Akira, cinta masa kecil dan satu-satunya cinta di hati Elio. Ketika gadis itu menerimanya semua terasa hangat dan indah, layaknya senja yang mempesona. Namun, di satu senja nan indah, Akira pergi. Dia tidak perna lagi muncul sejak itu. Elio patah hati, sakit tak berperih. Dia tidak lagi mengagumi senja. Tenggelam dalam pekerjaan dan mabuk-mabukan. Selama tiga tahun, Elio berubah, teman-temannya merasa dia telah menjadi orang lain. Bahkan Elio sendiri seolah tidak mengenali dirinya. Semua bermula sejak hari itu, hari Akira tanpa kata tanpa kabar.
3 tahun berlalu, orag tua dan para tetua memintanya segera menikah sebelum mewarisi tanah pertanian milik keluarga, menggantikan ayahnya menjadi tuan tanah.Dengan berat hati, Elio setuju melamar Zakiya, sepupunya yang cantik, kalem dan lembut. Namun, Akira kembali.Kedatangan Akira menggoyahkan hati Elio.Dia bimbang, kerajut kembali kasih dengan Akira yang perna meninggalkannya atau tetap menikahi sepupu kecilnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mia Lamakkara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Menginginkannya.....
Keluarga besar Enrico, kakek dari Ernest telah berkumpul. Malam ini, malam mappacci, dimana para tetua satu persatu akan menyematkan daun pacci di tangan calon pengantin sebagai tanda doa dan restu mereka untuk pernikahan besok. Keluarga Ernest teramsuk Elio telah berdandan dengan teliti untuk acara mappacci. Sebagai keluarga inti, Ernest dan istrinya akan menginap di rumah besar keluarga, rumah ayahnya yang hanya terpisah dua rumah dari kediamannya sendiri. Rumahh keluarga Ernest sendiri menjadi tempat menginap sanak keluarga yang datang dari daerah jauh.
Acara mappacci berlangsung khidmat. Para pemuda menghabiskan malam dengan permainan domino berhadiah. Banyak pemuda dari kampung lain ikut serta karena hadiah yang disediakan cukup menggiurkan. Sebagai keluarga besar Enrico, Elio dan Reimon cukup sibuk. Ketika malam makin larut, beberapa pemuda mulai menenggak tuak, minuman beralkohol yang kadang juga digunakan sebagai obat lelah para petani setelah seharian bekerja keras. Seperti sebelumnya, Elio ikut serta sampai mabuk.
Menjelang dini hari, Elio kembali ke rumahnya. Amalia dan Tissa juga menginap di rumah keluarga Ernest menemani Enni. Semua terlelap dalam sekejap. Bagaimanapun, besok hari pernikahan dimana semua harus hadir tepat waktu.
"Aaaa...... !!." Adzan subuh belum berkumandang di mesjid desa namun satu suara membangunkan semua penghuni di rumah keluarga Ernest.
"Ada apa?!."
"Suara siapa itu..?!."
"Siapa yang teriak?."
"Ada maling...?!."
Semua penghuni kamara berhamburan keluar dengan mata setengah terpejam dan rasa penasaran serta takut yang tak tertahankan.
"Kayaknya dari sana, deh..." Salah satu dari mereka membimbing ke arah sumber suara.
Tok...tok...tok...
"Ada orang di dalam?." Sepupu tua ELio yang ikut menginap mengetuk pintu kamar yang dicurigai sebagai sumber suara.
"Hemmm..."
"Apa ada masalah?."
"Huuu...huuu....huuuu...."Hanya suara tangis samar menjadi balasan.
"Buka aja pintunya." Yang lain tidak sabar.
Elena menekuk gagang pintu. "Untung pintunya nggak dikunci."Ujar Elena lega.
"Julia?!." Amalia terbelalak melihat sepupunya itu duduk diatas tempat tidur dengan pakaian berantakan.
