NovelToon NovelToon
DULU AKU DITINGGALKAN, KINI DISAYANG SULTAN

DULU AKU DITINGGALKAN, KINI DISAYANG SULTAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Karir / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

Ketika cinta berubah menjadi luka, dan keluarga sendiri menjadi pengkhianat. Dela kehilangan segalanya di hari yang seharusnya menjadi miliknya cinta, kepercayaan, bahkan harga diri.
Namun dalam keputusasaan, Tuhan mempertemukannya dengan sosok misterius yang kelak menjadi penyelamat sekaligus takdir barunya. Tapi apakah Dela siap membuka hati lagi, ketika dunia justru menuduhnya melakukan dosa yang tak pernah ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 09 Malam Itu di Meja Makan

Malam itu di meja makan, hanya ada Rena ibunya Dela seorang diri. Lampu ruang makan redup, hanya menyisakan cahaya hangat kekuningan yang memantul di permukaan meja kayu tua. Piring-piring sudah tertata rapi, tapi suasana terasa sepi. Biasanya rumah itu ramai oleh suara tawa atau ocehan dari Eka dan Tika tapi malam ini berbeda. Dela yang baru keluar dari dapur sambil menggandeng tangan suaminya Arsen, sempat mengernyit heran.

“Loh Mbak Eka sama Bang Rian kemana Bu? Kok tumben sepi begini?” Tanya Dela sambil menarik kursi dan duduk. Arsen ikut duduk di sampingnya, memasang senyum sopan ke arah mertuanya.

Rena yang tengah menyendok sayur dari panci besar menjawab datar, “Mereka pergi sama suaminya katanya mau beli perlengkapan bayi sambil jalan-jalan.”

Nada suaranya terdengar biasa, tapi ada kebanggaan tersirat di sana. “Kalau adikmu si Tika kan lagi pergi sama calon suaminya,” lanjutnya sambil tersenyum kecil, matanya menatap kosong ke arah piring nasi.

Dela hanya mengangguk. Kakak dan adiknya memang sering pergi sesuka hati. Kadang alasan mereka tidak jelas, tapi ibunya tak pernah marah. Malah sering tampak bahagia, seolah punya anak yang sukses dan mapan. Beda sekali dengan perlakuan untuk dirinya.

Dela bahkan sering diceramahi hanya karena membeli hal kecil untuk dirinya sendiri. Beli sandal baru saja bisa jadi bahan omelan setengah jam. Padahal, Dela tak pernah minta uang dari ibunya. Semua hasil kerja kerasnya sendiri dari berjualan kue.

Suasana makan malam itu terasa hening. Hanya terdengar bunyi sendok yang beradu pelan di pinggir piring. Sesekali Dela bertanya pada Arsen tentang rasa makanan.

“Mas sambalnya kepedesan gak?” Tanya Dela dengan nada lembut.

“Pas kok enak,” jawab Arsen mencoba mencairkan suasana. Tapi sebelum sempat mereka berbincang lebih jauh Rena membuka suara.

“Berhubung kalian berdua ini sudah menikah otomatis kepala di rumah ini bertambah. Kalau bisa kasih uang tambahan buat Ibu belanja kebutuhan rumah, jangan cuma mau tinggal makan aja,” ujarnya tiba-tiba tanpa basa-basi.

Suapan Dela langsung berhenti di udara. Ia menatap ibunya dengan ragu.

“Loh tiap hari Dela kan udah kasih sebagian uang hasil jualan kue ke Ibu,” jawab Dela pelan.

Memang setiap hari Dela selalu memberikan separuh hasil dari penjualannya ke ibunya. Kadang malah semuanya, kalau ibunya bilang sedang butuh. Tapi entah kenapa seberapa pun yang ia kasih, selalu saja dianggap kurang.

Rena mendengus. “Ya ampun uang segitu mana cukup buat makan kita semua satu rumah. Di rumah ini ada enam kepala yang harus dikasih makan.”

Dela terdiam perasaannya campur aduk. Setiap kali bicara dengan ibunya ujung-ujungnya pasti tentang uang. Seolah-olah kasih sayang di rumah itu diukur dari seberapa tebal isi dompet anak-anaknya.

“Ibu kan tau Mbak Eka sama Tika kerja kantoran. Gajinya pasti lebih besar dari aku kenapa ibu gak minta tambahan uang dari mereka aja?” Suara Dela bergetar, tapi tetap berusaha tenang.

