NovelToon NovelToon
Bangkitnya Monster PENJARA

Bangkitnya Monster PENJARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Pria Bernada

Kenzo awalnya adalah siswa SMA biasa, namun karena pacarnya dibunuh, ia bangkit melakukan perlawanan, menggunakan belati tajam dan menjadi pembunuh berantai.

‘Srett…srett… srett… srett’

Remaja itu memenggal kepala setiap orang, dan Kepala-kepala itu disusun di ruang pribadi hingga membentuk kata mengerikan "balas dendam".

BALAS!

DENDAM!

Ruangan itu seolah seperti neraka yang mengerikan!

Kenzo dijebloskan ke penjara sejak saat itu! Di penjara, Kenzo, yang telah berlatih seni bela diri sejak kecil, bertarung melawan para pengganggu penjara dengan seluruh kekuatannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria Bernada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 Kedatangan Fiona

"Hei, Kaneo terluka parah di tangan Daren, tapi orang itu sama sekali tak tergores. Menurutku, ini bukan pertanda baik. Saat dia kembali dalam beberapa hari, kita—tidak, aku sendiri yang akan menemuinya. Daren mengirimnya ke rumah sakit, dan aku akan mengirimnya ke dunia arwah untuk berbicara langsung dengan malaikat maut tentang nasibnya."

Sambil melakukan pull-up dengan satu tangan, Kenzo berujar santai, "Penjara ini sebenarnya cukup sederhana. Para narapidana hukuman mati di sini sudah kehilangan harapan. Mereka memang liar, tapi mereka memuja kekuatan. Selama kau bisa mengguncang mereka, baik secara fisik maupun mental, mereka akan tunduk tanpa perlawanan."

Max tertawa kecil, lalu menghentikan latihannya. Ia melangkah menuju gerbang besi, menggenggam jerujinya, dan tersenyum misterius. "Heh, pertarungan pagi tadi sebenarnya sudah cukup untuk mengguncang mereka. Tapi aku tidak suka orang yang cuma jadi penonton. Aku butuh saudara-saudara yang setia."

Mata Max berkilat saat menoleh ke Kenzo. "Bos, berapa banyak tenaga yang kau gunakan saat bertarung waktu itu?"

Kenzo berhenti sejenak sebelum tersenyum kecil. "Tujuh puluh persen."

Harimau Gila mengangkat bahu. "Bos tetap bos. Aku sudah mengerahkan... delapan puluh persen dari kekuatanku."

Tiba-tiba, terdengar suara gemerincing pintu yang terbuka dari kejauhan. Tak lama kemudian, empat penjaga penjara muncul di depan sel Kenzo. Dengan nada sedikit canggung, salah satu dari mereka berkata, "Saudara Kenzo, ada tamu yang ingin menemui Anda."

Kenzo mengerutkan kening. Kunjungan penjara? Itu hal yang mustahil. Para terpidana mati di tempat ini dikurung dalam kerahasiaan tinggi, jauh dari dunia luar. Siapa yang bisa tahu bahwa dia ada di sini?

"Siapa?" tanyanya dengan suara datar.

Salah satu sipir menjawab, "Seorang gadis. Dia mengaku bernama Fiona."

Kenzo terdiam sesaat sebelum menghela napas pelan. Gadis keras kepala itu… Masih saja dia belum menyerah?

Tapi sekarang semuanya masuk akal. Pasti karena gadis itu dia belum dieksekusi. Fiona adalah cucu Vincent, Kepala Staf Militer Selatan.

Namun, apa gunanya pertemuan ini? Jalan yang sudah dia pilih tak lagi memiliki jalan kembali. Dulu pun dia tak pernah pantas untuk gadis itu, dan kini dia hanya seorang terpidana mati—seorang pembunuh di mata dunia.

Lebih baik dia tidak menemuinya.