Tissa memutar matanya dan bertanya dengan nada acuh. "Ada apa denganmu? apa kamu mimpi buruk?."
"Hik...hik...hik.... semalam gelap banget, aku takut pulang, karena kalian disini, aku juga nginap disini."Julia menoleh ke samping diikuti pandangan semua orang.
"Siapa yang tahu kalau Elio juga nginap disini. Mungkin karena menyangka aku ini Akira, jadi dia melakukan.... hhuuu..huuu..." Julia menghentika ceritanya dan mulai menangis,suaranya bergetar. Semua orang saling pandang.
" Elio...?!!."
"Hari bahagia begini malah ada kejadian gini.... sepupuku yang malang.... Akira benar-benar membuat hidupmu berantakan." Elena mengusap wajahnya dengan sedih.
"Bagaimana ini...?."
"Bagaimana lagi.... lakukan secara adat. Wanita dan pria bukan pasangan sah telah tidur bersama. Apalagi yang bisa dilakukan selain menikahkan mereka."
"Benar. Kalau tidak, ini akan menjadi aib."
Meski Julia menangis, hatinya senang.
"Tidak sia-sia aku membayar mahal untuk hari ini. Elio...gimana? apa kamu akan terus sombong sekarang? bahkan kalau kamu tidak cinta, kamu hanya bisa menikahiku dan Akira.....hahahaa... aku akhirnya bisa menggantikannya." Batin Julia.
"Nggak bisa." Sentak Enni. " Ka Elio pasti nggak akan setuju."
Enni, kita nggak punya pilihan. Ini harus dilakukan." Elena menepuk bahu Enni, bersimpati.
"Enni, selangkah lagi aku akan jadi kakak iparmu. Aku akan membuatmu dalam masalah karena menentangku terus." Dengus Julia dalam hati.
"Ada apa? pagi buta sudah ribut-ribut? apa kalian sudah bersiap?." Reimon dengan wajah ngantuk dan rambut kusut mendatangi kelompok org yang kini berkumpul di depan kamar ." Ini masih lama, make up kalian masih sempat luntur sebelum pengantin tiba." Candaan Reimon tidak ditanggapi.
"Ada apa sih, kalian? pada bengong begitu?."
"Itu.... si Elio tidur sama cewek..."
"Hha?! kok bisa?."
"Tuh..." Elena menggeser tubuhnya , membiarkan Reimon melihat Julia dengan seorang pria yang tengkurap.
"Masa sih, Elio? Dia tidur sama aku, bertiga dengan Lionell."
"Yang benar ?!." Elena tegang, berharap perkataan Reimon benar adanya.
"Kamu nggak becanda, kan?."
"Serius...kami tidur bertiga. Elio, aku dan Lionel di kamar Elio."
Mendengar itu, hati Julia yang tadinya berbunga-bunga seketika gugur berhamburan. Dia menjadi was-was.
"Bukannya ini kamar Elio?." Julia mengedarkan pandangan. jantungnya berdebar cemas. Dia jelas memasuki kamar yang benar semalam.
"Kenapa kamu sangat yakin berada di kamar kakakku? apa kamu memang sengaja masuk kamar Elio lagi?."
"Lagi...?!." Elena berguman dan menatap curiga gadis yang masih duduk di tempat tidur dengan wajah cemas kebingungan.
"Ada apa? kedengarannya namaku terus disebut?." Elio dan Lionel masih mengenakan pakaian santai berjalan menuju kerumunan.
"Beneran, itu Elio." Guman Elena.
"Kalau Elio ada disini, lalu yang tengkurap itu siapa?."Pertanyaan Ena, Remaja itu menyita semua yag hadir.
Julia mematung memandang Elio yang berjalan semakin mendekat. Hatinya gelisah. "Jadi, siapa pria di sampingnya sekarang?."
Reimon membelah kerumunan dan menuju tempat tidur tempat Julia berada.
"Hei....bangun! bangunn...!!." Reimon mengguncang pria itu. "Sepertinya orang ini sangat mabuk."
