Nayla hidup dalam pernikahan penuh luka, suami tempramental, mertua galak, dan rumah yang tak pernah memberinya kehangatan. Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan merenggut tubuhnya… namun tidak jiwanya.
Ketika Nayla membuka mata, ia terbangun di tubuh wanita lain, Arlena Wijaya, istri seorang pengusaha muda kaya raya. Rumah megah, kamar mewah, perhatian yang tulus… dan seorang suami bernama Davin Wijaya, pria hangat yang memperlakukannya seolah ia adalah dunia.
Davin mengira istrinya mengalami gegar otak setelah jatuh dari tangga, hingga tidak sadar bahwa “Arlena” kini adalah jiwa lain yang ketakutan.
Namun kejutan terbesar datang ketika Nayla mengetahui bahwa Arlena sudah memiliki seorang putra berusia empat tahun, Zavier anak manis yang langsung memanggilnya Mama dan mencuri hatinya sejak pandangan pertama.
Nayla bingung, haruskah tetap menjadi Arlena yang hidup penuh cinta, atau mencari jalan untuk kembali menjadi Nayla..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erunisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Nayla menatap pantulan tubuhnya di cermin yang ada diruang ganti yang ada di kamarnya, Nayla melihat dirinya dalam tubuh Arlena, sosok wanita yang sempurna menurut Nayla, tubuhnya tidak ada goresan, tidak ada bekas gatal gigitan nyamuk, bahkan wajahnya sangat mulus tidak ada bekas jerawat.
Nayla hanya melihat ada bekas luka di perut yang bisa Nayla pastikan itu adalah bekas operasi saat melahirkan Xavier.
Nayla masih merasa shok, hidupnya berubah total, dari yang tadinya memiliki suami yang tempramental, sekarang suaminya sangat soft spoken dan bahkan Nayla langsung memiliki seorang anak yang sangat mencintainya, belum lagi Nayla hidup berdampingan dengan pelayan yang melayani semua kebutuhannya, hidup di rumah yang mewah dan juga besar, tidak pernah kepanasan, setiap bepergian menggunakan mobil mewah, Tidak ada barang murah di rumahnya, bahkan seharga satu lembar baju saja mencapai belasan juta.
Tapi beberapa fakta tentang Arlena yang akhirnya diketahui oleh Nayla membuat Nayla merasa sok, karena ternyata Arlena ini sedang dalam proses pengajuan cerai dengan Davin, bahkan ternyata selama ini Arlena tidak pernah menyayangi anaknya, tetapi Davin yang begitu mencintai Arlena tetap kekeh mempertahankan rumah tangganya, bahkan Arlena ini sudah melakukan beberapa hal yang tidak pantas dilakukan oleh seorang istri, yaitu sering pulang malam, tidak perhatian ke anak dan suami, sering membentak suami dan anaknya.
Bahkan saat Nayla membuka ponsel milik Arlena yang sekarang menjadi ponsel miliknya, membuat Nayla tidak percaya, Arlena memblokir nomor ibu mertuanya, dan isi chat dengan suaminya hanya ingin meminta cerai dan berujung diam saat Davin mengirim bukti transfer sejumlah uang.
Tas dan juga sepatu yang dimiliki oleh Arlena tidak semuanya Nayla gunakan, Nayla juga bingung mau dipakai kemana.
Selesai dengan urusan melamun, Nayla hendak mengambil pakaian, namun baru saja membuka lemari, tiba-tiba saja pintu dibuka dan membuat Nayla kaget.
Nayla berteriak dan membuat Davin kaget, dan reflek Davin langsung menutup mulut Arlena dengan tangannya. Dan karena Arlena terus bergerak, akhirnya handuk yang dikenakan oleh Nayla melorot, Nayla semakin panik, namun Davin malah heran kenapa istrinya panik
Nayla mendorong Davin untuk keluar dari ruang ganti, dan Nayla segera mengambil pakaian dan kemudian memakainya, Davin sendiri bingung kenapa istrinya berteriak, Davin tahu sudah lama dia tidak bersama istrinya, tapi menurut Davin seharusnya istrinya tidak sepanik itu.
