Carla Dokter Dari Zaman Modern

Mereka tiba di istana tempat permaisuri berada. Saat turun dari kereta kuda, mereka langsung di sambut oleh beberapa orang pelayan.

"Silakan pangeran, putri, dan selir. Yang Mulia permaisuri sudah menunggu," ucap salah satu pelayan setia permaisuri.

"Terima kasih," ucap Carla. Sedangkan pangeran hanya mengangguk.

"Salam ibunda permaisuri," sapa Jian Chen, Carla, dan Hui Lin secara bersamaan sambil menunduk hormat.

"Bangunlah."

Mereka pun bangun dan berdiri seperti semula. Permaisuri memperhatikan Carla yang katanya jelek, namun sekarang malah terlihat lebih cantik.

"Kamu Hui Ying?"

"Benar ibunda permaisuri."

"Aku dengar kemarin kamu membuat keributan di pernikahan pangeran. Benar?"

"Ampun ibunda permaisuri, maafkan saya yang sudah lancang. Itu karena saya sangat mencintai pangeran dan tidak ingin berbagi suami dengan wanita lain. Namun sekarang saya sadar, jika cinta pangeran bukan untuk saya," jawab Carla sambil menunduk.

Jian Chen tertegun. "Sejak kapan dia pandai bicara?" batinnya.

"Jian Chen, sebagai seorang pangeran kamu adalah calon kaisar di masa depan. Jika dalam hal rumah tangga saja kamu gagal, bagaimana untuk memimpin kerajaan ini?" tanya permaisuri.

"Maafkan saya ibunda permaisuri, saya belum layak untuk menjadi pemimpin," jawab Jian Chen.

"Kalau pangeran Jian Chen menjadi kaisar, berarti aku akan menjadi permaisuri di masa depan. Tapi ada Hui Ying sebagai istri sah, sementara aku hanya seorang selir. Berarti aku harus bisa menyingkirkan Hui Ying," batin Hui Lin.

Carla memperhatikan wajah permaisuri yang terlihat sedikit pucat. Namun dia tidak berani menghampiri karena takut di anggap lancang.

"Maaf ibunda permaisuri, apa ibunda sering merasa pusing dan susah tidur di waktu malam?" tanya Carla.

Permaisuri terdiam sejenak, dia menatap Carla lebih dalam. Ada perasaan heran, kenapa perempuan di depannya ini bisa tahu?

"Dari mana kamu tahu?" tanya permaisuri penasaran.

"Saya hanya menebak, jika itu benar, saya bisa mengobati ibunda," jawab Carla.

"Benarkah?" tanyanya. Carla pun mengangguk.

Kemudian permaisuri meminta Carla untuk mendekat. Carla pun tersenyum lalu berjalan mendekati permaisuri.

Carla memeriksa denyut nadi permaisuri melalui lengannya. Dan setelah itu Carla pun meminta permaisuri untuk istirahat di kamar.

Permaisuri menurut saja, pangeran dan selir juga ikut melihat keadaan permaisuri.

"Apa ibunda permaisuri sakitnya parah?" tanya Jian Chen.

"Tidak, hanya insomnia," jawab Carla.

Tanpa sepengetahuan siapapun, Carla mengeluarkan jarum perak yang di minta dari gelangnya.

Jian Chen dan Hui Lin hanya memperhatikan Carla memberikan akupuntur pada permaisuri.

Carla menusukkan jarum perak ke titik-titik akupuntur. Kemudian Carla memberikan pijatan lembut pada bagian-bagian tertentu. Dan tidak berapa lama permaisuri pun tertidur.

"Dari mana kamu belajar ilmu pengobatan?" tanya Jian Chen.

"Huh, pangeran tidak pernah memperdulikan aku, jadi wajar saja jika pangeran tidak tahu. Tapi tidak apa-apa, aku juga tidak butuh perhatian dari pangeran," jawab Carla.

Jian Chen terdiam, memang selama ini perhatiannya hanya tertuju pada Hui Lin yang di anggapnya baik. Ia tidak tahu jika Hui Lin sebenarnya sangat licik dan jahat.

Mereka pun keluar, karena takut mengganggu tidur sang permaisuri. Carla memilih duduk sendiri, sedangkan Jian Chen duduk berdekatan dengan selir nya.

"Kakak, kenapa kakak tidak pernah bilang jika kakak pandai dalam ilmu medis?" tanya Hui Lin.

"Adik, apa setiap yang aku lakukan harus lapor sama kamu?" jawab Carla.

"Bukan begitu kakak, ayah sudah lama sakit, tapi tidak ada yang bisa menyembuhkannya," ujar Hui Lin.

