Setelah mati tertembak, Ratu Mafia yang terkenal kejam, dan tidak memiliki belas kasihan. Tamara sang Ratu Mafia, mendapati dirinya bertransmigrasi ke dalam tubuh seorang antagonis novel roman picisan bernama sama.
Harus menjalani pernikahan paksa dengan Reifan Adhitama, CEO berhati dingin dan ketua mafia yang tampan, dan juga terkenal kejam dan dingin. Duda Anak dua, yang ditakdirkan untuk jatuh ke pelukan wanita licik berkedok polos, Santi.
Dengan kecerdasan dan kemampuan tempur luar biasa yang masih melekat, Tamara yang baru ini punya satu misi. Hancurkan alur novel!
Tamara harus mengubah nasib tragis si antagonis, membuktikan dirinya bukan wanita lemah, dan membongkar kepalsuan Santi sebelum Reifan Adhitama terlena.
Mampukah sang Ratu Mafia menaklukkan pernikahan yang rumit, mertua yang membenci, serta dua anak tiri yang skeptis, sambil merancang strategi untuk mempertahankan singgasananya di hati sang Don?
Siapa bilang antagonis tak bisa jadi pemeran utama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CALON ANAK TIRI
Reifan mengabaikan Axel, dan kembali berbicara serius tentang calon istri nya, yang akhir-akhir ini sering membuat nya resah.
"Dia ingin kontrol? Aku akan memberinya ilusi kontrol. Dia ingin bermain di dunia gelap dan dunia sosial? Aku akan memperlihatkan padanya seberapa besar arena permainan yang dia masuki," ucap Reifan, tersenyum miring.
"Damian, segera lacak bagaimana dia berhasil mengidentifikasi celah keamanan brankas, dan siapkan keamanan ganda untuk anak-anak. Pastikan keberadaan mereka tidak diketahui siapa pun, bahkan oleh lingkaran terdekat," perintah Reifan, tegas.
"Robert, kau ambil alih urusan kargo di Gudang Delta 4. Tangkap Blackwood sesuai data di flash drive itu. Dan selidiki seluruh latar belakang Tamara yang lama. Cari tahu setiap keanehan, setiap pertemuan, setiap orang yang pernah berinteraksi dengannya selama enam bulan terakhir. Aku ingin tahu persis kapan Tamara yang lama' mati, dan kapan Ratu ini lahir!" perintah Reifan, pada tangan kanannya yang memiliki sifat datar itu.
"Baik Tuan," jawab Robert, tegas.
"Axel," panggil Reifan, beralih ke si playboy cap katak.
Axel, sang playboy humoris, segera menegakkan tubuh, senyumnya menghilang, digantikan oleh ekspresi serius yang jarang ia tunjukkan. Sisi kejam dari playboy ini terletak pada kemampuan manipulasi dan interogasi yang tanpa ampun.
"Kau punya tugas yang paling menyenangkan," ucap Reifan, seringai tipis muncul di wajahnya.
"Aku ingin kau temui dia. Kau memiliki pesona. Gunakan itu, dan dapatkan kepercayaan sahabatnya, Cindy, dan dekati Tamara. Cari tahu apa yang dia inginkan, aku ingin tahu setiap ambisinya, setiap kelemahan emosional yang dia sembunyikan di balik topeng Ratu nya!" Perintah Reifan, tersenyum miring.
"Mendekati calon istri bos? Tugas yang sangat berbahaya, Tuan Reifan. Tapi, challenge accepted. Aku akan membuatnya terbuka, dan aku akan mendapatkan semua informasi yang Anda butuhkan," jawab Axel bersiul pelan, dengan wajah berseri-seri.
"Hati-hati, Axel. Dia bukan mainanmu," ucap Reifan, memberikan perintah tajam.
"Jika dia mencurigai mu, dia akan menghancurkan mu. Jangan biarkan dia tahu kau adalah bagian dari Black Dragon. Kenalkan dirimu sebagai teman lama. Gunakan pesonamu untuk membuatnya lengah!" lanjut Reifan, penuh penekanan.
Robert mengangguk pada Damian, lalu segera meninggalkan ruangan untuk menjalankan perintahnya, wajahnya tanpa emosi.
"Aku pergi, Tuan Reifan. Sepertinya aku harus membeli jas baru. Yang ini terlalu serius untuk menemui Ratu yang suka bermain granat," ucap Axel tersenyum.
Axel berlalu pergi dari sana dengan senyum yang tidak luntur dari wajah nya, playboy cap katak itu tidak sadar bahwa dia sebentar lagi akan masuk ke dalam kandang ular yang jauh lebih berbahaya dari pada kandang buaya.
🤍🤍🤍
Tamara dan Cindy sedang bersantai di suite, menonton berita di televisi yang membahas kehadiran Tamara di Museum. Media memuji 'perubahan drastis' dan 'kelas elegan' yang tiba-tiba dimiliki oleh calon istri Reifan Adhitama.
