Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Istana diatas Awan
Bukit Dragon Peak adalah kawasan paling eksklusif di Jianghai. Semakin tinggi posisi rumahmu di bukit ini, semakin tinggi pula status sosialmu. Dan di puncak tertinggi, tertutup kabut abadi, berdiri sebuah villa megah yang sudah kosong selama sepuluh tahun.
Villa Puncak Naga.
Masyarakat menyebutnya "Istana Hantu". Konon, setiap pemilik sebelumnya lari terbirit-birit atau mati misterius dalam waktu kurang dari seminggu.
VROOOOM!
Raungan mesin Lamborghini Veneno memecah keheningan jalanan bukit yang berliku. Ye Chen mengemudi dengan santai, satu tangan di setir, satu tangan lagi memegang rokok.
Di gerbang villa yang menjulang tinggi, seorang pria gemuk dengan jas yang basah oleh keringat dingin sudah menunggu. Itu Manajer Li dari agen properti. Kakinya gemetar hebat, matanya terus melirik ke arah bangunan villa yang gelap gulita.
Ciiitt!
Ye Chen menghentikan mobilnya tepat di depan Manajer Li.
"Tuan Ye!" Manajer Li hampir menangis saking leganya melihat ada manusia lain. "A-Anda benar-benar datang?"
Ye Chen turun dari mobil, menatap bangunan megah di depannya. Villa itu bergaya arsitektur gabungan modern dan klasik China. Ada kolam renang infinity, taman luas, dan paviliun-paviliun kayu yang indah. Sayangnya, aura di sekitar tempat itu memang suram. Kabut tebal menyelimuti pekarangan, dan udara terasa dingin menusuk tulang meski ini musim panas.
"Kenapa aku tidak datang? Aku sudah bayar lunas 500 Juta Yuan (Rp 1 Triliun), kan?" tanya Ye Chen santai sambil mematikan rokoknya dengan injakan kaki.
"B-benar, Tuan. Tapi..." Manajer Li menelan ludah, suaranya berbisik. "Tadi... saya dengar suara nyanyian wanita dari arah kolam renang belakang. Dan satpam saya pingsan di pos jaga, mulutnya berbusa."
"Oh? Menarik," Ye Chen menyeringai. Dia justru terlihat antusias. "Mana kuncinya?"
Manajer Li buru-buru menyerahkan kartu akses emas dengan tangan gemetar. "I-ini Tuan. Dokumen kepemilikan sudah beres semua. K-kalau begitu saya pamit dulu! Istri saya mau melahirkan!"
Tanpa menunggu jawaban, Manajer Li melompat masuk ke mobil dan tancap gas.
Ngeeeng!
Dia kabur secepat kilat, meninggalkan debu di wajah Ye Chen.
Ye Chen geleng-geleng kepala. "Dasar penakut."
Dia berjalan menuju gerbang raksasa itu. Dia menempelkan kartu aksesnya.
Biiip. Krieet...
Gerbang besi berat itu terbuka otomatis dengan suara engsel yang sedikit berkarat, menambah kesan horor.
Ye Chen melangkah masuk.
Seketika, angin kencang berhembus menerpa wajahnya.
Wuuush!
Angin itu bukan angin biasa. Itu angin yang membawa bau bunga melati kuno dan... bau amis darah yang samar.
[Ding!]
[Peringatan Sistem!]
[Mendeteksi Konsentrasi Energi Yin (Energi Negatif) Tingkat Tinggi.]
[Analisis Lokasi: Tempat ini adalah 'Tanah Mata Naga', pusat energi spiritual alami, namun telah dikorupsi oleh Roh Penasaran yang kuat.]
[Misi Baru: 'Tuan Tanah Pemberani'.]
[Tujuan: Taklukkan penghuni liar villa ini dan jadikan dia milikmu.]
"Penghuni liar ya?" gumam Ye Chen. "Mari kita lihat secantik apa penghuni liar ini."
Ye Chen masuk ke dalam bangunan utama. Interiornya luar biasa mewah. Lantai marmer impor, lampu gantung kristal Swarovski, lukisan-lukisan mahal. Semuanya tertutup debu tipis.
Dia berjalan menuju kamar utama di lantai dua. Kamar itu memiliki balkon luas yang menghadap langsung ke kolam renang pribadi dan pemandangan kota Jianghai di bawah sana.
"Gerah juga habis 'olahraga' dengan Bu Dosen tadi," gumam Ye Chen. Dia melempar jas mahalnya ke sofa.
Tanpa rasa takut sedikitpun, Ye Chen melangkah menuju kamar mandi utama. Kamar mandi itu seukuran apartemen lamanya, lengkap dengan Jacuzzi raksasa berlapis emas.
Dia menyalakan keran air panas.
Shhhhrrr...
Uap panas mulai memenuhi ruangan. Ye Chen melepas seluruh pakaiannya, memamerkan tubuh "Naga Surgawi"-nya yang kekar dan asetnya yang menakutkan, lalu masuk ke dalam air hangat.