Carla hanya tersenyum tipis, kemudian mengatakan jika nanti dia akan mengunjungi ayahnya.

Setelah beberapa jam permaisuri pun terbangun. Permaisuri pun kembali memanggil mereka, namun tidak dengan selir.

Jian Chen dan Carla pun kembali masuk ke dalam kamar milik permaisuri. Permaisuri tersenyum manis dan meminta Carla duduk di sampingnya.

"Apa permintaan mu? Sebutkan saja akan aku kabulkan, asal jangan merugikan orang lain," ujar permaisuri.

"Ibunda permaisuri, saya hanya ingin bercerai dengan pangeran," ucap Carla.

Pangeran terkejut, dari tatapan mata Carla sepertinya dia tidak main-main. Tapi pangeran juga tidak bisa berkata apa-apa.

"Apa?!" Hui Ying, jika emas, perak dan barang berharga lainnya akan aku kabulkan. Tapi cerai?" Permaisuri menggeleng. "Pernikahan kalian atas permintaan kaisar, maaf aku dan kaisar tidak bisa kabulkan," imbuhnya.

Carla menghela nafas, di zaman kuno ini seorang perempuan tidak boleh menceraikan atau meminta cerai jika tanpa persetujuan dari kaisar.

"Tapi kenapa tiba-tiba kamu ingin bercerai dengan pangeran?" tanya permaisuri lagi.

"Saya tidak tiba-tiba ingin bercerai, hubungan kami tidak cukup baik. Daripada saling menyiksa lebih baik di lepaskan saja," jawab Carla.

Permaisuri terdiam, dia tahu jika pangeran mencintai Hui Lin. Namun kaisar tidak menyukainya. Kaisar lebih menyukai Hui Ying yang di anggapnya baik daripada Hui Lin.

"Pelayan, ambilkan aku seribu tael emas dan hadiahkan kepada putri Hui Ying," kata permaisuri.

"Baik Yang Mulia permaisuri." Pelayan pun segera mengambil seribu tael emas untuk di hadiahkan kepada Hui Ying atau Carla.

"Aku tidak mencintainya, tapi kenapa hatiku sakit saat Hui Ying mengatakan ingin bercerai?" batin Jian Chen.

Pelayan datang dengan membawa seribu tael emas dan menyerahkannya kepada Carla. Carla pun tersenyum lalu mengucapkan terima kasih.

Carla juga memberikan suplemen kepada permaisuri untuk menjaga kesehatannya. Permaisuri pun menerimanya dengan senang hati.

Sebenarnya kaisar dan permaisuri lebih menyukai Hui Ying daripada Hui Lin. Itu sebabnya saat pernikahan Jian Chen dan Hui Lin mereka tidak hadir.

"Terima kasih ibunda permaisuri," ucap Carla.

"Iya sama-sama, sebaiknya kamu pertimbangkan lagi niat kamu yang ingin bercerai. Karena aku yakin jika kaisar pasti tidak akan setuju," ujar permaisuri.

"Boleh kita bicara?" tanya Jian Chen menyela.

Carla menoleh ke permaisuri, namun permaisuri mengangguk memberikan izin. Carla dan Jian Chen pun masuk ke sebuah ruangan lain.

"Apa yang kamu ucapkan tadi benar-benar serius?" tanya Jian Chen.

"Kenapa? Bukannya itu lebih bagus? Pangeran bisa bersama adikku selamanya tanpa ada yang menggangu lagi," jawab Carla.

Carla kemudian keluar dari ruangan itu dan kembali ke tempat permaisuri berada. Sementara Jian Chen masih berdiri mematung sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Ya itu bagus, tapi kenapa hatiku merasa seperti kehilangan?" gumam Jian Chen.

Kemudian Jian Chen ikut menyusul Carla menemui permaisuri. Jian Chen melihat kedekatan Carla dan permaisuri dan seketika ia tersenyum.

"Jika Jian Chen macam-macam sama kamu, jangan takut laporkan saja kepadaku," ucap permaisuri. Carla mengangguk dengan tersenyum manis.

Tidak berapa lama pengawal datang dengan tergesa-gesa dan melaporkan kalau putri Meng hendak melahirkan.

"Apa? Bukannya dia baru hamil 7 bulan? Kenapa sudah ingin melahirkan?" tanya permaisuri kaget.

"Ampun Yang Mulia permaisuri, putri Meng terjatuh dan sekarang sedang kesakitan," jawab pengawal.

"Ayo kita ke sana sekarang," ucap permaisuri.

Mereka pun bergegas ke paviliun milik pangeran pertama untuk melihat keadaan putri Meng.