Cerita tentang dua keluarga hebat, bersatu melalui penerus mereka. Yang mana Zayd, dari keluarga Van Houten. Dan si cantik Cahaya, dari keluarga Zandra...
Ingin tau kisahnya?? Cuss... otewe keun guys🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Sarah
Ini merupakan pengalaman pertama untuk Cahaya, melihat masa lalu arwah. Meski ia bisa melihat masa depan naas seseorang, tapi berbeda dengan ini. Karena yang di lihat olehnya, tak bisa ia ubah.
'Maafkan aku sudah memperlihatkan mu, cara tragis kematianku.' arwah itu sudah merubah panggilan lu gue, menjadi aku kamu.
"Apa alasanmu memperlihatkan putriku hal itu?" tanya Sigmund, yang masih memeluk putrinya
DEG
'A-anda..
"Ya, aku bisa melihatmu juga." potong Sigmund, membuat Zayd kebingungan. Karena hanya dia, yang tak bisa melihat sosok itu.
'Aku ingin meminta tolong, untuk makam kan jenazahku dengan layak. Dan.. Carikan keadilan atas kematianku' jawab Sarah
"B-bukankah kamu sudah membalasnya langsung? Bahkan kini, dia sudah masuk rumah sakit bukan?" tanya Cahaya sesenggukan
'Aku tidak membuatnya mati, hanya membuatnya cacat. Aku ingin dia tetap mendapatkan hukuman, dengan melaporkannya ke pihak berwajib. Dan.... tolong beritahu keluargaku, juga suamiku.' jawab nya, dengan tatapan sendu
Cahaya melerai pelukannya, saat ia sadar bila wajah tunangannya sudah seperti habis minum cuka satu drum. EAAAAAA
"Aku akan membantumu, meski ia cacat. Tetapi ia tetap harus mendapatkan hukuman yang setimpal, apa kamu tau rumah pria yang bernama Galih?" Zayd langsung menatap tajam Cahaya, ia melipat bibirnya ke dalam
'Bisa-bisa nya Cahaya menyebutkan nama lelaki lain, siapa Galih?' ucap Zayd dalam hati
"Kita ke sana" ucap Cahaya, saat melihat Sarah mengangguk. Cahaya mendekat Zayd, ia menggenggam tangan Zayd
"Jangan marah, nanti akan Cahaya ceritakan. Hmm?" ucap Cahaya lembut, tanpa ia sadari. Sudah membuat ayahnya cemburu, ck... Cahaya Cahaya...
"Ehem" Cahaya melepas genggamannya, membuat Zayd merasa kesal. Ia melihat tangannya, yang kini telah kosong.
"Kalian bisa menyelesaikannya? Butuh bantuan ayah?" tanya Sigmund, ia sadar berada di antara dua orang bucin.
"Bisa ayah, ayah sebaiknya pulang. Ibu pasti mencari ayah, jangan bilang sama ibu kalo Cahaya pingsan." Sigmund mengangguk, ia menatap sini Zayd, Zayd hanya tersenyum.
"Kalau begitu ayah pulang, kalian hati-hati." Cahaya dan Zayd mengangguk, tak lupa mereka mencium punggung tangan Sigmund
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam"
Sarah yang melihat pemandangan di depannya, merasa iri dan juga lucu. Iri karena ia sudah tak bisa, merasakan bercanda dengan orang-orang terkasihnya. Lucu, karena melihat kecemburuan dua pria beda usia tersebut.
.
.
"Jadi kita sekarang mau gimana dulu?" tanya Ezra, setelah Cahaya selesai menceritakan apa yang dia lihat.
"Kita ke rumah pria yang bernama Galih, dia adalah saksi dan juga sempat membantu membawa Sarah." jawab Cahaya, yang tangannya di genggam oleh Zayd. Zayd kesal, karena tadi genggamannya terlepas.
'BUCIN' ucap ketiga sahabat Cahaya
"Kita akan bernegosiasi dengannya, berharap mau memberikan kesaksian untuk Sarah. Meski ia pun sepertinya harus di tahan, karena sudah membantu pelaku. Tapi bila dia mengaku, hukumannya pasti akan lebih ringan. Kita bisa gunakan ibunya, bukan aku memanfaatkan kelemahan orang lain. Hanya saja, Sarah juga membutuhkan keadilan. Aku akan menjamin, keselamatan dan juga pengobatan ibunya." lanjut Cahaya, keempatnya setuju
"Bang, bisa minta tolong. Untuk mengambil jenazah dari kampus?" Zayd mengangguk, ia pun menghubungi pihak-pihak yang bertanggung jawab.
"Dimana alamat jenazah? Biar di antar langsung ke rumahnya." tanya Zayd, Cahaya menanyakannya pada Sarah
Setelah mendapatkan jawaban, Zayd melanjutkan percakapannya.
"Sudah" ucap Zayd
"Sebaiknya kita ke rumah Sarah dulu, beritahukan semuanya pada pihak keluarga." saran Zayd, Cahaya mengangguk
Mereka pun bangun dari duduknya, melangkahkan kaki ke kendaraan masing-masing.