"Ahhh... Nikmatnya jadi orang kaya."
Ye Chen memejamkan mata, bersandar di tepi Jacuzzi. Dia mulai rileks.
Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.
Tiba-tiba, lampu kamar mandi berkedip-kedip.
Pet. Pet. Byar.
Suhu air yang tadinya panas, mendadak berubah menjadi dingin sedingin es dalam hitungan detik.
Srrrt...
Ye Chen membuka matanya.
Di sudut ruangan, di balik uap yang menipis, sesosok bayangan berdiri.
Seorang wanita.
Dia mengenakan jubah merah darah panjang bergaya Dinasti Kuno (Hanfu) yang terseret di lantai. Rambut hitamnya yang sangat panjang terurai menutupi sebagian wajahnya. Dia melayang, kakinya tidak menyentuh lantai marmer.
Suara tangisan lirih terdengar, memantul di dinding kamar mandi.
"Hihihi... Hiks... Kenapa kau datang ke sini...?"
Suaranya merdu, tapi mengandung getaran yang bisa membuat jantung manusia biasa berhenti berdetak.
Ye Chen tidak berteriak. Dia malah menyisir rambut basahnya ke belakang dan menatap sosok itu dengan tenang.
"Kenapa aku datang? Karena ini rumahku. Aku sudah membelinya," jawab Ye Chen santai. "Kau sendiri siapa? Masuk tanpa izin saat pria sedang mandi. Dasar hantu mesum."
Hantu wanita itu tersentak. Dia berhenti menangis. Mungkin ini pertama kalinya dalam sepuluh tahun ada manusia yang menyebutnya "mesum" bukannya lari ketakutan.
"Lancang sekali!"
Sosok itu mengangkat wajahnya. Rambutnya tersibak.
Ye Chen tertegun.
Dia mengira akan melihat wajah yang hancur atau menyeramkan. Tapi yang dia lihat adalah wajah yang... Astaga.
Sangat cantik.
Wajahnya putih pucat namun halus bak porselen. Matanya berbentuk phoenix, tajam namun sendu. Bibirnya merah merekah seperti kelopak mawar. Dia terlihat seperti seorang Permaisuri Kerajaan yang turun dari lukisan kuno. Satu-satunya yang menyeramkan adalah tatapan matanya yang penuh kebencian dan kuku jari tangannya yang panjang dan tajam.
[Target Terdeteksi: Feng Jiu (Roh Jiwa Sisa).]
[Identitas Asli: Mantan Patriark Sekte Teratai Darah (Kultivator Jahat) dari 300 tahun lalu.]
[Kecantikan: 98/100 (Kecantikan Surgawi yang Mematikan).]
[Status: Roh Gentayangan. Membutuhkan Energi Yang untuk memadatkan tubuhnya kembali.]
"Cantik sekali..." puji Ye Chen tanpa sadar.
Feng Jiu (si hantu) terbelalak. Pria ini memujinya?
"Kau... Kau tidak takut padaku?" Feng Jiu melayang mendekat, kuku tajamnya mengarah ke leher Ye Chen. "Aku bisa menghisap nyawamu dalam sekejap, Manusia fana!"
"Coba saja," tantang Ye Chen. Dia bahkan merentangkan tangannya di dalam bak mandi, memamerkan dadanya yang bidang.
Feng Jiu merasa dihina. "Mati kau!"
Dia menerjang maju. Angin dingin berhembus kencang. Tangan hantunya mencengkeram bahu Ye Chen, berniat membekukan jantungnya.
Namun, saat tangan dingin itu menyentuh kulit Ye Chen...
BZZZZT!
Cahaya keemasan tiba-tiba meledak dari tubuh Ye Chen.
"KYAAA!"
Feng Jiu terpental ke belakang seolah tersengat listrik tegangan tinggi. Dia menabrak dinding kamar mandi dan jatuh terduduk (melayang rendah). Tubuh rohnya berasap, terlihat semakin transparan dan lemah.
"E-Energi apa itu?!" Feng Jiu menatap Ye Chen dengan ketakutan. "Tubuh Naga Surgawi?! Tidak mungkin! Garis keturunan itu sudah punah ribuan tahun lalu!"
Ye Chen bangkit berdiri dari Jacuzzi. Air menetes dari tubuhnya yang sempurna. Dia melangkah keluar, tidak peduli dia telanjang bulat di depan hantu wanita itu.
Aura emas menyelimuti tubuh Ye Chen, membuatnya terlihat seperti Dewa Perang yang turun ke bumi. Bagi roh jahat atau roh Yin seperti Feng Jiu, aura Yang murni dari Ye Chen adalah racun sekaligus... makanan terlezat yang pernah ada.
Ye Chen berjalan mendekati Feng Jiu yang terpojok di sudut.
"Kau bilang mau menghisap nyawaku?" Ye Chen menyeringai, menunduk menatap hantu cantik itu. "Sekarang lihat, siapa yang akan menghisap siapa?"