Rena langsung menatap tajam. “Hei! Kamu pikir mereka gak pernah kasih uang ke ibu? Mereka juga ngasih! Yang kurang ngasih itu kamu. Kamu itu udah punya suami, ikut tinggal di sini, makan gratis tiga kali sehari. Kamu pikir semua bahan makanan ini dibeli pakai daun?”

Kata-kata itu seperti cambuk Dela menunduk. Makanan di piringnya mendadak terasa hambar. Arsen menatap istrinya dengan iba.

“Sudahlah gak apa-apa Dek,” ucapnya lembut, mencoba menenangkan. “Nanti aku kasih tambahan buat Ibu belanja.”

Dela menghela napas panjang ia tidak ingin membantah lebih jauh. Apalagi kalau nanti ibunya tambah marah. Tapi jauh di dalam hati ia merasa sedih. Ia hanya ingin dihargai sedikit saja atas kerja kerasnya.

Setelah makan malam, Dela dan Arsen beranjak ke kamar. Arsen langsung duduk di tepi ranjang, memainkan ponselnya. Lampu kamar redup, hanya cahaya layar yang menerangi wajah suaminya.

Dela memperhatikan sekilas, lalu tertegun. Ponsel yang dipegang Arsen bukan ponsel biasa itu iPhone keluaran terbaru, yang sering diiklankan di televisi.

“Ponselnya bagus banget pasti mahal,” batin Dela dalam hati. Ia jadi bertanya-tanya dari mana suaminya punya uang sebanyak itu.

Sebelum ia sempat berpikir lebih jauh Arsen mendongak. “Kenapa Sayang?”

“Ah gak apa-apa,” jawab Dela cepat. Tapi hatinya masih penasaran.

Beberapa saat kemudian, Dela memberanikan diri bertanya hal lain. “Mas aku boleh tanya sesuatu gak?”

“Boleh dong tanya apa?”

“Aku cuma pengen tau soal keluarga Mas. Aku juga pengen kenal sama mereka.”

Arsen tersenyum samar. “Boleh. Tapi aku belum bisa pulang sekarang-sekarang, proyekku lagi padat banget belum bisa ditinggal.”

“Oh gitu…” Dela menatapnya ragu, lalu menambahkan dengan hati-hati, “Sebelumnya Mas gak punya istri kan?”

Pertanyaan itu membuat Arsen langsung berhenti memainkan ponselnya. Ia menoleh, menatap Dela lekat-lekat, lalu menaruh ponselnya di atas nakas.

“Kalau aku udah punya istri gak mungkin aku nikahin kamu Del,” jawabnya tegas.

Dela mengembuskan napas lega. “Syukurlah soalnya sekarang banyak laki-laki yang bilang belum nikah padahal udah punya istri,” ujarnya pelan, setengah bercanda.

Arsen tersenyum kecil. “Aku serius aku belum punya istri.”

Tatapan matanya tajam, tapi jujur. Dela bisa melihat ketulusan di sana. Ia tidak merasa ada kebohongan sedikit pun.

“Aku janji nanti kalau proyekku udah agak santai, aku bakal ajak kamu ke rumahku. Aku kenalin kamu sama keluargaku,” ucap Arsen mantap.

“Tapi,” lanjutnya, “aku harap kamu jangan kaget nanti.”

“Maksudnya?” Dela langsung mengernyit. “Apa ibu Mas galak?”

Arsen terkekeh pelan, tapi ekspresinya berubah serius. “Ya bisa dibilang begitu. Kamu nanti bakal tau sendiri.”

Dela langsung memeluk bantal di pelukannya. “Ih kok malah nakut-nakutin aku sih. Aku takut nanti malah gak disukai mertua.”

“Tenang aja kamu gak perlu takut. Jadilah dirimu sendiri kalau kamu merasa diperlakukan gak adil kamu boleh melawan. Aku gak bakal marah,” ujar Arsen tenang.

Ucapan itu membuat Dela sedikit bingung. Biasanya laki-laki akan selalu membela keluarganya sendiri apalagi ibunya. Tapi Arsen berbeda.

“Gak ah Mas. Masa sama orang tua begitu?”

“Ya terserah kamu. Tapi aku cuma mau kamu gak takut,” ucap Arsen sambil tersenyum tipis.

Suasana sejenak hening. Hanya bunyi kipas angin yang berputar pelan di langit-langit. Lalu Dela menunjuk ke arah ponsel di nakas.

