NovelToon NovelToon
Terbelenggu Takdir Ke 2

Terbelenggu Takdir Ke 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Hafsah bersimpuh di depan makam suaminya, dalam keadaan berbadan dua. Wanita berjilbab itu menumpahkan rasa lelah, atas kejamnya dunia, disaat sang suami tercinta tidak ada lagi disisinya.

Karena kesalahan dimasa lalu, Hafsah terpaksa hidup menderita, dan berakhir diusir dari rumah orang tuanya.

Sepucuk surat peninggalan suaminya, berpesan untuk diberikan kepada sahabatnya, Bastian. Namun hampir 4 tahun mencari, Hafsah tak kunjung bertemu juga.

Waktu bergulir begitu cepat, hingga Hafsha berhasil mendapati kebenaran yang tersimpan rapat hampir 5 tahun lamanya. Rasa benci mulai menjalar menyatu dalam darahnya, kala tau siapa Ayah kandung dari putrinya.

"Yunna ingin sekali digendong Ayah, Bunda ...." ucap polos Ayunna.

Akankan Hafsah mampu mengendalikan kebencian itu demi sang putri. Ataukah dia larut, terbelunggu takdir ke 2nya.

SAQUEL~1 Atap Terbagi 2 Surga~
Cuma disini nama pemeran wanitanya author ganti. Cerita Bastian sempat ngegantung kemaren. Kita simak disini ya🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 10

Hafsah memandangi surat itu cukup lama. Hatinya berbisik, penasaran apa isi surat itu sebenarnya. Namun karena menghargai pesan sang suami, Hafsah lalu mengembalikan lagi kedalam laci. Dia pasti akan memberikan surat itu setelah anaknya lahir. Namun yang membuat Hafsah tidak mengerti, kemana perginya Bastian? Sahabatnya itu bak tertelan bumi, tidak pernah sekalipun berkasih kabar kepadanya, juga kepada suaminya.

"Aku berjanji, Mas ... Aku pasti akan mencari keberadaan Bastian setelah anak kita lahir! Aku akan sampaikan surat itu padanya," gumam Hafsah tersenyum nanar.

Setelah dirasa cukup kantuk, Hafsah segera bangkit untuk merebahkan tubuh besarnya diatas ranjang. Biasanya Raga selalu memijit kakinya setiap malam, menyiapkan bantal dikanan dan kiri, memastikan Hafsah tidur dengan nyaman. Bahkan, Raga selalu menanyainya, apakah Hafsah kesakitan atau tidak, karena perut Hafsah semakin besar.

Tetapi sekarang, Hafsah harus berjuang sendiri. Hafsah baru sadar saat ini, mengapa suaminya sudah menyiapkan semua kebutuhannya, setelah Raga pulang dari rumah sakit.

Ragantara~sayapmu telah bersemi kembali diatas sana.

*

*

*

1 bulan berlalu.

Pagi itu, tepatnya pukul 09.00 bayi mungil Hafsah baru saja lahir kedunia. Bayi itu berjenis kelamin perempuan. Kelahirannya bagi pelipur lara hati sang ibu.

Oekkk! Oekkk!

Oekkk! Oekkk!

Hafsah berjuang sendiri diruang persalinan, tanpa adanya bisikan hangat dari sang suami. Di luar sudah ada mbok Nah, bu Mirna, dan sang adik~Dewi.

Pak Mulyo? Jangan ditanya, hati pria parupaya itu terlalu keras, tertutup kebencian yang kini sudah beranak dalam darahnya.

"Selamat ya, ibu ... Bayinya perempuan. Semuanya sehat, cantik lagi," gumam sang bidan, setelah memperlihatkan wajah bayi Hafsah.

Air mata Hafsah kembali mengalir. Walaupun keringat mengucur dipelipisnya, hal itu tidak menutup rasa bahagianya dengan tetap mengembangkan senyum hangat.

"Terimakasih ya, bu!" jawab Hafsah lemah.

"Apa ada keluarga anda, sebagai ganti Ayahnya, untuk mengadzankan bayi ini?" tanya dokter bingung.