"Itu…" Salah satu sipir tampak ragu-ragu sebelum akhirnya berkata, "Kenzo, tolonglah. Gadis itu benar-benar berbahaya. Dia bilang kalau Anda menolak bertemu dengannya, dia akan membuat kami semua dicopot dari jabatan dan dijebloskan ke sel ini. Bisakah Anda sedikit kasihan pada kami?"

Kenzo tersenyum pahit. Sikap itu… sangat khas Fiona.

"Baiklah, antar aku menemuinya."

Keempat sipir itu langsung menghela napas lega seolah baru saja lolos dari maut.

Karena tak pernah ada prosedur kunjungan untuk narapidana hukuman mati, pertemuan itu diatur di ruang kepala distrik di gedung utama penjara.

Saat Kenzo masuk ke ruangan, Fiona sudah duduk di meja tamu. Bibir merahnya mengerucut, matanya kosong menatap teh di hadapannya, entah apa yang sedang ia pikirkan.

Di belakang Fiona, berdiri empat prajurit bertubuh kekar, jelas mereka ditugaskan untuk melindunginya.

Meskipun wajah Fiona saat ini dipenuhi kesedihan, kecantikannya tetap tidak bisa disembunyikan. Dibandingkan dengan sikap angkuhnya di masa lalu, kini ia justru terlihat seperti bunga yang layu—lembut dan penuh duka. Dulu, di sekolahnya, Fiona dan Selena dikenal sebagai dua gadis tercantik, menduduki peringkat teratas bersama. Yang satu menggoda, yang satu lembut, masing-masing punya daya tariknya sendiri. Namun, entah kenapa, keduanya justru jatuh cinta pada orang yang sama—Kenzo, pemuda eksentrik yang sulit diatur, bahkan terkadang agresif.

Sayangnya, Selena lebih dulu mengungkapkan perasaannya pada Kenzo. Sementara itu, Fiona hanya bisa menyembunyikan perasaannya, memilih tetap berteman baik dengannya. Tapi semua orang di sekolah tahu perasaannya, dan tentu saja, Kenzo juga menyadarinya.

Namun, dia sudah memilih Selena dan tidak menyesalinya. Ia hanya bisa meminta maaf kepada Fiona.

Lagipula… sebagai cucu seorang Kepala Staf Militer, bagaimana mungkin dia bisa bersama gadis seperti itu?

"Uhuk…uhuk..."

Suara batuk ringan dari Kenzo membuyarkan lamunan Fiona.

Tubuhnya yang ramping sedikit bergetar sebelum ia perlahan mengangkat kepala. Tatapannya bertemu dengan Kenzo, penuh kebencian yang tertahan, namun air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia menggigit bibir, berusaha menahan isak tangis, tetapi tubuhnya gemetar.

Kenzo hanya tersenyum tipis, suaranya tenang. "Terima kasih sudah datang menemuiku."

Begitu mendengar suaranya, pertahanan Fiona runtuh. Air matanya mengalir deras seperti bendungan yang jebol, namun ia tetap berusaha mengontrol dirinya. "Kamu... bagaimana bisa terluka? Ada yang menganiayamu di dalam penjara?"

Mendengar pertanyaan itu, beberapa penjaga di belakang Kenzo refleks menoleh dengan ekspresi aneh.

Menganiaya dia? Astaga… wanita ini benar-benar punya selera humor yang tinggi.

"Tidak," jawab Kenzo ringan. "Aku hanya berlatih di dalam sel dan sedikit terluka. Akan sembuh dalam beberapa hari."

Fiona menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Ia melambaikan tangan, memberi isyarat agar orang-orang di belakangnya keluar. Para penjaga penjara tampak ragu, tetapi keempat prajurit yang mengawal Fiona langsung menyeret mereka keluar tanpa basa-basi.

Sungguh lelucon. Apa gunanya dua sipir itu di sini? Mereka bukan siapa-siapa di hadapan kekuatan militer Fiona.

Begitu ruangan itu hanya tersisa mereka berdua, Fiona akhirnya berbicara. Suaranya lembut, penuh luka. "Kenapa?"

