Bagaimana jadinya kalau seorang pemuda yang baru berusia 18 tahun, dinyatakan menjadi Narapidana dan di penjara selama 10 tahun lamanya, karena telah menghabisi seseorang demi berusaha untuk menyelamatkan kakaknya dari pemerkosaan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda kaya raya. Dan pemuda malang itu bernama Bara Aditama. Bukan hanya penjara saja yang dia dapatkan, tapi banyak ketidakadilan serta penyiksaan yang akan Bara dapatkan. Lalu apakah Bara mampu untuk bertahan? Sedangkan kakaknya yang mengalami Pemerkosaan telah menjadi depresi akibat kejadian yang menimpa dirinya? Lalu apa yang akan Bara lakukan kepada ketiga para penjahat yang masih berkeliaran di luar sana? Akankah Bara berhasil membalaskan dendam nya kepada mereka semua? Dan inilah perjuangan Bara setelah menjadi sang Narapidana.
#bantu like nya kawan dan jngan lupa komennya kasih tau jika ada kesalahan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cimde 123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ferdy menyiksa bara
Keesokan harinya, berita tentang keonaran yang telah dilakukan oleh Bara, langsung terdengar di telinga Tuan Herlambang dan juga Ferdy.
Mereka berdua benar-benar merasa sangat marah, saat mengetahui kalau anak bodoh itu, sudah berani melakukan pemberontakan dan perlawanan kepada para napi dan juga Sipir, yang menjadi suruhan mereka.
Brakkkk.....
Dengan keras, Ferdy menggebrak meja kerja milik papa nya, dan tentu saja hal itu membuat Tuan Herlambang menatap tajam.
"Pa..! Sepertinya kita tidak bisa membiarkan bocah itu tetap hidup pa."
"Kamu benar. Tapi, papa sudah tidak mempunyai waktu untuk mengurusi gembel seperti dia. Kau tahu sendiri bukan! Kalau sebentar lagi, papa akan mengikuti calon pemilihan anggota DPR. Itu artinya, waktu papa akan sangat sempit Ferdy." ucap Tuan Herlambang kepada putranya.
"Tapi aku tidak puas, jika bukan aku sendiri yang melakukannya pa. Mereka, para napi dan Sipir itu terlalu bodoh, masak mengurus pria lemah seperti dia saja tidak bisa."
"Ya sudah, sekarang terserah padamu. Bukankah papa telah menyerahkan dia padamu! Tapi ingat Ferdy. Saat ini kau adalah seorang pemimpin Perusahaan. Jadi kau harus tetap fokus dengan perusahaan kita."
"Baik pa. Aku mengerti dengan apa yang harus aku lakukan."
"Hem.. Sekarang keluarlah, papa masih mempunyai banyak pekerjaan."
Mendengar perintah dari papanya, Ferdy segera keluar dari dalam ruangan kerja milik papanya, namun setibanya di depan pintu, dia dikejutkan dengan kehadiran adiknya Alisa, yang sejak tadi berdiri mendengarkan percakapan mereka berdua.
Wajah Alisa tampak memerah menahan amarah, namun Ferdy hanya bersikap cuek kepada adiknya itu. Sedangkan Alisa, yang melihat sikap cuek kakaknya, langsung menarik tangan Ferdy, dia tidak rela kalau Ferdy terus terusan menyakiti Bara.
"Tunggu kak! Aku tidak setuju kalau kakak terus menyakiti kak Bara! " teriak Alisa membuat Ferdy membalikkan tubuhnya menatap kearah gadis cantik tersebut.
"Apakah kau menguping pembicaraan ku dan papa?" tanya Ferdy menatap tajam.
"Iya. Aku menguping pembicaraan kalian berdua. Dan aku tidak akan tinggal diam, kalau kau masih terus mengganggu Kak Bara."
"Oh! Ternyata kau sudah berani melawan sekarang ya. Sepertinya, setelah lulus sekolah kau semakin berani Alisa." sarkas Ferdy dengan nada yang begitu dingin.