"Bu bidan, tolong suruh perawat pria saja untuk mengadzankan putri saya!" Hafsah terpaksa melakukan itu, karena memang tidak ada pria didepan. Dan memang kebetulan, di puskesmas itu banyak perawat pria yang sedang bertugas.

"Sebentar, kalau begitu saya panggilkan dulu!"

Setelah dipanggilkan, datang seorang perawat pria, yang mungkin usianya seusia suaminya. Sebelum melantukan Adzan kepada bayi Hafsah, pria itu meminta izin Hafsah terlebih dahulu.

Suara pria itu terdengar menengakan. Hafsah merasa bersyukur, masih ada orang baik yang mau membantu hidupnya. Sementara bayi mungil itu, dia terlihat nyaman saat dilantunkan ayat suci itu.

Setelah di pindahkan dalam ruangan biasa, Hafsah kini harus memberikan Asinya untuk sang bayi. Disana ada bu Mirna, dan juga sang Nenek yang selalu setia membantu. Hafsah mengusap sayang kepala bayinya. Bayi yang sangat suaminya rindukan dulu.

'Mas, lihatlah! Anak kita cantik. Kamu pasti bahagiakan disana. Kamu juga mendengarkan suara tangisannya! Sesuai ucapanmu lalu, aku akan menamainya~Ayunda!'

~Ayunda Hafantara~

Bayi mungil itu, kini sudah menjelma menjadi gadis kecil yang menggemaskan. Rambutnya panjang, selalau di kuncir dua oleh bundanya.

Dan usia Ayunda kini sudah 4 tahun. Selama itu pula, Hafsah terus mencari keberadaan Bastian sang sahabat, namun tidak sekalipun bertemu.

Semenjak Ayunda berusia 2 tahun, Hafsah memutuskan kembali bekerja di tempatnya dahulu. Dan bersyukur, pihak Bank mau menerima Hafsah lagi, karena kecerdasan wanita itu. Ayunda dirawat oleh mbok Nah, sang Nenek.

Dan selama 2 tahun itu, Hafsah hanya fokus pada karirnya dan juga kehidupan keluarga kecilnya. Hingga kini usia Ayunda sudah 4 tahun. Hafsah sangat bersyukur, karena mbok Nah diberikan panjang usia, hingga dapat bermain dengan anak Hafsah, yang sudah dianggap mbok Nah sebagai cucunya sendiri.

"Sayang, bunda berangkat bekerja dulu, ya! Jangan nakal sama Nenek! Oke, cantik!" ucap Hafsah setelah tanganya dicium oleh sang putri.

"Bunda hati-hati ya! Jangan lupa belika Ayunda pensil walna," pekik Ayunda, dengan ciri khas cadelnya.

"Bunda tidak akan lupa, sayang! Mbok, Hafsah berangkat dulu ya! Assalamualaikum," pamitnya setelah mencium tangan sang Nenek.

"Hati-hati bawa motornya, Sah! Jangan ngebut," jawab mbok Nah, lalu mengajak Ayunda kembali masuk kedalam.

Hampir 1 jam lebih, Hafsah baru sampai di tempat kerjanya. Karena jarak yang begitu jauh, membuatnya harus ekstra hati-hati dalam mengendari motornya. Hafsah sendiri sudah menabung, agar dia dapat membeli mobil sederhana, agar memudahkan dia kemana-mana.

Hafsah yang semula bekerja di Bank swasta, kini dipindahkan oleh sang Manager, dan kini menempati Bank Negara terbesar, dengan logo BRI.

Dan juga salah satu rejeki dari Tuhannya, Hafsah dapat berkerja dengan sahabatnya sewaktu mereka duduk dibangku SMP.

Namanya, Dista Rahmawati.

Dista terpaksa pindah ke Surabaya, karena pada saat itu orang tuannya ada kerjaan disana. Dan memang takdir mereka dipertemukan kembali. Dista dipersunting kekasihnya, asli orang Malang. Jadi dia ikut disana, dan sekarang satu pekerjaan dengan Hafsah.

"Setiap rumah tangga memiliki ujiannya masing-masing, Sah! Kembali lagi ke kita, kuat tidak menjalani semua itu," ucap Dista yang sedang duduk, setelah mereka berdua selesai sholat dhuhur.

