NovelToon NovelToon
Dunia Yang Indah

Dunia Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Spiritual / Persahabatan / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di balik gunung-gunung yang menjulang,ada dunia lain yang penuh impian. Dunia Kultivator yang mampu mengendalikan elemen dan memanjangkan usia. Shanmu, seorang pemuda desa miskin yang hidup sebatang kara, baru mengetahuinya dari sang Kepala Desa. Sebelum ia sempat menggali lebih dalam, bencana menerjang. Dusun Sunyi dihabisi oleh kekuatan mengerikan yang bukan berasal dari manusia biasa, menjadikan Shanmu satu-satunya yang selamat. Untuk mencari jawaban mengapa orang tuanya menghilang, mengapa desanya dimusnahkan, dan siapa pelaku di balik semua ini, ia harus memasuki dunia Kultivator yang sama sekali asing dan penuh bahaya. Seorang anak desa dengan hati yang hancur, melawan takdir di panggung yang jauh lebih besar dari dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tingkat Kultivasi!

Kereta pedagang terus berguncang di jalan berbatu, meninggalkan jejak debu di bawah langit yang semakin tinggi. Beberapa jam telah berlalu, dan pemandangan sekitar berubah dari hutan lebat menjadi lembah hijau yang subur dan indah. Sungai kecil berkelok seperti pita perak di antara padang rumput yang dihiasi bunga liar. Udara segar beraroma rumput dan tanah basah mengisi paru-paru. Di tengah keheningan yang hanya dipecah oleh deru roda dan ringkik kuda, seorang dari kelima pemuda desa, seorang yang bertubuh sedang dengan mata penuh keingintahuan, memberanikan diri untuk bersuara.

"Tuan Pedagang, maaf jika saya lancang," ucapnya, suaranya agak gemetar menghadapi sosok yang lebih berpengalaman. "Bolehkah saya bertanya tentang... tentang Kultivator dan dunia luar?"

Pertanyaan itu bagai percikan api di tengah jerami. Segera, semua mata tertuju pada pedagang yang sedang memegang kendali, termasuk mata Shanmu yang telah lama memendam pertanyaan serupa sejak percakapannya dengan Kepala Desa di masa lalu.

Pedagang berumur itu, dengan kumis tebalnya yang ikut bergoyang tertiup angin, menoleh ke belakang. Ia menyapu pandangannya pada keenam wajah muda itu. Di kelima wajah pemuda desa, ia melihat antusiasme polos, mimpi petualangan yang biasa. Namun, ketika pandangannya jatuh pada Shanmu, ia tertegun sejenak.

Di mata Shanmu, ada cahaya yang berbeda. Bukan hanya antusiasme, melainkan sebuah sorotan yang membara, hampir fisik. Pedagang tua yang telah berpengalaman melintasi banyak tempat itu hampir berkhayal melihat sepasang simbol bintang berwarna kuning keemasan berputar di kedalaman pupil Shanmu, seakan berkata.

"Aku sangat antusias dan Full Poweerrrr!!!"

Ekspresi wajah Shanmu yang serius namun matanya yang berbinar-binar itu begitu kontras dan polos, membuat si pedagang harus berdehem pelan untuk menahan tawa yang menggelitik tenggorokannya.

"Itu... hmm," gumam pedagang itu, memalingkan wajah untuk menyembunyikan senyumnya. Setelah mengatur nada suaranya, ia berkata dengan lebih serius, "Baiklah. Aku akan jelaskan. Tapi dengarkan baik-baik. Jangan ada yang menyela atau bertanya lagi sebelum aku selesai."

Kelima pemuda itu mengangguk kompak dengan wajah patuh. Shanmu juga mengangguk, namun karena semangatnya yang menggebu, anggukannya begitu kuat dan antusias hingga membuat kereta kayu berderak dan bergoyang sedikit. Pedagang itu hanya bisa mendesah dalam hati, lalu menarik napas panjang, seolah mengumpulkan semua pengetahuannya yang berharga.

"Kota Lama yang akan kita tuju," mulainya, suaranya lantang menembus angin, "adalah sebuah kota kecil yang terletak di sudut paling selatan dari Kerajaan Naga Terbang."