.
.
"J-Jadi maksud kalian, putri kami... Sarah.. sudah tiada?" tanya seorang wanita paruh baya, yang ternyata ibunya Sarah
"Iya tante" jawab Cahaya lirih
"Nggak, Nggak mungkin... sudah berhari-hari kami mencarinya, kami belum menemukan jasadnya. Itu artinya, putriku Sarah masih hidup. Iya kan ayah?" ucap wanita tersebut, meminta agar suaminya meyakinkan ucapannya
Belum suaminya bicara, terdengar suara ambulance dari luar. Serentak semua orang bangun, termasuk dengan Rohman suami Sarah. Meski tubuhnya terasa lemas, setelah mendengar berita kematian sang istri. Ia meyakini dirinya, bila semua itu tidaklah benar.
Semua orang berdiri, di depan pintu. Orang tua Sarah paling depan, di samping ibu Sarah ada Rohman.
Petugas ambulance, mengeluarkan keranda. Yang mana isinya adalah... Sarah.
Ibunya Sarah mundur satu langkah, genggaman tangannya pada sang suami terlepas.
"Tidak... itu... ga mungkin... NGGAAAAK... ITU BUKAN SARAH, ITU BUKAN PUTRIKU" teriak ibunya Sarah histeris, Sarah hanya bisa menangis, menyaksikan tiga orang yang ia cintai terpuruk.
Tubuh Ibunya Sarah jatuh terduduk, ia menutup wajahnya. Sang Ayah dan Rohman, mereka menghampiri petugas. Untuk memastikan jasad, setelah melihatnya. Ternyata benar, bila itu adalah Sarah. Karena mereka melihat tanda lahir, di belakang telinga Sarah yang berbentuk bulan sabit.
"YA ALLAH SARAAAHHH" teriak ayahnya tak percaya, ia memeluk putrinya yang sudah kaku. Rohman hampir saja limbung, seandainya tak di tahan orlah tetangga.
"Sabar Man, sabar" ucap tetangganya, Rohman pun menangis tergugu. Mereka baru menikah 4 bulan, tapi ia harus di tinggalkan istrinya. Dengan cara tragis seperti ini, seluruh wajahnya di tutup perban. Namun luka di tubuhnya, tak bisa di tutupi.
Tangisan pilu seluruh keluarga pecah, membuat semua orang yang ada di sana. Ikut menangis, begitu juga dengan Ansika. Ia menangis di pelukan sang kekasih, Grisha menatap datar melihatnya.
"Nasib... nasib..." gumam nya pelan
Zayd memeluk Cahaya, ia menepuk pelan punggung tunangannya.
.
Jenazah sudah di mandikan dengan layak, kini sedang persiapan hendak di sholati. Ibunya Sarah duduk lemas, dengan menyandarkan kepalanya pada sang suami. Tatapannya kosong, ke arah jenazah. Dengan air mata, yang masih belum berhenti mengalir. Sang ayah dan sang suami dari Sarah, bisa mengendalikan diri. Keduanya tengah membacakan Yassin, di dekat jenazah.
Setelah shalat jenazah, jenazah Sarah di makam kan. Ibunya berkali-kali pingsan, bahkan saat jenazah akan di turunkan ke liang kubur. Ibunya Sarah kembali berteriak histeris, ia belum bisa menerima kepergian Sarah. Setelah berhari-hari hilang, saat sudah di temukan. Putrinya hanya tinggal nama, juga jenazah yang terbujur kaku.
.
"Bagaimana tante, om?" tanya Cahaya
"Dokter baru memberikannya obat penenang, sekarang dia sedang tidur." jawab ayahnya Sarah, Cahaya mengangguk
"Maaf bila om menahan kalian di sini, masih banyak yang ingin om tanyakan." Cahaya dan yang lainnya mengangguk
"Bagaimana kalian bisa menemukan jenazah putri om? Dan apakah pelaku sudah di temukan?" Cahaya menatap Zayd, Zayd yang paham pun mengangguk
"Mungkin om tidak akan percaya, namun semua ini nyata. Tunangan saya, bisa melihat dan berkomunikasi dengan Sarah." ucap Zayd, seraya menoleh menatap Cahaya
Meski sebenarnya, hal itu baru untuk Cahaya. Tapi ya sudahlah...
DEG
"K-kamu... kamu bertemu dengan Sarah?" Cahaya mengangguk
Giliran Ansika dan Grisha, menceritakan apa yang di ceritakan Cahaya tentang Sarah. Ekspresi wajah ayah dan suami Sarah berubah-ubah, terakhir wajah mereka terlihat sangat marah.
"DIMANA BAJINGAN ITU?"
...****************...
Jangan lupa masukin ke favorit, like, komen, gift sama vote nya yaaaa ❤️❤️❤️❤️
Nuhun mak ntos up seueur poe ieu, sehat² emak😘