.
"Saya sahabatnya Daddy kamu"
Aiden hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Ceklek
Pintu ruangan terbuka, terlihat dokter dan perawat keluar dari ruangan.
Aiden langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri dokter tersebut begitupun papa Rama dan mama Cantika.
"Bagaimana keadaan Cia"
"Bagaimana keadaan putri kami"
Ucap mereka bersamaan.
Dokter pun tersenyum.
"Cia tidak apa-apa, hanya sedikit syok, dia pun sudah sadar"
Papa Rama dan mama Cantika menghela nafas lega begitupun Aiden.
"Bolehkah saya masuk?" tanya papa Rama.
"Tentu saja" ucap sang dokter.
Papa Rama dan mama Cantika pun masuk ke dalam ruangan di susul Aiden dibelakangnya.
"Sayang, Apakah ada yang sakit?" tanya mama Cantika lembut.
Cia menggeleng dan kini tatapannya tertuju pada Aiden.
"Kak Iden, terimakasih sudah menolong Cia" ucap Cia lemah dan tersenyum melihatkan kedua lesung pipinya.
"Hmm" Aiden hanya berdehem tetapi hatinya lega melihat gadisnya baik-baik saja.
Tiba-tiba Cia meringis kepalanya terasa sakit dan ingatan-ingatan asing berputar di kepalanya.
"Aaaaaaaahhhh, sakit" Cia memegang kepalanya.
Sedikit ingatan Cia
Cia kecil sedang bermain di taman dengan pengasuhnya, terlihat senyum dan tawanya yang begitu bersinar.
Tiba-tiba ada seekor kelinci yang menghampirinya, saat Cia ingin memegangnya, kelinci itu pun pergi mengarah ke jalanan, Cia pun mengejar kelinci itu.
Pengasuh Cia pun yang sadar nona mudanya mengejar kelinci segera menyusulnya.
"Nona mudaaaa jangan ke sana" ucap sang pengasuh.
Cia tidak mendengar ucapan pengasuhnya, ia tetap fokus mengejar kelinci itu. Tepat di tengah jalan kelinci itu berada dalam pelukannya, tiba-tiba ada mobil berhenti di depannya keluarlah sosok pria yang menyeramkan menurut Cia.
Pria itu langsung membawa Cia, tetapi di hentikan oleh sang pengasuh.
"Lepaskan nona Cia" ucap sang pengasuh.
Pria itu tiba-tiba mengeluarkan senjata apinya dan.%
Dor
Dor
Dor
Dor
Tembakan tepat mengenai kepala sang pengasuh, ia pun mati di tempat.
Bruuuuk
"Aaaaaaaaaaaaaa" Cia kecil berteriak histeris.
Ingatan berakhir
"Jangan om... Jangan... Jangan tembak Cia... aaaaaaaaa..." Cia histeris dengan memeluk kakinya.
Papa Rama mencoba memeluk Cia, namun Cia menghindar.
"Jangan sakiti Cia om... hiks... hiks... hiks." Cia masih menangis histeris.
"Ini papa sayang" ucap papa Rama tak terasa air matanya turun.
"Jangan om... jangan... hiks... hiks"
Mama Cantika yang melihat putrinya seperti itu ikut menangis, ia tidak tega dengan putrinya.
Aiden pun sakit melihat keadaan gadisnya seperti itu. Aiden menghampiri CIA mencoba memeluknya, dan Cia pun tidak menolak, ia merasa aman di dekapan Aiden, Cia pun mulai tenang dan tak lama ia pun tertidur.
Aiden yang sadar Cia tertidur membaringkan kembali tubuh Cia dan menarik selimut sampai dada Cia, ia pun mengelus kepala Cia dengan Iembut.
Papa Rama menatap Aiden.
"Aiden, boleh saya berbicara denganmu?"
"Hmm" Aiden hanya berdehem lalu keluar diikuti oleh papa Rama.
"Apakah kamu menyukai putriku?" tanya papa Ra.
Aiden menatap papa Rama.
"Saya mencintainya"
Papa Rama tersenyum.
"Kalo begitu, tolong jaga putriku Aiden. la sempat hilang ingatan beberapa minggu lalu karena tertembak dan terjatuh kedalam jurang" Papa Rama menghela nafas panjang.
"Saya saat itu sedih sekaligus senang. Sedih karena putriku mengalami kejadian seperti itu lagi. Senang karena putriku melupakan ingatan yang mengerikan waktu kecilnya yang menyebabkan keceriaan nya hilang dalam sekejap" ucap papa Rama sendu.
Aiden mengepalkan tangannya dengan erat, ia sedang menahan amarahnya.
"Siapa pelakunya" tanya Aiden.
"Musuh bisnis keluarga Baskara" ucap papa Rama.
"Dimana mereka?" tanya Aiden dengan nada membunuh.
"Di penjara, mereka di hukum seumur hidup" ucap papa Rama.
"Itu tidak cukup, saya akan membuat mereka di hukum mati dan membabat habis sampai ke akarnya" ucap Aiden dengan senyum menyeringai.
Papa Rama tersenyum.
"Lakukanlah Aiden, saya percaya dengan mu" ucap papa Rama.
...****************...
Braaaak
"Kenapa kamu bisa gagal mencelakai nya hah" ucap seorang pria paruh baya yang sedang marah terhadap bawahannya.
"Maaf kan saya tuan Max, ia di tolong oleh seorang pemuda" ucap bawahannya.
Ya pria paruh baya itu bernama Maxwell Adiguna musuh bisnis dari keluarga Baskara.
la merupakan orang yang sangat licik, buktinya dari kejadian bertahun-tahun lalu ia tidak pernah terseret atas kasus putri dari keluarga Baskara. Padahal ia merupakan otak dari kejadian tersebut.
Bersambung