Kerajaan Naga Terbang. Nama itu sendiri terasa epik dan penuh misteri bagi telinga para pendengar. Shanmu mengangguk pelan kali ini, mencerna setiap suku kata.

"Di negeri yang luas ini," lanjut pedagang, matanya menerawang seolah melihat peta yang terbentang di benaknya, "Energi Langit dan Bumi, yang kita sebut Qi, berlimpah ruah. Namun, kelimpahan itu juga menjadi sumber persaingan dan konflik. Kerajaan, sekte-sekte kultivasi yang misterius, dan keluarga klan besar saling bersaing, berebut sumber daya langka, warisan kuno, dan wilayah yang kaya akan Qi."

Suasana di kereta menjadi hening, hanya angin yang bersiul. Dunia yang digambarkan terdengar begitu megah dan berbahaya.

"Lalu, untuk kultivasi itu sendiri," pedagang melanjutkan, menurunkan volumenya sedikit, menciptakan kesan lebih rahasia. "Jalur yang paling umum, yang bisa kalian harapkan untuk sentuh, adalah Jalur Pejuang. Kultivator di jalur ini menyerap Qi untuk memperkuat inti energi mereka dan kemampuan tempur fisik. Pencapaiannya dibagi dalam Delapan Tingkat Pejuang yang agung. Dan setiap tingkatan itu sendiri terbagi lagi dalam tiga fase, Awal, Menengah, dan Akhir."

Ia berhenti sejenak, memastikan mereka menyimak.

"Tingkat Pertama, Pejuang Biasa. Di sini, kalian baru mulai belajar merasakan dan mengasimilasi Qi. Qi akan mengalir perlahan, memperkuat otot, tulang, dan tendon. Tubuh menjadi lebih tangguh dari manusia biasa, tapi belum ada keajaiban yang nyata."

"Tingkat Kedua, Pejuang Besi. Qi mulai membentuk lapisan pelindung yang samar di bawah kulit. Tubuh menjadi sekuat besi tempa, tahan terhadap pukulan biasa dan senjata tajam tingkat rendah." Pedagang menunjukkan lengannya yang berotot. "Seperti diriku. Aku berada di fase Menengah Pejuang Besi. Itu sudah cukup bagus untuk melindungi barang daganganku dari bandit jalanan kelas teri."

Shanmu dan yang lain mengamati lengan pedagang itu dengan kagum.

"Tingkat Ketiga, Pejuang Perak. Qi mulai memancar keluar dari tubuh, memberikan kecepatan, kelincahan, dan ketajaman persepsi yang meningkat drastis. Seorang Pejuang Perak bisa meninggalkan bayangan jika bergerak cepat."

"Tingkat Keempat, Pejuang Emas. Tahap penting! Di sini, kalian berhasil membentuk Dantian yang stabil di perut bawah, dan memadatkan Qi membentuk Inti Emas. Kualitas Qi berubah, menjadi lebih padat, murni, dan berwarna keemasan. Kekuatan melonjak berkali-kali lipat."

"Tingkat Kelima, Pejuang Mutiara. Inti Emas dipadatkan lagi, menjadi kecil dan padat bagai mutiara bersinar. Kemampuan regenerasi tubuh luar biasa. Luka ringan bisa sembuh dalam sekejap."

"Tingkat Keenam, Pejuang Kristal. Inti energi terus memurnikan diri hingga menjadi transparan bagai kristal tanpa noda. Pemahaman terhadap Qi mencapai tingkat yang sangat dalam."

"Tingkat Ketujuh, Pejuang Surgawi. Kultivator mulai menyentuh dan memahami Hukum Alam yang sederhana. Qi mereka memancarkan cahaya keemasan surgawi. Mereka sudah bisa dianggap sebagai makhluk setengah dewa di mata rakyat biasa."

"Dan puncaknya," suara pedagang menjadi berbisik, penuh hormat dan takut.

"Tingkat Kedelapan, Kaisar Suci. Mereka yang mencapai puncak ini telah menyelami hukum dunia sampai ke akarnya, dan mampu menguasai Kekuatan Domain, menciptakan wilayah di mana mereka adalah penguasa mutlak. Ingat, 'Kaisar' di sini bukan gelar penguasa wilayah, melainkan gelar tertinggi dalam kultivasi, sebuah pencapaian yang hampir mitos."