“Itu ponsel Mas ya?”

“Iya emang kenapa?”

“Bagus banget pasti mahal. Sayang ya kalau punya uang lebih mending ditabung aja. Dari pada buat beli ponsel mahal. Toh fungsinya sama aja.”

Arsen menatap istrinya, sedikit terkejut dengan ucapannya yang polos.

“Kamu suka ponsel ini?” Tanyanya sambil mengambil ponsel itu.

“Ya suka sih siapa juga yang gak suka barang bagus begitu. Cuma aku kasihan aja Mas pasti susah payah ngumpulin uang buat beli itu kan?”

Arsen hanya tersenyum, tidak menjawab.

“Oiya aku belum punya nomor HP kamu,” katanya tiba-tiba. “Tadi aja aku mau hubungi kamu tapi gak bisa boleh minta nomornya?”

“Wah iya aku juga belum punya nomor kamu,” balas Dela sambil tertawa kecil. Ia mengambil ponselnya yang sudah tua dan lecet di pinggirannya. Ponsel itu ponsel Xiaomi tahun 2020 beli second pula.

Mereka berdua tertawa kecil. “Lucu ya kita ini suami istri tapi belum punya nomor HP masing-masing,” kata Dela.

“Hehe maklum kita kan menikah karena digerebek warga,” jawab Arsen nyengir lebar.

Dela ikut tertawa. “Iya juga sih.”

Arsen menatap ponsel Dela yang usang. “Itu ponsel kamu?”

“Iya jelek kan?”

“Gak biasa aja.”

“Kalau kamu suka ponselku kamu boleh pakai. Aku pakai yang punya kamu,” tawar Arsen tiba-tiba.

“Eh gak usah aku pakai ini aja Mas. Lagian masih bisa dipakai. Takutnya ponsel kamu rusak kalau aku yang bawa aku kan agak teledor,” tolak Dela cepat.

Arsen mengangkat bahu. “Ya udah terserah kamu. Tapi kalau kamu berubah pikiran bilang aja.”

“Gak usah nanti kalau Ibu lihat aku pakai ponsel mahal bisa ngomel gak kelar-kelar. Kamu kan tau sendiri gimana Ibu,” kata Dela setengah berbisik.

Arsen terkekeh kecil. “Iya, iya aku paham banget.”

Sesaat hening lagi, sampai akhirnya Dela membuka topik lain. “Mas aku mau nanya soal pernikahan kita. Apa yang akan kamu lakukan untuk pernikahan ini selanjutnya?”

Arsen mengerutkan dahi, sedikit bingung. “Maksud kamu?”

“Ya maksudnya kita kan menikah karena terpaksa. Karena digerebek warga mungkin aja nanti Mas ada niatan buat menceraikan aku. Aku gak akan marah kok kalau memang itu yang terbaik.”

Arsen menatap Dela dalam-dalam, lalu mengangkat tangannya. Ia menaruh telunjuknya di bibir Dela, menyuruhnya diam.

“Jangan ngomong gitu lagi,” ujarnya pelan tapi tegas. “Aku gak anggap pernikahan ini main-main. Aku nikahin kamu karena aku yakin kamu jodohku.”

Dela tertegun matanya bergetar menatap suaminya. Ada sesuatu di dada yang hangat, tapi juga menakutkan. Ia tidak tau apakah harus percaya penuh pada laki-laki di depannya ini. Tapi malam itu, entah kenapa, untuk pertama kalinya Dela merasa sedikit tenang.

Dalam diam, ia menatap wajah Arsen yang kini kembali menunduk, bermain dengan ponselnya lagi. Tapi kini, setiap pantulan cahaya layar itu terasa berbeda. Ada rasa aman yang perlahan tumbuh meski kecil tapi nyata.

1
Nani Haryatiyati
bolehkan aku bahagia Tika 🤣🤣🤣🤣🤣
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ya gimana kemaren riki memperlakukan dela, begitu juga kamu diperlakukan 😂😂
Mimi Riza
keren
Mimi Riza
di tunggu update nya ya kak 😍
Nani Haryatiyati
nahhh gitu dong del
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Nani Haryatiyati
nahhhh gitu dong dela,tunjukkan pesonamu
Nani Haryatiyati
keluar dela,kluar. ngontrak
Mimi Riza
aku nungguin update nya kak
Nani Haryatiyati
bagus cerita nya 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!