Kenzo tersenyum samar. "Kau selalu suka bertanya begitu, seperti anak kecil yang tak pernah tumbuh dewasa."

"Aku memang masih anak-anak. Lalu kau pikir kau sudah dewasa?" Fiona mendengus. "Seharusnya kau datang padaku! Aku bisa membantumu. Dengan kakekku di sini, kita bisa membalas dendam bersama!"

Kenzo menggeleng pelan. "Aku tidak butuh bantuan siapa pun. Ini urusanku. Aku sendiri yang akan menyelesaikannya. Mereka harus membayar harga yang pantas."

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Kenzo.

Fiona berdiri dengan tubuh gemetar, air matanya kembali mengalir deras. "Apa kau tahu berapa banyak orang yang menderita karena tindakanmu? Apa kau tahu bagaimana orang tuamu hidup sekarang?! Mereka bahkan tak berani keluar rumah karena putra mereka dianggap sebagai pembunuh! Guru kelasmu mengundurkan diri, kepala sekolah dihukum, hanya karena muridnya dianggap sebagai penjahat!"

Suara Fiona bergetar. "Kenzo, pernahkah kau berpikir tentang ini? Tentang berapa banyak kehidupan yang kau hancurkan hanya karena egomu? Kau sudah dewasa… tapi kenapa masih begitu impulsif dan egois?"

Melihat Kenzo yang perlahan menundukkan kepalanya, hati Fiona terasa perih. Dia tahu betul betapa kematian tragis Selena telah meninggalkan luka yang begitu dalam bagi Kenzo. Dia juga mengerti betapa besar penderitaan yang harus ditanggung oleh pemuda itu.

Dengan lembut, Fiona mengulurkan tangan untuk menyeka darah di sudut bibir Kenzo. "Apakah menurutmu Selena akan bahagia jika melihatmu seperti ini?" suaranya bergetar. "Dia mencintaimu… sangat mencintaimu. Harapan terbesarnya adalah agar kau bisa hidup bahagia. Tapi kau malah memilih jalan tanpa kembali, membuat keluargamu dan orang-orang di sekitarmu ikut merasakan penderitaan. Apakah menurutmu roh Selena di alam sana akan tenang?"

Fiona menarik napas dalam, menahan air mata yang menggenang. "Karena perbuatanmu, beberapa orang bahkan menyalahkan Selena. Mereka mengatakan bahwa kamulah alasan semua ini terjadi. Kenzo, kau membuatnya tidak bisa beristirahat dengan damai. Kumohon… sadarlah."

Dengan perlahan, dia merangkul Kenzo dari belakang, tubuhnya bersandar di bahu yang dulu selalu ia rindukan. "Selena telah pergi, tapi kau masih memilikiku. Aku mencintaimu… sama besarnya dengan perasaanku padanya. Jadi, berjanjilah padaku… jangan terus menyiksa dirimu sendiri."

Kenzo menarik napas panjang, menatap kosong ke langit-langit di atasnya. Suaranya lirih, nyaris tak terdengar. "Tak peduli apa yang kau katakan, bagaimana pun kau memandangku… aku tidak akan menyesalinya. Tidak akan pernah. Semuanya sudah terlambat… sudah terlambat."

Fiona menggeleng dengan penuh keyakinan. "Belum terlambat!" katanya tegas. "Kakekku sudah menangani Reno dan keluarganya. Mereka tidak akan mengajukan banding. Hukuman matimu kini ditangguhkan. Kau ditempatkan di penjara ini untuk suatu tujuan. Meskipun sebagian besar tahanan di sini tidak akan pernah bebas… selalu ada pengecualian."

Dia menatap Kenzo dengan penuh harapan. "Bertahanlah di sini, paling lama satu tahun… mungkin kurang dari enam bulan. Kakekku sudah mengatur semuanya. Akan ada seseorang yang datang untuk mengeluarkanmu. Aku akan menunggumu… sampai kau bebas."

Kenzo menatap Fiona dengan tatapan bingung. "Aku masih punya kesempatan untuk keluar?"