"kalau mau masuk harusnya ketuk pintu dulu." kata Arlena saat keluar dari kamar ganti.
Davin sendiri memang awalnya panik, karena katanya pelayan, Arlena sudah lama didalam kamar dan belum keluar, Davin hanya takut Arlena kembali seperti kemarin, tapi Davin bernafas lega karena Arlena masih seperti yang dia inginkan.
"Bagian tubuh kamu yang mana yang belum pernah aku lihat?", pertanyaan Davin membuat Nayla malu, dan Davin merasa, sudah lama istrinya tidak malu-malu sampai pipinya merona.
"Mas, aku mau ngomong sesuatu." kata Nayla sambil meremas tangannya sendiri, Nayla benar-benar takut dimarahi.
"Ada apa?" tanya Davin dengan nada seperti biasa, sangat lembut, dan bahkan mungkin jika Nayla masih berada di tubuh Nayla, ia tidak akan mendengarnya, karena Nayla terbiasa mendengar suara keras.
"Tadi..a-aku pinjam uang ke pak sopir, tolong di bayar ya mas?" kata Nayla dengan terbata dan hal itu membuat Davin heran, istrinya pinjam uang ke sopir.
"Kamu ngga punya uang?" tanya Davin heran. Dan Nayla menggelengkan kepalanya, selama menjadi Alena ia belum pernah diberi uang cash, ada beberapa kartu dan aplikasi keuangan di ponsel Alena namun Nayla tidak tahu passwordnya.
"Kan bisa pakai kartu atau qris?" tanya Davin.
"Aku lupa kata sandinya mas." jawab Nayla sambil berusaha tersenyum.
"lupa?" tanya Davin yang kali ini benar-benar merasa aneh
"iya mas, kamu bisa bantu? Mungkin kamu ingat."
Davin hanya menggelengkan kepalanya, selama ini ia tidak tahu apa password milik istrinya, Nayla juga merasa bersukur karena ponselnya tidak terkunci layar, kalau terkunci layar sudah pasti dia tidak bisa membukanya.
"kamu mungkin pakai face id, kan bisa pakai itu." kata Davin.
"oh iya ya mas, kenapa aku lupa? Kok bisa sih lupa begini." Nayla langsung membuka ponselnya dan membuka aplikasi keuangan, namun saat menggunakan wajahnya ternyata tidak bisa, Nayla sampai frustasi.
"Tetap ngga bisa mas." kata Nayla.
"Masa sih? Apa kamu pakai face id pas kamu pakai make up, kamu coba dulu." kata Davin.
"Aku ngga bisa make-up, sudahlah mas, kamu bayar hutang saja ke pak sopir, lima ratus ribu, sama ini ponsel di urus ngga usah pakai sandi atau password, ribet, semuanya pakai password, ngga bisa mas otak aku mengingat semua password." jawab Nayla yang kemudian menyerahkan ponselnya ke Davin, tentunya Davin bingung, dari dulu dia tidak pernah diizikan menyentuh ponsel milik istrinya, tapi sekarang malah Alena menyerahkan ponselnya.
Nayla meninggalkan Davin yang masih bingung di kamar, tujuan Nayla saat ini adalah dapur, karena Nayla ingin makan sesuatu. Saat sampai di dapur, Nayla melihat chef alias Mang Bara, sedang membuat makanan untuk makan malam keluarganya nanti, Nayla melihat makanan yang tidak asing, sering Nayla lihat, tapi Nayla baru sekali membelinya.
"Nyonya." chef menyapa Nayla.
"ini apa Mang Bara? Nayla mengikuti para pekerja memanggilnya seperti itu, Nayla hanya tidak mau, hidup satu rumah tapi hubungannya kaku.
"Sushi, menu nyonya hari ini, seperti biasa."
