Spinoff The Lost Emir
Nandara Blair, pembalap MotoGP dari tim Ducati, tanpa sengaja menabrak seorang gadis saat menghindari seekor kuda yang lari. Akibatnya, Wening Harmanto, putri duta besar Indonesia untuk Saudi Arabia yang sedang berlibur di Dubai, mengalami kebutaan. Nandara yang merasa bersalah, bersedia bertanggung jawab bahkan ikhlas menjadi mata bagi Wening. Bagaimana kisah antara Emir Blair dan seorang seniman tembikar yang harus kehilangan penglihatannya?
Generasi Ketujuh Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wening Di Sirkuit
"Sudah pulang kamu?" tanya Charlotte ke Nandara yang sedang mengagumi tembikar karya Wening. "Waaaah, cantiknya! Kamu yang buat sendiri, Wening?" Charlotte melihat hasil karya gadis itu dengan perasaan kagum.
"Iya. Maaf tidak terlalu cantik karena biasanya aku hias dengan banyak pernak pernik," senyum Wening.
"Harusnya tinggal dibakar, jadi keras dan cantik."
"Nandara! Aku kan tidak bisa lihat!" protes Wening galak.
"Bisa minta tolong ke Habibah, Wening."
Charlotte melihat Nandara dan Wening mulai ribut, akhirnya buka suara.
"Sudah sudah. Kok malah berantem. Ayo, kalian sholat ashar berjamaah yuk," ajak Charlotte.
***
Nura, Alaric, Izzy, Damian dan Radhi melihat hasil karya Wening dan mereka kagum dengan kemampuan gadis itu meskipun tidak bisa melihat.
"Apakah kamu memikirkan sesuatu, C?" tanya Radhi ke istrinya yang tampak serius.
"Aku mau memasarkan hasil karya Wening di Morr. Mbak Izzy gimana? Kan bisa di toko bunga juga dipasarkan." Charlotte menatap Izzy yang juga suka dengan karya Wening.
"Apa aku minta Wening membuat pot ya? Tapi prosesnya pasti butuh dibakar untuk kuat tho?" gumam Izzy sambil menatap semua orang.
"Jadi kamu mau mempromosikan karya Wening secara tidak langsung ya?" tanya Damian.
"Apakah boleh mas Dam?" Izzy menatap suaminya.
"Kamu bicarakan saja dulu sama Wening. Bukan apa-apa, Wening kan sementara disini dan pasti akan kembali ke Saudi Arabia. Kita kan menunggu hasil observasinya dan selama itu dia disini karena bentuk pertanggungjawaban Nandara ke Wening." Damian menatap lembut ke Izzy.
"Iya. Aku juga diberitahukan oleh dokter, hasilnya akan keluar besok Senin. Biar aku dan Nanda yang kesana ... apapun hasilnya, aku dan Nanda tetap melakukan yang terbaik untuk Wening," jawab Nura.
"Asalkan kalau butuh donor, tidak bilang sama anak jagal di London dan Dallas saja," gumam Alaric membuat semua orang menatap sebal ke pria yang biasa dipanggil Gedhe Ambeg.
"Awas kamu bilang ke Rania dan Galena!" ancam Nura.
***
Nandara menemani Wening di teras belakang sembari menikmati angin sepoi-sepoi di musim semi ini. Gadis itu tampak memejamkan matanya seolah menghayati suasana yang berbeda disana.
"Harum udara bersih ...."
"Istana Blair memang agak jauh lokasinya dari keramaian kota ... Asal kamu tahu, istana ini pernah porak poranda lho," ucap Nandara.
"Kenapa?"
"Dulu Oma buyutku, Thara Al Azzam, disandera disini karena dia pewaris tahta Al Azzam. Ironisnya, ayahnya yang punya hak, disingkirkan oleh adiknya hingga mengungsi ke Salatiga Indonesia. Saat itu Opa buyutku, Aidan Blair, yang menjadi boss Oma Thara, berusaha membantu membebaskan bersama dengan keluarga kami. Yang cukup konyol adalah Opaku yang lain, Levi Reeves, menggunakan grenade launcher buat hancurkan istana ini." ( Baca My Cold Chef )
Wening menoleh ke arah Nandara. "Serius?"
"Serius. Keluarga kami hobi gegeran dari generasi kedua ... Itu sudah ada dalam DNA kami. No rusuh no life."
Wening tersenyum. "Untung kalian sultan ... Orang biasa sudah masuk penjara."
"Siapa bilang kita tidak pernah dipenjara? Kita bolak balik masuk penjara Wening."
"Iyakah?"
