Rania Vale selalu percaya cinta bisa menembus perbedaan. Sampai suaminya sendiri menjadikannya bahan hinaan keluarga.
Setelah menikah satu tahun dan belum memiliki anak, tiba-tiba ia dianggap cacat.
Tak layak, dan tak pantas.
Suaminya Garren berselingkuh secara terang-terangan menghancurkan batas terakhir dalam dirinya.
Suatu malam, setelah dipermalukan di depan banyak orang, Rania melarikan diri ke hutan— berdiri di tepi jurang, memohon agar hidup berhenti menyakitinya.
Tetapi langit punya rencana lain.
Sebuah kilat membelah bumi, membuka celah berisi cincin giok emas yang hilang dari dunia para Archeon lima abad lalu. Saat Rania menyentuhnya, cincin itu memilihnya—mengikatkan nasibnya pada makhluk cahaya bernama Arven Han, putra mahkota dari dunia lain.
Arven datang untuk menjaga keseimbangan bumi dan mengambil artefak itu. Namun yang tak pernah ia duga: ia justru terikat pada perempuan manusia yang paling rapuh…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GazBiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ide Lidia Uu
Wajah Kaelis begitu cerah—seperti anak kecil yang baru dibelikan joran baru. Ini pertama kalinya ia akan menunjukkan keajaiban memancing pada seorang Archeon super sakti, yang menurutnya kegiatan itu bisa membuat otak siapa pun ikut rileks.
Arven dan Kaelis masuk ke penthouse mewah itu. Namun ekspresi keduanya jelas berbeda. Kaelis nampak seperti musim semi penuh bunga, dan senyum di bibirnya. Sedangkan Arven nampak seperti musim hujan yang becek dan kelabu.
Langkah Kaelis cepat. Ia memeriksa beberapa berkas di meja kerja, membuka file penting di ruang arsip, seolah memang bekerja. Tapi bibirnya… terus terangkat. Ia membayangkan Arven yang polos dan kuat itu akan bengong takjub saat ia mengenalkan “ritual memancing”.
Sementara itu, Arven berdiri di balkon, menunggunya Kaelis selesai dengan pekerjaan pentingnya— tak bergerak. Pandangannya terpaku pada unit di bawah—tempat Rania berada. Sorot matanya rumit, seperti pria yang sedang kehilangan harga diri karena diusir perempuan yang ia sukai.
Lidia Uu muncul pelan di sampingnya. Pelayan bisu itu menyentuh lengannya, berbicara lewat hati.
“Apa dia mengusirmu lagi, Tuan?”
Arven mengangguk. Rahangnya mengencang, “Dia makhluk paling tidak tahu malu, tidak tahu diri, dan paling kejam yang pernah aku temukan,” dumelnya kesal, tapi suaranya terdengar patah.
Lidia Uu tersenyum tanpa suara. “Aku punya ide…”
Arven langsung menoleh cepat. Serius sekali, seperti sedang menerima strategi perang. “Apa lagi?”
Lidia Uu menggerakkan jarinya di udara, memberi saran lewat pikiran. “Anda kan sakti, Tuan. Kenapa tidak merusakkan saja jaringan listrik unitnya? Kalau listriknya mati, dia pasti datang sendiri ke sini. Dan tinggal di sini… sampai aliran listriknya kembali menyala.”
Mata Arven langsung membelalak, “Kau benar.”
Tanpa berpikir panjang, ia berbalik dan menghilang dari balkon. Ia langsung turun ke lantai bawah, mencari celah terbaik untuk merusak sistem listrik unit Rania.
Kaelis, yang baru keluar dari ruang arsip sambil membawa map, hanya sempat melihat bayangan Arven menghilang.
Ia mengerutkan kening, “Eh? Bukannya kita mau man…”
Blet!
Arven sudah pergi.
Kaelis menatap Lidia Uu yang menyeringai polos.
“…Kalian berdua ini akan membuat saya ubanan,” gumamnya pasrah. “Tuan Arven pergi ke mana dia?”
