Tepat di hari pernikahan, Ayana baru mengetahui jika calon suaminya ternyata telah memiliki istri lain.
Dibantu oleh seorang pemuda asing, Ayana pun memutuskan untuk kabur dari pesta.
Namun, kaburnya Ayana bersama seorang pria membuat sang ayah salah paham dan akhirnya menikahkan Ayana dengan pria asing yang membantunya kabur.
Siapakah pria itu?
Sungguh Ayana sangat syok saat di hari pertama dia mengajar sebagai guru olahraga, pria yang berstatus menjadi suami berada di antara barisan murid didiknya.
Dan masih ada satu rahasia yang belum Ayana tahu dari sang suami. Rahasia apakah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tria Sulistia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Ayana Ini Istriku
Detik berikutnya, wanita yang bersama Samsul pun tergelak sembari melayangkan tatapan mencemooh pada Ayana.
"Jangan sembarangan kalau bicara ya, Mbak! Mana mungkin Mas Samsul punya tiga istri. Dia itu cinta mati sama saya," si wanita penuh percaya diri menggelayut manja di lengan Samsul.
Tedi yang menjadi penonton pun ikut bingung. Dia menggaruk kepala setengah plontos sambil mengerutkan kening.
"Ini sebenarnya bagaimana sih? Saya bingung. Raynar culik calon istri orang, terus ini Pak Samsul punya istri tiga. Ceritanya bagaimana?" kata Tedi mengutarakan kebingungannya.
"Begini, Pak Tedi. Ayana hampir saja menikah sama Samsul dan akan dijadikan istri ke empat. Lalu saya sebagai pacarnya Ayana tidak terima dong, jadi ya saya culik saja Ayana pas hari pernikahan," jelas Elang dengan dibumbui sedikit kebohongan.
Tedi pun mangut-mangut.
Sedangkan Ayana membetulkan ucapan Elang dan mengeluarkan ponsel untuk menunjukan tiga foto yang masing-masing memperlihatkan pernikahan Samsul dengan wanita yang berbeda.
Ayana dapatkan foto-foto itu tepat saat hari pernikahannya dan foto itulah yang membuat Ayana sadar kalau dia akan dijadikan istri keempat lalu memilih kabur.
"Sekarang lihat kan, Mbak? Buktinya sudah jelas," tandas Ayana tersenyum puas.
"Lilis, aku bisa jelaskan. Itu semua rekayasa," kilah Samsul.
Wanita bernama Lilis itu mendelikan mata seraya berkacak pinggang.
"Tega kamu ya, Mas. Kamu menikah lagi tanpa minta izin dari aku."
"Memang kalau aku bilang, kamu bakal memberi izin?" Samsul bertanya membuat Lilis semakin melototkan mata.
Plak.
Satu tamparan keras mengenai pipi kiri Samsul, menjadikan semua orang terlonjak kaget akan sikap Lilis.
Sambil memegangi pipi yang memerah, Samsul menoleh pada Lilis. Dia tak percaya istrinya itu akan menampar dirinya di hadapan banyak orang.
Sedangkan Lilis masih terdiam di tempat dengan dada naik turun menahan amarah yang menyesakan dada. Tampak kedua bola mata Lilis sudah menggenang dan siap menumpahkan air mata.
"Aku minta ceraikan aku secepatnya, Mas! Aku sudah kecewa sama kamu," ucap Lilis serak.
Kemudian, dia berlari memecah kerumunan orang dan pergi meninggalkan aula pesta.
Teriakan Samsul yang terus memanggil namanya, diabaikan oleh Lilis. Wanita itu menangis terisak dengan kaki yang terus berlari.
"Makanya, Pak Samsul, jangan serakah! Satu istri saja nggak bakal habis, ini malah punya tiga," Tedi mencibir seraya melirik tajam pada Samsul. "Kalau bisa mah satu istri disedekahkan buat saya yang masih lajang."
"Enak saja kalau ngomong," bentak Samsul sebelum akhirnya dia berlari mengejar Lilis.
Di saat hati Lilis hancur lebur mendapati suaminya diam-diam telah menikah sebanyak dua kali, Ayana justru tersenyum senang.
Biarlah orang berkata Ayana jahat karena bahagia di saat orang lain menderita. Namun, itulah kenyataan yang harus dihadapi.
Daripada menyenangkan hati orang lain dengan suatu kebohongan, lebih baik berkata jujur meski rasanya sakit.
Rasa senang Ayana masih terasa hingga dia berada dirumah. Senyum lebar tak pernah luput dari bibir Ayana semenjak pulang dari pesta.
Sekarang ini dia dan Elang sedang duduk di sofa ruang tamu, melepas penat sejenak sebelum masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian.
"Jangan senyum-senyum terus, nanti dikira orang gila!"
Sebuah suara bariton menyadarkan Ayana, membuat dia menoleh dan langsung menoyor kepala Elang.
"Aw. Kenapa aku ditoyor sih? Mau dikutuk jadi istri durhaka?" ujar Elang tak terima.