Nayla merasa dia tidak akan suka dengan makanan yang sedang dibuat, Nayla tahu itu ikan mentah dan harus dimakan dengan alpukat, nasi ada hitam-hitam bulat kecil yang Nayla rasa itu adalah telur kodok.
"Suami sama anak saya makan itu juga?" tanya Nayla. Dan Mang Bara mengangguk.
"Saya mau ganti menu, nasi goreng saja, saya ngga suka sushi." perkataan Alena membuat semua yang ada di dapur bingung, nyonya mereka yang biasanya sangat menjaga pola makan, sekarang minta makan malam nasi goreng, tapi mereka tidak bisa menolak.
Saat di meja makan, Davin heran melihat Arlena makan nasi goreng dengan lahap, Davin sepertinya baru melihat Arlena makan selahap ini.
"Papa." Xavier memanggil Davin,
"Ya sayang." jawab Davin.
"Besok Xavier pengen berenang." kata Xavier yang memang besok libur sekolah dan ingin kembali belajar berenang, meskipun tujuannya adalah bermain air.
"ya besok renang sama papa." jawab Davin.
"Mama boleh ikut?" tanya Arlena yang membuat Davin tersedak.
"kamu serius? Kamu kan ngga bisa renang?" jawab Davin.
"kata siapa? Aku bisa renang." jawab Nayla yang lupa kalau dia sekarang Arlena.
"Kamu serius?" Davin kembali bertanya dan Nayla mengangguk dengan serius, Nayla tahu kalau dirinya juara lomba renang, masa diragukan kalau dia bisa renang.
Davin terdiam melihat istrinya mengangguk mantap, satu hal aneh lagi Davin temukan di dalam diri istrinya, tapi Davin mengiyakan saja dan akan melihatnya besok seperti apa.
Setelah makan malam dan Xavier sudah tidur, Arlena dan Davin berada didalam kamar yang sama, tapi Arlena berbaring di atas kasur, sedangkan Davin masih sibuk dengan laptop miliknya.
"Mas, utangnya sudah dibayar belum?" tanya Nayla.
"Sudah." jawab Davin yang kemudian menutup laptopnya.
"Oh ya, tadi kamu pergi kemana?" tanya Davin ingin memastikan istrinya mau jujur atau tidak.
"Tadi pagi, aku ke rumah Nayla Mas, yang kemarin kita pergi ke makam, nah tadi aku ke rumahnya, untuk menemui ibunya, terus kita berdua Cerita aja sih Mas, kasihan juga Nayla, dia masih muda tapi malah sudah meninggal dalam kecelakaan, mana dia baru menikah 2 tahun, belum punya anak, punya suami yang tempramental, eh malah dia belum bahagia sudah meninggal duluan."
Davin menatap Arlena yang sedang cerita dengan menggebu-gebu, ini adalah hal yang belum pernah Arlena lakukan didepan Davin.
"Kamu mau ngapain mas?" Arlena tiba-tiba waspada karena tiba-tiba Davin terus mendekat ke arahnya, dan jarak mereka semakin dekat.
"Sepertinya aku merindukan istriku."jawab Davin dengan suara berat, jujur Davin sudah lama hilang respek ke tubuh istrinya, tapi sejak istrinya berubah entah sejak kapan Davin mulai menginginkannya lagi, dan bahkan Davin jatuh cinta lagi ke istrinya.
Nayla langsung waspada, Nayla tidak mau gegabah, tubuhnya memang istrinya Davin, tapi jiwanya bukan, Nayla merasa tidak bisa melakukan hubungan itu.
"Maaf mas, aku ngga bisa, aku bukan istrimu.." Nayla lompat dari atas ranjang dan segera keluar dari kamar, Davin hanya bisa tersenyum, "Terus kalau kamu bukan istriku, kamu itu siapa?" tanya Davin dan tidak menemukan jawaban karena hanya dia seorang diri didalam kamar.