"Bangun...."
"Heemmmm...." Suara berat itu terdengar familiar di telinga Julia, hatinya semakin gelisah.
Pria itu membalikkan badannya.
"Ada apa?." Nada malas yang enggan.
Yosep! ini kamu?!" Orang-orang berteriak bersamaan.
"Ya. Ada apa?."
"Kamu meniduri anak gadis orang."Cetus Ena.
"Meniduri apanya? Aku jelas tidur sendiri."Yosep duduk tegap sekarang. Melihat orang-orang dengan bingung.
"Kamu....kenapa kamu disini?." Yosep makin bingung dengan keberadaan Julia dengan kondisi berantakan.
"Kamu masuk ke kamar yang kutempati semalam. Mungkin kamu terlalu mabuk sampai tidak sadar melakukan...."
" Melakukan apa? aku sangat sadar saat kembali. Semua juga tahu, aku punya toleransi alkohol paling baik."
"Iya, juga." Lionel menyahut. "Sangat jarang dia mabuk. Apalagi dia yang akan menjadi supir pengantin."
"Lagian, ini kamar tamu untuk cowok. Kenapa kamu ada disini?." Enni bertanya dengan tatapan curiga.
Julia tidak menyahut, dia sendiri bingung kenapa dia berakhir di kamar tamu bukan kamar Elio. Dia sangat yakin dia memasuki kamar yang benar. Dia juga tidak habis pikir, kenapa rencana yang dibuatnya matang-matang malah berakhir berantakan dan menempatkannya di posisi sulit.
"Apa kamu sangat ingin kawin jadi terus melibatka dirimu dengan pria? beberapa hari lalu kamu memasuki kamar Elio sekarang masuk di kamar Yosep. Meskipun Yoshep kekasihmu, tidak perlu pakai cara mempermalukan diri sendiri begini, kan?."
"Aku juga tidak menginginkan ini terjadi, ini jelas kecelakaan." Balas Julia sengit.
"Ini beneran kecelakaan. Aku jelas menargetkan Elio kenapa berakhir dengan Yosep." Batin Julia merutuk dalam hati.
"Cukup berdebatnya."Elena menengahi."Karena sudah seperti ini, kita hanya bisa menjaga 'siri'."
"Benar. Kalian harus menikah. Ke depannya, kalian mau melanjutkan hubungan rumah tangga atau tidak itu urusan kalian."
Kepala Julia tertunduk.
"Kalian harus menghubungi orang tua kalian untuk membicarakan hal ini." Cetus seorang tetua.
"Aku tidak punya orang tua. Tidak ada yang bisa dihubungi." Kata Yosep enteng. "Hubungi orang tuanya aja."
"Bagaimana dengan maharnya? kamu harus memberinya mahar."
"Aku tidak punya apa-apa. Tabunganku sudah kupakai megang gadai sawah. Keuangan yang kusimpan adalah modal turun sawah dan biaya sehari-hari selama enam bulan ke depan."
Tetua tidak lagi mendesak Yosep tentang mahar.
"Kita bicara dengan pihak keluarga perempuan dulu baru menghubungi kamu lagi."
"Baik. bisakah kalian bubar dulu?Aku mau sambung tidur dulu mumpung masih gelap."Kata Yosep lagi.
Julia sendiri dibawa pergi oleh Elana ke ruang lain.
ada satu kesempatan dimana hanya ada Elio dan Julia di ruang tengah. Elio berjalan melewati Julia sambil berbisik.
Karena kamu menginginkannya.... maka aku membantumu mewujudkannya."
Julia mengangkat matanya, ada senyum sinis di wajah Elio. Kini dia tahu kalau rencananya gagal bukan tanpa alasan. Sejak awal, rencananya berada dalam rencana Elio. Julia menggigit bibirnya. Dia kini terjebak dalam permainannya sendiri.
Konsisten dan tetap percaya