"Eh, itu hukuman buat kamu yang tadi seenaknya saja minta dicium," Ayana berkata dengan nada ketus.
"Ya kan supaya Pak Tedi percaya kalau kita suami istri," Elang membela diri.
Ayana hanya mendengus pelan sambil memalingkan muka kesal. "Tapi tadi itu berlebihan."
Elang tersenyum penuh arti saat menoleh pada Ayana. Dia merentangkan tangan kanannya agar bisa merangkul pundak sang istri yang sedang cemberut.
"Ya wajar lah, Ay. Malah kalau suami istri bermesraan itu dapat pahala."
Segera Ayana menampik tangan Elang yang nangkring di pundaknya. Dia beranjak berdiri dan langsung masuk ke dalam kamar dengan raut kesal.
Sementara Elang hanya menatap kepergian Ayana sambil menghela nafas berat.
"Ish, jutek banget jadi istri. Pantesan namanya buaya."
Elang menghempaskan punggung ke sandaran sofa sekaligus menarik nafas panjang. Dia menatap langit-langit rumah dengan tatapan kosong.
Dua tangan dilipat dan digunakan sebagai bantalan kepala oleh Elang yang sedang hanyut dalam pemikirannya.
Lalu tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang menjadikan Elang bangkit berdiri untuk menyambut tamu yang datang.
"Elang," sapa seorang wanita seumuran Ayana dengan mata sembab dan memerah.
Jelas sekali jika wanita itu baru saja menangis.
"Diva," ucap Elang tercengang tapi detik berikutnya dia menggeser tubuh untuk mempersilahkan Diva masuk ke dalam rumah.
Diva dan Elang duduk berdampingan di sofa yang cukup untuk ditempati oleh dua orang.
Elang menautkan alis heran ketika melihat Diva yang terus saja tertunduk dengan sesekali terdengar suara terisak.
"Kamu kenapa, Va?" Elang bertanya.
Namun, Diva tak menjawab, malah langsung memeluk erat perut Elang dan tangisannya pun pecah seketika itu.
Membuat Elang bertambah heran tapi dia memilih untuk tetap diam saja membiarkan Diva meluapkan kesedihan dan menunggu wanita itu tenang.
"Diva, kalau kamu pengen nangis, nangis aja, tapi bisa nggak jangan pakai peluk-pelukan begini? Aku takut ada buaya ngamuk."
"Siapa? Bukannya kamu tinggal sendirian? Aku sedang butuh sandaran, Lang. Sebentar saja seperti ini. Aku mohon," pinta Diva masih dengan suara terisak.
Elang melirik ke arah pintu kamar Ayana sambil berharap istrinya itu tidak keluar dari kamar dan melihat Diva.
Meskipun pernikahan Ayana dan Elang tidak didasari oleh rasa cinta, tapi Elang tidak mau Ayana salah paham dan menilai dirinya sebagai pria brengsek.
Sayang sekali harapan Elang sedang tidak dikabulkan oleh Tuhan. Karena nyatanya Ayana keluar dari kamar setelah mengganti pakaian.
Ayana terpaku begitu pandangan matanya menangkap sosok wanita cantik sedang memeluk Elang. Sorot mata Ayana mengisyaratkan rasa tidak senang melihat tamu wanita itu.
Hal yang sama juga terlihat dari pancaran mata Diva yang mendapati ada seorang wanita tinggal satu atap dengan Elang.
"Dia siapa, Lang?" Diva dan Ayana kompak bertanya.
Elang gelagapan dengan bola mata yang melirik ke arah Ayana dan Diva secara bergantian. Elang sadar jika dua wanita di hadapannya sama-sama melayangkan tatapan permusuhan.
Terlebih dahulu Elang berusaha melepaskan lengan Diva yang melingkar di pinggangnya, lalu dia berkata, "Ayana, kenalkan ini Diva, temanku."
Sekilas Ayana memindai penampilan Diva yang memakai tank top dan rok mini. Lalu dia menampilkan senyum getir sambil berkata, "Oh, cuma teman."
Berdasarkan surat perjanjian, Ayana tahu bahwa dia tak seharusnya mencampuri urusan pribadi Elang apalagi cemburu saat Elang dekat dengan wanita lain.
Tapi pada kenyataanya, dada Ayana sesak dan dia tidak bisa untuk tidak marah melihat Diva memeluk erat tubuh Elang.
"Iya, aku temannya Elang," kata Diva mengulas senyum ramah meski suasana hatinya sedang bersedih. "Maaf, kalau kamu ada hubungan apa dengan Elang?"
"Ayana ini istriku, Va," jawab Elang berterus terang.
Diva tercengang dan secepat kilat menoleh ke arah Elang dengan sorot mata tak percaya.
"Istri kamu? B-bagaimana bisa?"
Ntar nyesel loooo
Klw Elang anak konglomerat gmn...apa gak bakal minta tlg nyelametin usahanya yg lg sekarat?
Yakin?