"Kamupun sudah tahu ceritaku, Dis! Dulu rasanya berat banget. Aku harus berjuang tanpa adanya sosok suami. Dan disaat itu, aku sedang mengandung 8 bulan," lirih Hafsah, menahan tangisnya.

Dista mengusap bahu Hafsah secara lembut. Rumah tangganya juga sedang diuji, namun tidak seberat ujian yang Hafsah lalui.

"Doakan aku, Sah! Doakan aku, agar aku juga dapat meraskan mengandung sepertimu. Aku hampir putus asa juga dengan ujianku. Bahkan, aku selalu menyuruh mas Fatih untuk menikah lagi. Aku malu, Sah!"

Tangisan Dista juga ikut pecah. Dia menundukan kepalanya diujung bahu Hafsah, mengeluarkan rasa sesag didalam dadanya.

Mereka berdua sama-sama menghadapi ujiannya masing-masing. Namun, setidaknya mereka berdua tidak berisik. Dia hanya mengeluh, jika dia rasa memiliki tempat yang siap mendengarkan lika liku hidup mereka.

Setelah selesai, Hafsah dan Dista kembali bekerja. Mereka duduk bersebelahan untuk melayani masyarakat yang sedang ingin menarik uang, ataupun dibuatkan tabungan.

"Dengan nama siapa, Pak? Apa Anda membawa KTP?" Hafsah menatap Customer yang duduk didepannya, untuk dibuatkan rekening baru.

Dari arah pintu, masuklah seorang perempuan cantik berambut panjang sebahu, sambil menggandeng anak kecil. Perempuan itu terlihat berbincang oleh Satpam terlebih dahulu, sebelum diarahkan untuk menuju Call Center sebelah.

Begitu Hafsah mengangkat pandanganya, tanpa sengaja matanya menatap kearah perempuan tadi.

'Puspita? Benar, dia Puspita?'

Hafsah sampai ingin beranjak dari tempat duduknya, namun langsung di tegur oleh Customer didepannya.

"Maaf Mbak, Anda mau kemana? Apa bisa disegerakan, karena setengah jam lagi Saya ada urusan!" ucap Bapak tadi.

"Oh maaf-maaf, pak! Saya seperti melihat teman saya. Tolong lupakan saja."

Hafsah masih menatap kearah Perempuan tadi, yang dia yakini bahwa itu adalah Puspita, teman fakultasnya dulu.

Sementara perempuan tadi, dia langsung menuju Call Center 1, setelah diarahkan oleh sang Satpam. Dia mengajak putri kecilnya yang kini berusia 5 tahun untuk duduk. Disaat dia mengedarkan pandangan kesamping. Dari arah tempat Teller 1, spontan dia memalingkan wajah dan memakai masker yang dia ambil dari dalam tasnya.

"Sayang, ayo kita pulang! Ponsel Mamah tertinggal dirumah."

Dan benar, Perempuan itu adalah~Puspita Diahayu.

Dia sengaja menghindar dari Hafsah, mengingat apa yang telah dia perbuat beberapa tahun lamanya. Sementara Hafsah, dia baru pertama kalinya itu melihat mantan temannya, setelah kelulusan pendidikannya.

'Kenapa dia begitu ketakutan, saat melihatku? Apa yang sebenarnya terjadi?'

Ingatan Hafsah kembali kemasa silam, dimana dia dan Bastian pada saat itu sedang duduk di Bar (Diskotik).

"Minumlah, aku tau ... Kalian pasti haus, kan?"

Atau jangan-jangan?

'Sebelum bertemu Puspita, aku harus bertemu dengan Mira dulu! Aku yakin, dia tahu yang sebenarnya terjadi!'

Hafsah kembali melanjutkan pekerjaanya, karena memang tidak dapat ditinggalkan kemana-mana. Dulu, dia sempat ingin mencari tahu, perihal siapa yang telah menjebaknya. Tetapi, Hafsah pada saat itu terlalu frustasi. Semua teman-temannya bungkam. Dia tidak dapat berbuat banyak, karena pada saat itu belum ada sebuah CCTV.

