( Musim Ke 2 : Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat )
Setelah menepati janjinya yang tersisa pada Sekte Langit Baru dan Tetua Huo, Tian Feng tidak lagi bersembunyi. Didorong oleh sumpah pembalasannya, ia memulai perburuan sistematis terhadap Aula Jiwa Bayangan. Bersama Han Xue dan Ying sebagai mata-mata utamanya, mereka membongkar satu per satu markas rahasia Aula Jiwa Bayangan, bergerak seperti dua hantu pembalas dendam melintasi Benua Tengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 303
Celah di formasi ilusi menutup di belakang mereka, menjebak mereka di dalam halaman dalam Benteng Api Penyucian Hitam. Udara terasa dingin dan dipenuhi oleh aura jiwa yang jahat. Tian Feng baru saja mengambil satu langkah hati-hati ke atas batu obsidian di halaman...
WEEEEEEEEEEEEEEEEEE!
Sebuah jeritan jiwa yang memekakkan telinga, yang tidak berasal dari sumber fisik melainkan meledak di dalam benak mereka, tiba-tiba meraung. Bersamaan dengan itu, rune-rune darah yang tak terlihat yang terukir di seluruh lantai halaman menyala dengan cahaya merah yang jahat.
"Sial! Formasi deteksi tekanan!" desis Han Xue, pedangnya terhunus seketika.
"Mereka tahu kita di sini!"
Di menara-menara penjaga di sekeliling halaman, lonceng-lonceng kuno mulai berdentang panik. "PENYUSUP! DI HALAMAN TENGAH!"
"BAGUS!"
Di tengah kepanikan yang tiba-tiba itu, satu-satunya suara yang terdengar bersemangat adalah raungan Xu Zhao. Wujud Dou Sheng Bintang Satu barunya bergetar karena antisipasi. "AKHIRNYA! Aku sudah bosan merayap seperti tikus! Saatnya menghancurkan sesuatu!"
Tian Feng menghela napas. Rencana A untuk menyelinap kini telah mati total. Ia melirik ke arah puluhan sosok yang melompat turun dari dinding dan berlari keluar dari barak, aura mereka dipenuhi niat membunuh. Setidaknya dua belas ahli Dou Zong (bervariasi dari Bintang Tiga hingga Puncak) memimpin serangan, diikuti oleh puluhan Dou Wang.
Wajah Tian Feng kembali menjadi topeng dingin seorang kaisar. "Rencana B kalau begitu," katanya datar.
"Apa Rencana B, Tuan Muda?!" tanya Xu Zhao, menyeringai buas.
"Jangan tinggalkan satu pun," perintah Tian Feng.
Saat ia mengatakan itu, ia lenyap.
Ia tidak lagi menahan diri. Langkah Naga Menembus Bayangan yang ditenagai oleh Fisik Tingkat Sepuluh (Dou Di) meledak dengan kecepatan penuh.
Seorang Dou Zong Bintang Tujuh yang memimpin serangan di sisi kiri tiba-tiba merasakan hawa dingin di belakangnya. Ia berbalik, tetapi yang ia lihat hanyalah sebuah kepalan tangan emas gelap yang tenang.
DOOM!
Pukulan itu menghantam dadanya. Perisai Dou Qi-nya, yang ditenagai oleh ranah Dou Zong-nya, hancur berkeping-keping seperti kaca. Kekuatan fisik murni menghancurkan armornya, tulang rusuknya, dan jantungnya dalam satu serangan. Mata si Dou Zong itu melotot tak percaya sebelum ia terlempar ke belakang, mati bahkan sebelum menyentuh tanah.
"Dia di sini!" teriak Dou Zong Puncak yang memimpin di sisi kanan. Ia melepaskan serangan Tombak Jiwa Hitam, menusuk ke arah Tian Feng.
Tian Feng berkedip lagi. Ia menghilang dari jalur serangan, muncul di samping si Dou Zong Puncak. Ia tidak meninju. Ia hanya menepuk bahu lawannya dengan telapak tangannya.
KRAKKK!
Seluruh tulang bahu dan lengan pria itu hancur menjadi bubur daging di dalam armornya oleh kekuatan getaran murni. Si Dou Zong Puncak itu menjerit kesakitan dan ambruk.
Di sisi lain halaman, Xu Zhao tertawa terbahak-bahak. "Giliran Jenderal ini!"
Ia tidak menggunakan teknik Dou Sheng yang mencolok. Ia hanya menerjang ke tengah-tengah gerombolan Dou Zong yang tersisa. Serangan-serangan mereka api iblis, bilah angin gelap, cakar tulang menghantam tubuh barunya.
DENTANG! DENTANG! KRAK!
Serangan-serangan itu memantul tanpa membahayakan dari kulitnya yang sekeras artefak Dou Sheng.
"Pukulan kalian seperti gigitan lalat!" ejeknya. Dengan satu sapuan lengan, ia mengirim tiga ahli Dou Zong terbang, armor mereka penyok ke dalam.
Sementara dua 'monster' itu mengurus para perwira tinggi, Han Xue dan Ying menjadi badai bayangan dan es yang sesungguhnya. Mereka menari di antara para penjaga Dou Wang yang panik. Setiap kilatan pedang Han Xue memotong tenggorokan. Setiap terkaman Ying merobek jantung. Mereka adalah penuai jiwa yang efisien, membersihkan medan perang.
Dalam waktu kurang dari tiga puluh detik, halaman yang tadinya ramai itu kembali sunyi, kini dipenuhi oleh mayat dan rintihan para penjaga yang lumpuh.
Tian Feng berdiri di tengah tumpukan tubuh, jubah hitamnya sedikit berkibar. Darah musuh menetes dari buku-buku jarinya.
Han Xue dan Xu Zhao berkumpul kembali di sisinya, waspada.
Tian Feng mengangkat kepalanya, matanya yang merah keemasan menatap ke arah menara obsidian tertinggi di pusat benteng.
Dua aura yang telah tertidur kini meledak dengan kekuatan penuh, seperti dua matahari kegelapan yang baru saja terbangun. Satu aura Dou Sheng Puncak yang dipenuhi oleh kebencian kuno. Satu lagi aura Dou Zun Puncak yang dingin, licik, dan sangat ia kenali.
"Mereka sudah bangun," kata Tian Feng pelan, suaranya tenang.
"Bagus," geram Xu Zhao, meretakkan buku-buku jarinya.