Alisa menelan ludahnya kasar, dia sangat tahu seperti apa kakaknya, yang memiliki sifat kejam dan tidak perduli dengan orang lain. Bahkan kepada nya pun, Ferdy tega berbuat kasar, demi untuk mewujudkan keinginan yang dimiliki oleh pria itu.
Namun, kali ini Alisa tidak akan menyerah, dia tetap akan menghentikan niat jahat yang ingin dilakukan oleh kakaknya itu.
Bara. Atau aku, tidak akan tinggal diam." ancam Alisa memancarkan wajah serius.
"Cih! Dasar adik bodoh, seharusnya kau lebih memihak ku, bukan malah memihak pemuda miskin itu! Lihat saja, setelah ini kau akan aku kirim untuk kuliah di luar Negri. Kau, tidak akan pernah kembali sampai aku puas menyiksa pria bajingan itu!" ancam gantian Ferdy membuat Alisa menjadi sangat terkejut.
Setelah itu, Ferdy melangkah meninggalkan Alisa begitu saja.
Tujuannya saat ini, menuju ke dalam kamarnya, dan memanggil ketiga temannya yaitu, Dewa, Jimmy dan juga Rendy.
"Kak! Aku katakan sekali lagi padamu. Untuk tidak menyakiti Kak Bara. Atau aku, tidak akan tinggal diam." ancam Alisa memancarkan wajah serius.
"Cih! Dasar adik bodoh, seharusnya kau lebih memihak ku, bukan malah memihak pemuda miskin itu! Lihat saja, setelah ini kau akan aku kirim untuk kuliah di luar Negri. Kau, tidak akan pernah kembali sampai aku puas menyiksa pria bajingan itu!" ancam gantian Ferdy membuat Alisa menjadi sangat terkejut.
Setelah itu, Ferdy melangkah meninggalkan Alisa begitu saja.
Tujuannya saat ini, menuju ke dalam kamarnya, dan memanggil ketiga temannya yaitu, Dewa, Jimmy dan juga Rendy.
Setibanya di dalam kamar, Ferdy segera menghubungi para teman temannya itu. Dia berencana akan mengajak mereka untuk pergi ke lapas guna untuk melihat pria bernama Bara.
Rasanya, Ferdy benar-benar muak dengan Bara, sebab Bara merupakan kunci dari kehancuran dia dan juga papanya. Andai saja pria itu terus memberontak dan berusaha melawan para napi yang ada di lapas, itu artinya Bara mempunyai kesempatan untuk menjadi penguasa di Lapas tersebut.
Walaupun sebenarnya hal itu sangat mustahil terjadi, tapi entah mengapa di dalam hatinya yang paling dalam, ada rasa takut yang membuat Ferdy menjadi tidak tenang.
"Sial! Kenapa aku mempunyai rasa
takut kepadanya? Bukankah anak buahku dan orang suruhanku sangat banyak! Bahkan hanya beberapa detik saja aku bisa menghabisi pria itu. Lagian dia hanya pemuda lemah. Jadi, tidak perlu menganggapnya sebagai ancaman Ferdy." gumam Ferdy berbicara sendiri.
Dan setelah menghempaskan bokongnya di atas sofa, Ferdy pun segera menghubungi ketiga temannya yang saat ini tengah bersiap siap untuk berangkat ke kantor.
"Halo bos! Ada apa bos menelfon ku?" tanya Jimmy kepada Ferdy di balik telfon miliknya.
"Jimmy! Segera menuju ke lapas. Kita harus menemui anak sialan itu." titah Ferdy membuat Jimmy menjadi terkejut.
"Anak sialan itu! Maksud bos, si Bara adiknya Nadia! "
"Iya, aku baru mendapatkan laporan dari anak buahku, katanya tadi malam dia sudah berani berbuat onar di dalam sel, sepertinya anak itu sudah mulai berulah."