Namun hari-hari Hafsah menjadi tenang, karena semangat dari Raga. Rahasia itu tersimpan rapat, hingga kini Raga pergi untuk selamanya. Raga juga memposisikan dirinya serba salah. Jikapun dia berkata yang sebenarnya, maka persahabatan mereka akan hancur. Dan lagi, Bastian ... Dia pergi setelah kejadian itu. Raga hanya takut, jika Bastian terpaksa menikahi Hafsah, dan akan memicu pertentangan di kemudian hari. Sementara Hafsah lebih mencintai dirinya.

Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore. Hafsah keluar bersama Dista, karena Bank sudah saatnya tutup.

"Sah, kamu tahu perempuan yang tadi siang baru masuk? Itu bukannya Puspita, ya? Kok aneh banget sikapnya?" ucap Dista setelah mereka mengambil tas serta barang-barangnya.

"Aku juga nggak tahu kenapa, Dis! Kaya ketakutan nggak sih, tadi dia?" jawab Hafsah sambil memakai jaketnya.

"Apa dia ada sangkut pautnya, sama kejadian yang kamu ceritain dulu?" tebak Dista. Dia memang sudah tahu semua masalah Hafsah, setelah sahabatnya iti bercerita.

Melihat wajah sahabatnya yang tampak kalut, Dista mengusap bahu Hafsah untuk menengkan sahabatnya. "Sah, kamu tenang saja! Lusa kita kan libur ... Nanti aku bantun deh, cari alamat rumahnya Puspita. Atau kamu punya tujuan lain, sebelum surat itu kamu berikan pada Bastian? Aku nggak yakin, kalau pria sudah kembali."

"Makasih ya, Dis!" jawab Hafsah terenyuh.

"Sekalian kita ajak jalan-jalan Ayunna! Aku sudah kangen celotehnya," imbuh Dista terkeke

1
Sunaryati
Kamu salah cari lawan Reza, jangan berani hanya dengan wanita, ini ada Bastian lelaki biadap yang akan jadi pahlawannya
Sunaryati
Semangat Hafsah, jadilah ibu yang tangguh
Septi.sari: 😊🙏🙏❤nantikan update selanjutnya ibu.
total 1 replies
Sunaryati
Itulah jika bertindak tanpa dipikir dulu akhirnya dihinggapi penyesalan. Tapi jika niatmu sungguh-sungguh, mudah- mudahan masih ada waktu memperbaiki kesalahan
Septi.sari: iya bu, semoga niat bastian sungguh2.🤧
total 1 replies
Sunaryati
Wah ternyata banyak yang tertarik sama Hafisyah, sayang masa mudanya dihancurkan teman- temannya.
Septi.sari: hai ibu sunaryati selamat mebaca cerita sederhana ini❤🙏
total 1 replies
yumi chan
thor lps ini bt hafisah pergi jauh sm anknya thor..stlh bas tau kalau dia punyn ank stlh kjdian itu...bt bas mkn berslh dn gla di tgl pergi kauh sm hafisah....sbd kt maaf tdki ckp dgn apa yg di lkukn..
Septi.sari: kak, terimakasih sudah mampir dicerita sederhana ini. nantikan bab selanjutnya ya❤❤🤗
total 1 replies
Tunjiah
aq sika cerita nya. ngk ber tele2
Septi.sari: kak terimakasih banyak, 🙏🙏❤❤🤗
total 1 replies
yumi chan
good jod thor
Septi.sari: kak selamat membaca, dan nantikan updatan terbarunya🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
ceritanya bagus
Septi.sari: maa syaa allah kak, terimakasih bintangnya😊🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
lanjut thor
Septi.sari: baik kak❤🙏
total 1 replies
Elly Irawati
pengen tak cakar" tuh ya wajah si pus pus😡
Septi.sari: gas dek ell, 🤣🤣🤣
total 1 replies
Elly Irawati
lanjut gais, ditunggu up selanjutnya😍😍💪💪
Septi.sari: macih dekk ell😍🤗
total 1 replies
CF
wduh sya suka kota mlang
Septi.sari: Saya juga suka kak, walaupun saya asli jawa tengah😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!