Fiona mengangguk mantap.

Kenzo terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Terima kasih… atas semua yang telah kau lakukan untukku. Tapi jika aku keluar… lalu apa? Aku telah mengkhianati masyarakat ini. Apa yang bisa kulakukan setelah kembali?"

Fiona menyeka air matanya dan tersenyum. Sebuah senyuman yang membuat Kenzo terpana—begitu indah, begitu tulus.

"Aku akan mengatur segalanya untukmu," katanya yakin. "Aku mengenalmu lebih baik dari siapa pun. Jangan khawatir… aku janji, kau akan menyukainya."

Dia kemudian mencondongkan tubuhnya, berbisik di telinga Kenzo. "Kakekku menitipkan sebuah pesan untukmu… hanya dua kata: ‘Kekuatan’. Ingat itu… kekuatan."

Wajahnya mendadak merona, tapi dia tetap melanjutkan, suaranya nyaris berbisik. "Dan satu hal lagi… Kakek bilang… jika kau bisa mencapai harapannya, dia akan setuju untuk membiarkanku menikah denganmu."

Setelah itu, dia berinisiatif mencium Kenzo saat dia tidak memperhatikan, Fiona tidak dapat membendung nafsunya terhadap Kenzo, Fiona langsung mendorong Kenzo ke dinding dengan paras yang menggoda dan melepas semua kain yang ada di badannya.

Fiona memperlihatkan postur tubuh yang sempurna, tanpa pikir panjang Fiona membantu Kenzo untuk melepas semua kainya.

"Apa yang kau lakukan Fiona? Apa kau sudah gila?"

Kenzo terkejut akan tingkah laku Fiona yang berubah.

"Diam! Jangan biarkan para penjaga mendengarnya!", ujar Fiona yang sibuk mempermainkan pen1$ Kenzo dengan p4yud@r@ besarnya, Kenzo yang terbawa arus, kini hanya menikmati gerakan-gerakan yang di lakukan Fiona.

Kenzo menghela nafas panjang saat melihat Fiona yang masih sibuk mempermainkannya. Fiona menatap Kenzo dengan wajah menggoda.

"Hei, ku pikir kau akan menolaknya, enak kan?", Kenzo tidak bisa membantah, ia langsung menyondorkan Fiona ke dinding dan mulai memasukannya perlahan.

"Aaaa.. Aaaa.. Aaa, bisa pelan-pelan, kan?"

"Jangan terlalu kencang untuk m3nd3s4h, jika penjaga mendengarnya aku yang akan mati"

Beberapa menit berlalu.

"Sedikit lagi Fiona! Sedikit lagi.... "

"Keluarkan... Keluarkan Kenzo! Aku belum siap mengandung.... "

Beberapa gaya telah mereka lakukan, Kenzo yang tak tahan untuk mengeluarkan cairan putih, kini mengeluarkannya, tepat di p4yud@r@ kiri Fiona, setelah itu mereka kembali menanggalkan pakaiannya.

Wajah Fiona memerah saat dia menatap Kenzo dan berkata, "Sebenarnya, aku tahu bahwa aku masih ada di hatimu. Aku menunggumu, dan aku akan selalu menunggumu.”

Ga suka skip {>_<}

1
Fatkhur Kevin
Felix poligami
Fatkhur Kevin
pembantaian
Fatkhur Kevin
pertempuran di hotel. borong anggur tjap orang tua
Fatkhur Kevin
merekrut kader
Fatkhur Kevin
naik tingkat provinsi
AXYs
Sadissooo…
Fatkhur Kevin
masih suap menyuap
AXYs
Ettdah baru baca dah berdarah sekale…. 😱😱
Lyha Arroyyan Alfarizqi
gila thor,,, 👏👏👏👏👏👏👏
Bagaskara Manjer Kawuryan
Keren ini ceritanya 👍👍👍
Jhony Meranam
mantap
Raja Semut
Lanjut/Hunger/
Raja Semut
whahaha sangat mendominasi cerita nya /Joyful/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!