"Bos! Apakah kau takut. Tenang saja bos, dia tidak akan berani berbuat macam macam. Aku yakin itu."
"Kau benar. Tapi aku ingin sekali bisa menyiksanya Jimmy."
"Baiklah, kalau begitu kita akan bertemu di Lapas." jawab Jimmy tersenyum menyeringai.
Dan setelah menghubungi teman temannya, Ferdy segera melangkah keluar dari dalam kamar. Bahkan dia sampai melewatkan sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh mamanya di atas meja makan.
"Sayang! Kamu mau pergi kemana? tanya mama.. kepada putranya."
"Aku harus pergi sekarang juga ma. Ada urusan yang tidak bisa aku tunda.
Oya, tolong mama jaga putri kesayangan mama. Jangan biarkan dia keluar dari rumah ini." titah Ferdy kepada mamanya, seraya melirik tajam kearah Alisa.
Saat ini Alisa sudah duduk di kursi makan, dia yang mendengar perkataan kakaknya, hanya bisa diam. Sedangkan mama Amor langsung menyanggupi perintah dari putranya itu.
"Baiklah, mama pasti akan menjaga adikmu dengan baik."
Ferdy tersenyum kearah Alisa, lalu dia pun segera pergi meninggalkan kediaman Tuan Herlambang yang terlihat begitu megah bagaikan sebuah istana.
Hingga satu jam kemudian, Ferdy dan ketiga temannya sudah berada di sebuah ruangan yang kosong. Mereka sengaja meminta petugas Sipir yang sudah menjadi anak buah Tuan Herlambang, untuk menyediakan tempat tersebut.
Sedangkan di dalam sel. Bara merasa terkejut saat ada dua orang petugas yang menarik tangannya dengan paksa, saat ini kedua tangan Bara sudah di borgol, agar pria itu tidak kembali melakukan pemberontakan dan bertengkar kepada teman sel nya.
"Hei kau! Ayo ikut. Kami mempunyai kejutan untukmu." ajak petugas seraya tersenyum menyeringai.
Bara yang melihat senyuman mereka hanya bisa diam dan menatap tajam. Bara sangat yakin, kalau saat ini lagi lagi marabahaya tengah mendekati dirinya.
"Bersiaplah Bara. Kau harus kuat mengalahkan mereka semua." gumam Bara berdoa di dalam hatinya.
Para napi yang melihat kepergian Bara hanya bisa menatap iba. Entah mengapa, pria muda itu selalu saja mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari para petugas tersebut.
Dan tak lama berselang, Bara sudah tiba di dalam ruangan yang begitu pengap dan minum dengan cahaya. Hingga detik kemudian, cahaya lampu mulai di hidupkan hingga menampakkan sosok dari keempat orang iblis yang selama ini sangat Bara benci.
"Kalian......!! " teriak Bara dengan mata membulat sempurna.
Sudah satu tahun sejak dirinya di tahan di dalam sel, dan ini adalah kali keduanya dia bisa bertemu dengan Ferdy si Keparat bersama para teman teman iblisnya.
"Hahhahhaa....! Apa kabar Bara! Apakah kau terkejut melihat kami di sini!" ucap Ferdy seraya tertawa penuh kelicikan.
"Cih! Para iblis terkutuk. Kau dan ketiga temanmu pantas mati di tanganku!" teriak Bara dengan sangat emosi.
Kedua tangannya sudah terkepal kuat, begitu juga kedua matanya yang berubah menjadi memerah. Ferdy yang melihat hal itu, langsung menggerakkan telunjuknya di hadapan kedua Sipir, agar mereka segera minggir dari pria tersebut.
Dan setelah Bara berdiri seorang diri di hadapan mereka, dengan tangan yang masih di borgol kuat, Ferdy pun mulai melangkahkan kakinya guna untuk mendekati pria tersebut.
"Apa kabar Bara! Tidak terasa, sudah satu tahun lamanya kita tidak bertemu." ucap Ferdy dan langsung menarik rambut Bara ke belakang, sampai pria itu merasa sangat kesakitan.