Diam yang menyelimuti kereta kini penuh dengan kekaguman dan daya imajinasi yang melambung tinggi. Kelima pemuda desa itu terlihat seperti telah melihat gerbang surga terbuka. Begitu pula Shanmu. Jantungnya berdebar kencang. Inilah dunia yang diceritakan Kepala Desa! Dunia dengan tingkatan kekuatan yang jelas, sebuah tangga yang bisa didaki!

Pemuda yang bertanya tadi, dengan napas tersengal, memberanikan diri lagi melanggar instruksi. "Tuan... apakah... apakah Tuan bisa melihat, apa saya punya bakat untuk kultivasi? Apa saya memiliki akar spiritual yang diperlukan?"

Pedagang itu kali ini tidak marah. Ia tersenyum kecil, lalu memandangi satu per satu kelima pemuda desa itu. Matanya yang berpengalaman seolah memindai sesuatu yang tak kasat mata. Setelah beberapa saat, ia mengangguk.

"Kalian berlima... ya. Aku bisa merasakan denyut samar Qi alam yang tertarik secara alami pada tubuhmu. Mungkin tidak terlalu menonjol, tetapi akar spiritual kalian ada. Dengan metode yang tepat dan ketekunan, kalian bisa memulai perjalanan sebagai Pejuang Biasa."

Kegembiraan meledak di antara kelima pemuda itu. Mereka saling memandang dengan wajah berseri-seri, seolah masa depan gemilang sudah di depan mata.

Shanmu, yang tak sabar menunggu gilirannya, duduk di tepi kereta dengan tubuh condong ke depan, matanya berbinar-binar penuh harap. Ekspresinya begitu polos dan penuh antisipasi, seperti anak kecil menunggu hadiah.

Pedagang itu akhirnya memandang Shanmu. Dan senyumnya perlahan-lahan memudar. Matanya yang tajam menyipit, alisnya berkerut sedikit. Ia mengamati Shanmu dengan lebih cermat, bukan sekadar melihat, tetapi seolah-olah mencoba merasakan sesuatu dari tubuh pemuda itu. Udara di sekitar Shanmu terasa... biasa saja. Tidak ada tarikan samar dari Qi alam, tidak ada resonansi spiritual yang biasa ia tangkap dari mereka yang memiliki bakat. Yang ada hanyalah aura vitalitas fisik yang kuat, sangat kuat, tetapi itu murni kekuatan duniawi.

Pedagang itu merasa tidak enak. Hatinya tersentuh melihat semangat membara di mata Shanmu. Tapi sebagai seorang yang berpengalaman, ia tahu harus jujur. Dengan suara yang lebih lembut, hampir berbelas kasih, ia berkata, "Nak Shanmu... untuk dirimu... maaf. Aku tidak bisa merasakan adanya akar spiritual atau bakat kultivasi dalam dirimu. Tubuhmu kuat, sangat kuat bahkan untuk standar Pejuang Biasa awal, tetapi itu murni kekuatan fisik yang ditempa kerja keras. Jalur Qi... sepertinya tertutup untukmu."

Dunia seakan berhenti berputar bagi Shanmu. Kata-kata itu menghantamnya bagai palu godam. Bukan pukulan fisik, tetapi pukulan pada impian yang baru saja dibangunnya. Antusiasme yang tadi bersinar di matanya redup seketika, digantikan oleh keheningan yang patah. Ia menunduk sangat dalam, wajahnya tersembunyi dari pandangan.

Namun, keheningan itu hanya bertahan sebentar.

Shanmu mengangkat kepalanya. Bukan dengan air mata atau kemarahan, melainkan dengan sebuah senyuman. Bukan senyum pahit, tetapi senyum cerah yang tulus, meski sedikit getir di ujungnya. Ia mengepalkan tangannya, menekuk lengan untuk menunjukkan otot bisepnya yang berotot dan keras bagai batu.

"Tidak apa-apa, Tuan!" ujarnya, suaranya tetap kuat dan penuh semangat. "Walaupun aku tidak bisa ber-kultivasi, aku masih punya tubuh yang kuat ini! Karena sumber kekuatan sejatiku bukanlah Qi, melainkan pantang menyerah! Aku bisa bekerja, maka aku bisa bertahan!"