Nandara mengangguk. "Kita sudah gegeran di berbagai negara dan paling parah waktu Oom aku menemukan praktek penjualan organ tubuh manusia di Singapura. Oom ku bernama Sadawira Yustiono saat itu masih mahasiswa kedokteran di Singapura dan dari situ kita jadi tahu bahwa korbannya dari banyak negara. Puncaknya, salah satu anak buah Oomku yang Yakuza Jepang di Tokyo menjadi korban hanya karena memiliki darah langka. Kami semua gegeran hingga dipenjara di penjara federal Hongkong. Wah, itu benar-benar kacau. Kita semua disidang disana bahkan beberapa kali kena teror di penjara." ( Baca Jayde and Wira Stories )
Wening menatap Nandara dengan tatapan tidak percaya. "Keluarga kamu? Dipenjara? Yang benar saja!"
"Tanya Oom Damian. Dia salah satu orang yang sempat dipenjara di Hongkong. Daddy ku tidak ikut karena sibuk balapan padahal juga pengen ikut gegeran," jawab Nandara.
"Oh ya ampun. Sementara di negara lain, mereka bahkan tidak dipenjara karena hakim pun segan," senyum Wening.
"Apa? Di Konoha?" tebak Nandara. "Sudah pernah Wening ...."
Wening semakin terbengong-bengong. "Benarkah?"
"Sepupuku, Lachlan de Luca, Sagara Hadiyanto dan Raiden Park dipenjara karena mas L menembak penjahat yang dicari oleh polisi. Mereka sempat merasakan penjara mungkin sekitar empat harian. Beruntung yang ditembak kepala preman, pengedar narkoba jadi, ya dimaafkan. Apalagi si pelaku juga membunuh kedua orangtuanya demi uang asuransi," jawab Nandara.
Wening menggelengkan kepalanya. "Keluarga kamu memang ... Aduhai."
Nandara mengangguk. "Tapi kami tetap manner, Wening."
"Wening ... Bisakah kita bicara serius?"
"Apa itu?"
"Wening, besok Senin hasil observasi kamu akan keluar. Aku dan Oma Nura akan ke rumah sakit ... Apakah kamu mau ikut?"
"Tentu saja !"
"Wening, bagaimana jika kamu memang tidak bisa disembuhkan ...."
Wening mencoba meraih tangan Nandara dan pria itu menggenggamnya.
"Nandara, aku sudah berusaha menerima kondisi aku. Seperti aku bilang, aku tidak mungkin bermuram durja terus kan? Jika memang aku ditakdirkan tidak bisa melihat, ya aku harus menerimanya. Jika aku harus menunggu donor mata, ya aku terima." Tangan Wening terasa menggenggam erat tangan Nandara.
"Maafkan aku Wening. Aku membuat kamu seperti ini," ucap Nandara dengan nada menyesal.
"Tidak apa-apa. Sudah terjadi kok."
Nandara menoleh ke Wening. "Bagaimana kalau besok kamu temani aku latihan?"
"Apa?"
"Iya, kamu ikut sama aku besok. Temani saja. Biar kamu tahu keributan disana," jawab Nandara.
"Tapi aku tidak bisa melihat."
"Tidak apa-apa."
Wening hanya mengangguk.
***
Keesokan harinya Wening menemani Nandara ke Dubai International Circuit. Gadis itu bersama dengan Habibah sebagai matanya, berjalan mengikuti Nandara ke paddocknya. Wening mendengar suara mesin, suara orang-orang dengan berbagai bahasa dan bau asap mesin serta bahan bakar.
Wening bisa merasakan suasana yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Ini pertama kalinya dia ke sirkuit dan suasana menegangkan disana. Hingga ada seseorang menabrak dirinya dan Habibah hingga Wening terjatuh. Habibah langsung berusaha menolong Wening yang kaget.
Nandara yang melihat, bergegas menghampiri Wening. Pria itu langsung membantu Wening berdiri dan memeluknya. Sementara Farouq dan Mail menghampiri mereka semua.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Nandara.
"Aku baik-baik saja," jawab Wening gugup karena kaget dan ... Sekarang Nandara memeluknya.
"Hei! Hati-hati!" bentak Nandara ke arah orang itu.
"Maaf Emir Blair!" ucap pria itu yang ternyata salah seorang teknisi yang terburu-buru menuju area mesin.
"Dasar!"gerutu Nandara.
"Nandara, aku rasa aku tidak cocok disini," gumam Wening yang masih bingung kenapa dia masih dipeluk Nandara.
"Omong kosong! Dia saja yang ceroboh! Main nabrak orang!" balas Nandara galak.
"Nanda ...."
"Apa Wening?"
"Kamu mau sampai kapan memeluk aku seperti ini?" tanya Wening.
Nandara terkejut. "Aku masih memeluk kamu ya?"
"Iya ...." Suara Wening terdengar pelan.
Nandara melepaskan pelukannya. "Maaf, aku terlalu reflek karena takut kamu kenapa-kenapa."
Wening sedikit tersipu. Apakah kamu memang seperti ini padaku atau kepada semua orang?
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️
biarkan Wening bahagia dengan keluarga barunya..