"Lihat, Tam! Kamu viral! Dan mereka memuji classmu! Siapa bilang wanita mafia tidak bisa menjadi sosialita?" seru Cindy, bangga.
Tamara menyesap winenya, matanya menatap tajam ke layar.
"Ini baru permulaan," jawab Tamara tersenyum miring.
"Hoam, aku mengantuk, aku tidur dulu Ratu Mafia," ucap Cindy berjalan ke arah tempat tidur nya.
Tamara hanya membiarkan sahabat cerewet nya itu tidur, lalu Tamara beranjak dan duduk di kursi sofa dengan laptop di pangkuan nya.
Tamara bukan nya pergi beristirahat, justru saat ini Tamara sedang mengunduh blueprints kompleks kediaman Reifan Adhitama dan data tentang anak-anak Reifan. Azka Adhitama dan Alvero Adhitama.
Kompleks Adhitama sangat besar, dilengkapi sistem keamanan canggih, dan selalu dipenuhi penjaga.
Memasuki rumah itu sama saja dengan memasuki markas mafia dengan pengawasan 24 jam.
"Sistem, aku harus memenangkan anak-anak itu, Azka dan Alvero. Mereka adalah kelemahan emosional Reifan, dan mereka adalah pintu masuk ku ke dalam hidupnya," ucap Tamara, dengan pandangan fokus ke layar monitor nya.
"Data: Azka (8 tahun) sangat dingin, menyukai permainan strategi, tidak suka diganggu. Alvero (6 tahun) lebih ceria, tapi sangat defensif dan suka bermain mobil-mobilan dan robot. Keduanya sangat membenci Tamara yang lama karena sering berteriak dan menolak berinteraksi dengan mereka," jelas Sistem 007.
"Baiklah. Aku akan mulai dengan mengubah persepsi mereka tentang Ibu Tiri," ucap Tamara tersenyum miring.
☀️☀️☀️
Saat fajar menyingsing, Tamara sudah berdiri di depan cermin, mengenakan celana jins gelap, kaus turtleneck hitam, dan jaket kulit biker. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan sedikit gelombang alami. Penampilannya santai, namun memancarkan aura. Jangan coba-coba menggangguku.
"Pukul 06.30 pagi, Azka dan Alvero biasanya diantar ke Sekolah Elit Nusantara. Mereka selalu berangkat tepat waktu, mobilnya jenis SUV hitam anti peluru. Di dalamnya ada dua pengawal, dan satu pengawal lain yang mengendarai mobil terpisah di belakang," lapor Sistem 007.
"Itu rute dan keamanan yang terlalu ketat untuk dua bocah kecil," komentar Tamara, sambil meraih kunci mobilnya.
"Reifan benar-benar paranoid," lanjut Tamara.
"Tuan Rumah, target?"
"Bukan menyakiti, tapi membuat kesan. Hari ini, aku akan menjadi bencana yang menyelamatkan hari mereka," ucap Tamara, menyeringai.
Tamara keluar dari hotel, meninggalkan Cindy yang masih terlelap.
Mobil Ferrari putih milik Cindy, melaju cepat menuju area sekolah, mengambil posisi di persimpangan jalan sejalan dengan rute yang akan dilewati mobil Azka dan Alvero.
Pukul 06.45 WIB, SUV hitam anti peluru itu melaju di jalanan yang agak sepi. Azka, si sulung yang dingin, sedang membaca buku tebal, sementara Alvero sibuk dengan robot mainannya.
Tiba-tiba, dari jalan samping, sebuah truk sampah tua yang seolah hilang kendali meluncur kencang, menabrak pembatas jalan. Kejadian itu tampak seperti kecelakaan, tapi waktu dan tempatnya terlalu kebetulan.
"Tuan Muda, ada insiden di depan!" teriak supir di depan, segera menginjak rem.
Mobil pengawal yang di belakang juga berhenti mendadak.
Kedua pengawal di dalam mobil anak-anak segera meraih senjata, insting mereka berteriak bahaya. Ini bukan kecelakaan biasa.
Tiba-tiba, sebuah mobil mewah Ferrari putih melaju kencang dari belakang dan berhenti tepat di samping SUV. Jendela mobil Ferrari itu turun, menampakkan wajah tenang Tamara.
"Kalian terlalu lambat bereaksi," cibir Tamara, suaranya terdengar jelas.
"Ada penembak jitu di atap gedung timur, jarak 200 meter. Mereka tidak menargetkan kalian, tapi sistem mobil. Jika kalian tetap di sini, mobil ini akan menjadi sasaran empuk," lanjut Tamara, menjelaskan, dengan nada dingin dan penuh otoritas.
Pengawal itu terkejut, mereka sudah dilatih untuk menyadari ancaman, tapi mereka tidak mendeteksi ancaman ini!
"Siapa Anda?" tanya pengawal yang memegang senjata laras panjang, wajahnya tegang.