Mendengar deklarasi itu, pedagang tua itu terpana. Rasa sedih dan kasihan di hatinya berubah menjadi sesuatu yang lain, yaitu kekaguman yang dalam. Di dunia yang memuja Qi dan akar spiritual, semangat baja seperti ini jarang ditemui. Ia tertawa, sebuah tawa jujur yang keluar dari dadanya.

"Hahaha! Baiklah, nak! Karena aku tidak ingin semangat sekeras bajamu ini menjadi sedih, dan karena aku sungguh kagum padamu, saat kita sampai di Kota Lama nanti, aku akan mempertemukanmu dengan seseorang. Dia bisa memberimu pekerjaan yang layak untuk kekuatanmu. Anggap saja ini... hadiahku untuk keteguhan hatimu."

Wajah Shanmu yang sempat redup kembali bersinar terang, bahkan lebih cerah dari sebelumnya. "Benarkah, Tuan? Terima kasih! Terima kasih banyak!" Ia membungkuk berulang kali, rasa harunya nyata.

Kelima pemuda desa, yang tadinya mungkin akan merendahkannya, justru terkesan dengan sikap Shanmu. Mereka mengucapkan selamat padanya, dan Shanmu membalas dengan ramah dan tulus, tanpa sedikitpun rasa iri pada mereka yang memiliki bakat yang ia idamkan.

Kereta pun kembali melaju, membelah lembah hijau. Perjalanan panjang terus berlanjut.

Hingga akhirnya, ketika matahari mulai condong ke barat, memancarkan sinar keemasan sore, mata tajam Shanmu menangkap sesuatu di ujung cakrawala. Sebuah garis vertikal yang memotong langit. Saat kereta mendaki sebuah bukit kecil, pemandangan itu terbuka lebar.

Di kejauhan, terbentang tembok kota. Tingginya mungkin sekitar lima belas meter, terbuat dari batu-batu besar berwarna abu-abu kecoklatan, dipenuhi oleh lumut dan jejak waktu. Beberapa menara pengawas berdiri dengan bendera yang berkibar. Gerbang utamanya, meski dari sini hanya terlihat seperti celah kecil, tampak kokoh. Bagi seorang yang pernah mengunjungi kota-kota besar di Kerajaan Naga Terbang, Kota Lama mungkin hanya sebuah pemukiman kecil yang sederhana. Temboknya rendah, kemegahannya tak ada apa-apanya.

Tetapi bagi Shanmu, yang seumur hidupnya hanya mengenal desa kecil dan hutan belantara, pemandangan itu sungguh menakjubkan. Sebuah kota! Benar-benar sebuah kota! Jantungnya berdebar kencang, bukan karena janji kultivasi yang telah pupus, tetapi karena sebuah babak baru dalam hidupnya yang keras akan segera dimulai di balik tembok-tembok megah itu. Sebuah senyum lebar, murni dan penuh harap, menghiasi wajahnya yang berdebu. Kota Lama menanti.

1
YAKARO
iya bro🙏
Futon Qiu
Mantap thor. Akhirnya Shanmu punya akar spritual
Futon Qiu
Karena ada komedi nya kukasi bintang 5🙏💦
YAKARO: terimakasih🙏
total 1 replies
Futon Qiu
Lah ya pasti lanxi kok nanya kamu nih🤣
Futon Qiu
Jangan jangan itu ortunya 🙄
HUOKIO
Baik bnget si lancip😍😍
HUOKIO
Mau kemana tuh
HUOKIO
Ini penjaga kocak 🤣🤣
HUOKIO
Angkat barbel alam 🗿
HUOKIO
Makin lama makin seru 💪💪💪
HUOKIO
Gass terus thor💪💪💪
HUOKIO
Mantap thor lanjut
YAKARO: terimakasih
total 1 replies
HUOKIO
Lanjutkan ceritanya thor
HUOKIO
Shanmu kuat banget untuk manusia 😄
HUOKIO
Ohhh i see💪
HUOKIO
Oalah kok gitu 😡
HUOKIO
Mantap thor
HUOKIO
Gas pacari lqci
HUOKIO
Makin lama makin seru
HUOKIO
Lanjutkan 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!