"Pengecut kau Ferdy! Ku pastikan kau akan mati di tangaku suatu saat nanti! "
"Hahahahaha....!!! Aku tunggu ancaman mu itu Bara. Tapi, sepertinya pagi ini aku harus menyiksa mu terlebih dahulu."
Urat urat di leher Bara tampak keluar menonjol, jambakan yang Ferdy lakukan benar-benar sangat menyakitkan, tapi Bara tidak akan menyerah, hingga dengan kuat, dia pun segera melayangkan kedua tangannya yang sedang di borgol untuk menghajar perut dari pria tersebut.
Buukkkkkk....
Mendapatkan serangan yang dilakukan Bara, Ferdy pun langsung melepaskan jambakan nya dan mundur
ke belakang. Dia benar-benar tidak mengira kalau pria ini berani untuk menyerang dirinya.
"Kurang ajar! Berani sekali kau memukul perutku sialan!" maki Ferdy dengan sangat emosi.
"Bukankah sudah aku katakan, kalau aku berani menghabisi mu! "
"Lancang. Kau harus di siksa pagi ini juga."
Dengan cepat, Ferdy melepaskan jas kantor yang sudah dia kenakan, begitu juga dengan ketiga temannya.
Mereka menggulung lengan baju sampai ke siku dan bersiap untuk menyerang pria tersebut.
"Ayo kita siksa dia. Orang seperti dia pantas untuk di bunuh secara perlahan."
"Siap bos."
"Cih! Dasar kacung! Kalian semua benar benar sangat menjijikkan! " teriak Bara yang saat ini rambutnya sudah gondrong.
Penampilan Bara persis seperti seorang Mafia kelas kakap. Selain gondrong, wajah Bara juga terlihat sangar, apalagi ada bekas luka yang sangat banyak di wajahnya itu.
Hingga detik kemudian, perkelahian pun terjadi, Ferdy dan ketiga temannya menyerang Bara dengan sangat membabi buta.
Tapi, Bara dengan sigap dapat menahan serangan mereka, menggunakan kedua tangannya yang diborgol dengan sangat kuat. Sedangkan kedua kaki Bara, dengan lincah menyerang ke arah Ferdy dan para teman temannya. Hingga pertempuran sengit terjadi dengan begitu hebat.
Namun, setelah berusaha untuk menahan serangan, akhirnya Bara harus kalah akibat Ferdy menggunakan pukulan besi yang diberikan Sipir untuk menyiksa dirinya.
Bukkkk... Bukkkkk... Bukkkk...
"Rasakan ini! Kau akan tersiksa di tanganku!"
Ferdy menyerang wajah Bara menggunakan pukulan besomi itu, sampai mengeluarkan yang begitu banyak dari mulutnya, lalu Jimmy dan Dewa, menendang tubuh Bara menggunakan serangan kaki mereka, di tambah Rendy yang meninju perut Bara sampai merasa senap dan lemah tidak berdaya.
Mereka yang melihat Bara tersungkur di atas lantai, langsung tertawa terbahak bahak, rasanya benar-benar puas bisa membuat pria sok hebat itu menjadi begitu tersiksa.
"Mampus! Rasakan siksaan dariku! Kalau kau berani membuat onar lagi, maka aku akan datang untuk menyiksa mu lagi. " ancam Ferdy sambil menyeka darah yang keluar dari dalam mulutnya.
Darah itu adalah darah akibat pukulan yang Bara layangkan untuk nya, hingga membuat bibir Ferdy menjadi sedikit pecah.
Lalu mereka berempat pergi meninggalkan Bara. Dan menyerahkan Bara kepada kedua Sipir yang sedang berjaga.
Sungguh, rasa dendam di hati Bara menjadi semakin besar, dia bersumpah akan membalas perbuatan keji yang keempat iblis itu lakukan sampai berkali-kali lipat sakitnya.
"Tunggu pembalasan ku Ferdy!"
ada musuh mengintamu