Feng Jiu gemetar. Insting purbanya berteriak bahaya. Tapi di sisi lain, dia merasakan ketertarikan yang luar biasa. Jika dia bisa "tidur" dengan pria ini, atau setidaknya menyerap sedikit saja esensi Yang-nya, dia tidak perlu lagi menjadi roh gentayangan. Dia bisa hidup kembali!
"Tuan... Tuan Muda..." Suara Feng Jiu berubah. Tidak lagi mengancam, tapi menjadi lembut dan memelas. Dia menyadari posisinya. Dia kalah kuat.
Feng Jiu menundukkan kepalanya, rambut panjangnya menutupi dadanya yang (secara mengejutkan untuk ukuran hantu) terlihat padat di balik jubah merahnya.
"Ampuni hamba... Hamba tidak tahu kalau Tuan adalah Kultivator Naga..."
Ye Chen berjongkok, mengangkat dagu Feng Jiu dengan jarinya. Dingin, tapi halus seperti menyentuh sutra es.
"Siapa namamu?" tanya Ye Chen.
"Fe-Feng Jiu... Mantan Ketua Sekte Teratai Darah..."
"Sekte Teratai Darah? Terdengar jahat," Ye Chen terkekeh. "Dengar, Feng Jiu. Aku butuh pembantu untuk mengurus rumah sebesar ini. Dan aku juga butuh... teman latihan kultivasi."
Mata Feng Jiu berbinar. "Tuan... Tuan bersedia berbagi energi dengan hamba?"
"Tentu. Tapi tidak gratis," Ye Chen menatap tubuh transparan Feng Jiu dengan tatapan nakal. "Kau harus melayaniku. Jadilah budakku. Lindungi rumah ini saat aku pergi, dan puaskan aku saat aku pulang. Bagaimana?"
Feng Jiu menggigit bibir bawahnya. Sebagai mantan Ketua Sekte yang agung, menjadi budak adalah sebuah penghinaan. Tapi melihat tubuh Ye Chen yang penuh energi kehidupan di depannya... dia tidak bisa menolak. Rasa laparnya akan energi Yang sudah tak tertahankan.
Perlahan, Feng Jiu merangkak mendekat. Dia memeluk kaki Ye Chen, menempelkan wajahnya di paha Ye Chen yang hangat.
"Hamba bersedia... Tuan," desah Feng Jiu. "Hamba akan melakukan apa saja asalkan Tuan memberikan 'makanan' itu pada hamba..."
Ye Chen tersenyum puas.
"Bagus. Kalau begitu, mari kita mulai dengan... pemadatan tubuhmu."
Ye Chen meletakkan tangannya di atas kepala Feng Jiu. Dia mengalirkan sebagian kecil energi sistemnya.
Wuuung!
Tubuh Feng Jiu bersinar merah. Perlahan, wujud transparannya menjadi lebih padat. Kulitnya terlihat lebih nyata. Dia kini bisa disentuh secara fisik, meski suhunya masih dingin.
Feng Jiu mendesah nikmat saat energi itu masuk ke jiwanya. "Ahhh... Tuan... ini... enak sekali..."
"Ini baru permulaan," kata Ye Chen. Dia berjalan mengambil handuk untuk menutupi bagian bawahnya (sedikit sopan santun, meski sudah telat).
Dia berjalan ke balkon kamar, diikuti oleh Feng Jiu yang kini melayang patuh di belakangnya seperti bayangan merah yang setia.
Ye Chen menatap kota Jianghai dari ketinggian. Lampu-lampu kota berkelap-kelip di bawah sana.
"Feng Jiu," panggil Ye Chen tanpa menoleh.
"Ya, Tuan?"
"Besok malam, Keluarga Zhao akan mengadakan pesta ulang tahun. Mereka mengundangku," kata Ye Chen, memutar-mutar undangan emas yang tadi dia temukan di kotak surat villa (rupanya Zhao Ming sengaja mengirimnya ke alamat lama Ye Chen, tapi Sistem memindahkannya ke sini).
"Menurutmu, hadiah apa yang pantas untuk mereka?"
Feng Jiu tersenyum kejam. Aura membunuhnya yang dulu sebagai Ketua Sekte Jahat kembali muncul.
"Bagaimana kalau... Sebuah kehancuran, Tuan? Hamba bisa mengirim mimpi buruk pada mereka malam ini sebagai hidangan pembuka."
Ye Chen tertawa. "Ide bagus. Buat Tuan Muda Zhao bermimpi 'indah' malam ini. Pastikan dia bangun dengan celana basah karena ketakutan."
"Sesuai perintah Tuan..."
Feng Jiu menghilang menembus tembok, pergi melaksanakan tugas pertamanya.
Ye Chen mengambil gelas wine yang ada di meja bar mini, menuangkan isinya, dan meneguknya di bawah sinar bulan.
"Zhao Ming... Liu Mei (Madam Zhao)... bersiaplah. Naga ini akan turun gunung."
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.