Kaelis duduk di sofa dengan napas panjang. Lidia Uu mengangkat tangannya dan berbahasa isyarat cepat.
Tuan Arven kembali menemui Nyonya Rania di lantai bawah.
Mata Kaelis langsung membelalak.
“Yaahhh…” keluhnya panjang, seluruh semangat memancingnya langsung rontok. Kalau mereka baikan… bisa-bisa agenda memancingku gagal, pikirnya tersungkur mental.
Di Lantai 74 – Unit Rania.
Rania sedang mandi, tubuhnya penuh busa tebal sampai bahunya. Kepalanya bersandar santai pada dinding kaca. Otaknya berputar memikirkan nasibnya kedepan seperti apa.
“Aku harus mencari pekerjaan lagi… tabunganku tidak sebanyak itu untuk biaya hidup. Aku akan menghubungi Agency Cleo—” gumamnya.
Cetak!
Tung!
Tiba-tiba lampu padam. Air panas yang tadinya mengalir… ikut mati.
Rania membeku.
“…Hah?”
Ruangan menjadi remang—Hening. Hanya suara degup jantungnya yang makin kencang.
“Bagaimana ini?! Kok listrik mati di waktu yang paling tidak tepat!” Ia meraih pinggiran bathtub, kesal setengah mati.
“Aku bahkan belum bilas! Ini apartemen mewah… bagaimana bisa listriknya—MATI?!”
Ia menggerutu, menggigit bibirnya.
“Tidak masuk akal! Tidak logis! Tidak manusiawi!”
Busa sliding kemana-mana, tapi ia tetap duduk diam, memeluk lutut sambil dongkol. Sementara Arven duduk santai di sofa dengan kaki naik ke meja, wajahnya tersenyum puas. Ia mendengar jelas ocehan Rania seperti sedang menonton TV dengan volume surround.
Ia bahkan tersenyum lebar, menahan tawa.
“Lihat saja… berapa lama kau bisa menahan diri untuk tidak memanggilku,” gumam Arven, penuh kemenangan polos.
Ia bersiul pelan, lalu bersandar lebih nyaman. Untuk pertama kalinya sejak jatuh cinta, Arven merasa… strategi manusia itu asyik juga.
Tiga puluh menitpun— berlalu.
Kaelis masih duduk di sofa, kedua tangan saling meremas, kaki gelisah mengetuk-ngetuk lantai. Ia memandangi jam, lalu mendesah panjang.
“Jangan akur dulu… jangan akur dulu… kita harus tetap jadi tim memancing…” gumamnya memohon pada semesta.
Sementara Rania masih terjebak di bathtub. Airnya sudah dingin, lampu masih mati, dan satu-satunya cahaya hanyalah dari jendela yang menyuguhkan pemandangan kota Velmora— Jari-jari tangannya sudah keriput seperti nenek-nenek yang terlalu lama cuci piring.
Ia memeluk lutut, menggigil kecil, “Ya Tuhan… apa aku akan mati tragis begini… tenggelam dalam busa dan kehormatan yang luntur…” gumamnya pilu.
Di sisi lain di unit itu—Arven justru sedang bergerak bebas. Tenang. Nyaman. Manja.
Kepalanya ditanam dalam bantal pink itu, seperti kucing raksasa yang menemukan sarang terbaik di dunia.
Ia mengendus bantal itu dalam-dalam.
“…ini aroma surga versi manusia, ya?” gumamnya bahagia.
*
Terima kasih sudah membaca novel ini, temukan kejutan lain di bab selanjtnya. Setiap komentar, like, bintang dan Vote dari kamu, adalah sesuatu yang sangat berharga bagi author. Memberi semangat untuk terus menulis, memberi cahaya agar cerita ini sampai ke hati lebih banyak orang.
Jangan lupa Follow ya! Dan baca juga novel author yang lain. Terimakasih & salam hangat.
aaah dasar kuntilanak
toh kamu yaa masih ngladeni si jalànģ itu